Teeett teettt teeeettt.
"Syukurlah aku selamat". Ucapku yang ngos-ngosan karena berangkat sekolah sambil lari-larian. Untung saja aku sampai ke halaman sekolah tepat saat bel berbunyi jadi aku tidak terlambat. Huft hampir saja. Ayah dan ibu bisa memotong uang saku ku selama sebulan kalau sampe aku terlambat masuk sekolah.
Aku mengatur nafasku sejenak kemudian melanjutkan langkahku menuju kelas. Semoga saja bu Githo belum masuk kelas, aku tidak membawa masker dan kaca mata untuk menghindari omelan berkuahnya. Bisa-bisa wajahku seperti terkena hujan badai setelah mendapatkan omelan darinya.
Aku sedikit terlonjak kaget ketika tiba-tiba ada orang yang berjalan cepat melewatiku. Rasanya seperti ada angin yang menggelitiki perutku saat dia berjalan tepat di sampingku. Huft mengagetkan saja. Aku mengelus-elus dadaku untuk menetralkan kembali deru nafasku.
Ku pandangi punggung orang yang melewatiku sejenak, sepertinya aku sangat kenal dengan punggung yang sudah berada beberapa meter di depanku itu. Punggungnya lebar dan bidang layaknya punggung seorang lelaki sejati, sangat cocok untuk aku bersandar. Seperti punggung Derren. Aku terkekeh pelan. Dalam keadaan seperti ini saja aku masih bisa membayangkan Derren kkkk. Tapi tunggu, jangan-jangan......
Aku kembali terlonjak kaget ketika punggung itu tiba-tiba berbalik sehingga menampilkan sosok yang dari tadi aku gumamkan.
Derren.
Ya pemilik punggung lebar itu adalah Derren. Dia kini menghadap kearahku, menatapku dengan wajah berpikir sehingga membuatku hanya bisa diam terpaku melihat tatapan matanya. Dia berjalan beberapa langkah kemudian berhenti tepat 5 meter di depanku.
"Kamu Virgie, teman Yessi yang kemarin di kantin kan?". Suara merdu itu cukup mengagetkanku. Yah, sedikit bisa membuatku bergetar dalam diam.
"I..iya, aku Virgie". Jawab ku dengan nada sedikit bergetar. Aku gugup, lidahku rasanya kelu karena saking bahagianya. Ini pertama kalinya, setelah 2 tahun lalu pastinya, aku berbicara hanya berdua saja dengan Derren. Ingat hanya berdua!! Aku berbicara berdua dengan Derren di lorong sekolah yang sudah cukup sepi ini.
"Baguslah aku ngga salah ngenalin kamu". Ucapnya sambil mengeluarkan senyum tipisnya nya.
Yaampun! Senyum itu! Aku langsung terpana melihat senyum manisnya. Senyum itu, senyum yang bisa membuat jantung ku berdetak lebih cepat. Senyum itu, senyum yang bisa membuat darahku langsung berdesir. Senyum itu, senyum yang ingin aku lihat setiap hari. Sekarang aku melihatnya, dia tersenyum padaku. Ingat! Derren tersenyum padaku bukan pada orang lain! Ya tuhan, apa ini mimpi?!
"Kenapa kamu diam saja? Ayo, kita harus cepat supaya ngga terlambat di kelas Bu Githo". Derren berujar sebelum dia berbalik dan berjalan mendahului ku.
Tunggu! Aku tidak salah dengar kan? Derren mengajakku ke kelas bersama? Omaigawt!
Aku langsung menangkup kedua pipiku yang terasa panas. Aku tersenyum senang bahkan hampir jingkrak-jingkrak kalau saja aku lupa jika Derren masih berada beberapa meter di depanku.
Aku berlari kecil mengejar Derren. Berjalan berdua di lorong dengan Derren membuat senyumku tidak pernah pudar. Aku bahkan berharap kami terlambat masuk kelas dan Bu Githo menghukum kami berdua supaya aku bisa lebih lama berdua dengan Derren.
Apa yang aku pikirkan sih? Sepertinya aku sudah mulai gila kkkkk.
***********
Hoho sepertinya hari ini keberuntunganku akan terus berlanjut. Hari ini tuhan kembali baik padaku. Hal-hal indah yang sebelumnya tidak pernah aku impikan kini terjadi padaku, bahkan keinginanku pagi ini pun dikabulkan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sunshine
Teen FictionKau datang seperti sebuah sinar kecil yang menyinari hidupku. Kau hadir seperti sebuah cahaya bintang yang menyinari gelapku. Aku menemukanmu, membuatku membuka ruang kecil dalam hatiku. Aku membutuhkanmu untuk terus menerangi dan mewarnai hari-hari...