Sudah terlambat

72.5K 2.8K 55
                                    

Prily POV

Aku meminggalkanya bukan bermaksud menyakitinya, aku meninggalkanya karena aku hanya mengindar dari pertanyaan yg membuatku tak nyaman. Aku hanya bisa mendesah kecewa, lagi dan lagi aku menggoreskan luka di hatinya.

Ku buka pintu garasi dengan dengan otomatis, melangkah masuk demi menghilangkan sedikit keluh kesah di hati ku. Aku terlalu banyak menyakitinya, aku terlalu sering membuatnya kecewa. Sekeras apa pun aku mencoba untuk memahaminya tapi selalu berakhir dengan pertengkaran.

Tuhan! Apa kau tidak bosan untuk selalu menguji ku,  kenapa masalah datang silih berganti. Apa jalan hidup yg kupilih salah sehingga kau tak mengizinkan ku hidup dengan tenang.

Tapi tuhan aku tidak pernah menyesali nya. Aku bahagia dengan jalan hidup yg kupilih. Aku bisa melindungi mereka dari bahaya yg mengancamnya. Menjadi tampeng meski kami tidak pernah di ketahui.

Aku bahagia dengan apa yg aku jalani sekarang tapi kenapa kebahagiaan itu tak sejajar dengan kehidupanku yg lainya. Aku mencintai nya, sangat mencintainya tapi kenapa aku seolah membuat benteng pemisah di antara kami berdua. Terlambatkah aku jika ku hilangkan benteng pemisah itu. Sudah terlambatkah aku jika menyesali semua ini. Permasalahan yg selalu bermula dari ku sendiri.

Dia begitu sabar menghadapi semua keegoisan ku. Dia juga selalu mengalah demi ku. Tapi kenapa ego ku terlalu besar untuk di hilangkan.

Drrtttttt

Hp dalam saku celana traning ku bergetar, saat ku lihat ternyata boby yg menghubungiku. Ada kabar apa sehingga boby menghubungiku. Jelas ini berita penting.

Ku tekan tombol berwarna hijau

" hallo, ada apa"

"......."

" lakukan saja,sekarang. Untuk selanjutnya tunggu perintah dariku "

"....."

" baiklah aku akan kesana nanti "

Benar saja, boby mengatakan jika lexsus siap menyelundupkan senjata api ke negara tetangga. Boby juga bilang jika siang nanti lexsus dan brigadir angkatan laut siap meluncurkan kapal selam untuk membawa senjata api dari jepang.

" sayang,, kamu di disini"

Aku menoleh saat derap langkah menghampiriku. Itu ali, dia kembali menyusul ku ke garasi. Menghampiriku dan memeluk ku dari belakang.

Hampir saja aku menangis, aku begitu egois jika terus menerus menyakitinya. Tidak ada di bumi ini lelaki yg seperti dia. Penyayang dan sabar. Harusnya aku bersyukur bukan terus membuat luka dan luka lagi.

Aku hanya mengangguk, lidah ini rasanya kelu sekali. Aku berharap mata ini tak lg mengeluarkan air mata.

" maaf soal td, aku tidak bermaksud membentakmu. Maaf jika aku membuat mu takut" ujarnya. Aku masih tetap diam, bagaimana pun aku yg salah, semua selalu bermula dari ku. Kadang aku juga tidak mengerti denhan emosi dan sifatku yg berubah rubah. Apa ini akibat kehamilanku. Aku pernah membaca di situs bahwa wanita hamil gampang emosi dan berubah rubah sifatnya.

Entah lah aku merasa memang ada yg lain dengan diriku. Semoga ini cepat berlalu, aku tidak mau setiap kali berdua harus berujung dengan adu mulut dan aku yg kembali meninggalkanya demi mengakhiri perdebatan itu

" maaf aku terlalu egois. Tapi aku tidak suka dengan pembicaran tadi. Seolah kamu mengetahu semua tentang diruku yg tak kamu ketahui. Aku mengerti sebagai sepasang suami istri perlu saling terbuka. Tapi apa salah jika salah satu dari kita menyembunyikan sesuatu demi kebaikan. " balasku.

Gadis BrandalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang