"Vir, ini ngerjainnya gimana?".
"Vir, kayak gini bener ngga?".
"Vir, ini kok bisa gini sih? Gimana caranya?".
"Vir, ajarin soal ini dong".
"Vir...".
"Yessi, astaga! Kamu bisa ngga sih ngga kebanyakan tanya! Berisik tau ngga!". Sergah Virgie yang merasa telinganya sudah panas mendengar rentetan pertanyaan Yessi.
Ya, Yessi memang ada disini, di rumah Derren. Setelah dia menelponku dan menanyakan keberadaanku, Yessi langsung melesat menuju ke rumah Derren. Awalnya aku melarangnya untuk menemuiku, namun dia merengek-rengek memintaku agar membiarkannya belajar bersama ku. Alasannya katanya dia ngga bisa belajar kalau ngga sama aku. Dia ngga akan paham kalau yang jelasin materinya bukan aku. Alesan banget kan? Padahal selama ini Yessi ngga pernah belajar sama aku. Yang ada dia Cuma nyontek hasil kerjaku. Ck.
Dan disini lah Yessi sekarang, dirumah Derren lengkap dengan teman sekelompoknya, Bara. Ck, mengganggu waktu berduaan ku dengan Derren saja!
"Yakan aku ngga tahu, Vir makannya nanya". Jawab Yessi sambil mencebikkan bibirnya. Aku mendesah panjang, mencoba tenang menghadapi temanku satu ini.
"Kamu kan sekelompoknya sama Bara. Yaudah kamu tanya sama Bara aja sana". Merasa namanya dipanggil, Bara yang berada di samping Derren sedang mengerjakan soalnya pun menoleh kearah kami berdua.
"Apa?!". Tanya Bara dengan ketus.
"Tuhkan, Vir. Orangnya galak gitu. Aku ngga mau ah". Adu Yessi pada ku sambil memasang tampang memelasnya.
"Heh kalau kamu pinter dikit aku juga ngga bakalan marah-marah! Lah ini, satu soal aja kamu ngga bisa ngerjain!".
"Sebagai kelompok yang baik, harusnya kamu ngajarin aku dong, bukannya marah-marah!".
"Gimana aku ngga marah kalo kamu diajarin ngga ngerti-ngerti!".
"Ya kamu yang bener dong ngajarinnya!".
"Otak kamu aja yang lemot! Pentium berapa sih hah?!"
"Udah, Bar udah. Kalian kaya anak kecil banget sih dari tadi bertengkar mulu". Akhirnya terdengar suara Derren yang melerai cek cok mereka berdua. Ck, bisa langsung ke dokter THT kalau lama-lama mendengar perdebatan bodoh mereka berdua.
"Habis dia ngeselin sih! Tau gini mending aku sekelompok sama Tirta sekalian!". Tunjuk Bara menggebu pada Yessi.
"Dikira aku sudi sekelompok sama kamu!". Sungut Yessi tidak mau kalah.
"Ck udah dong. Kalian ini berantem mulu! Jatuh cinta baru tahu rasa!". Ujar ku sadis.
Yessi dan Bara kompak melotot kearahku kemudian berujar, "NGGA AKAN!".
**********
"Nih". Yessi menyodorkan nampan berisi semangkuk bakso dan es jeruk kearahku.
"Makasih". Aku tersenyum kearahnya, Yessi hanya membalasnya dengan anggukan.
"Aku juga mau berterimakasih soal kemarin. Kalo ngga ada kamu aku ngga bisa deh ngerjain soal-soalnya terlebih ngadepin si Bara yang ngeselin itu". Aku tertawa masam mendengar perkataan Yessi.
Aku jadi ingat kejadian kemarin, akhirnya seharian penuh aku dan Derren Cuma jadi pawang diantara Bara dan Yessi. Mereka itu udah kayak Tom & Jerry yang ngga bisa akur kalo ketemu, selalu aja cek cok deh. Ya emang sih tugasku dan Derren sudah selesai, tapi tetep aja waktu berduaan ku dengan Derren jadi berkurang! Huh dasar Tom & Jerry pengganggu!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sunshine
Teen FictionKau datang seperti sebuah sinar kecil yang menyinari hidupku. Kau hadir seperti sebuah cahaya bintang yang menyinari gelapku. Aku menemukanmu, membuatku membuka ruang kecil dalam hatiku. Aku membutuhkanmu untuk terus menerangi dan mewarnai hari-hari...