Chapter 4 - Unpredictable Moment

630 50 5
                                    

Perlahan kubuka kedua mataku saat ku lihat secercah cahaya putih yang bersinar menyilaukan mataku, menerangiku dari kegelapan yang beberapa saat lalu sempat menyelimutiku. Samar-samar kulihat seorang malaikat yang berada di depan mataku, ia memperhatikanku dengan memasang ekspresi khawatirnya. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, berusaha memperjelas apa yang aku lihat.

Apa aku sudah meninggal? Apa sekarang aku berada di surga?

Pikirku saat melihat jelas malaikat yang pahatan wajahnya mirip dengan Derren ini.

"Virgie". Panggilnya dengan nada cemas saat melihatku mengerjap-ngerjapkan mata. Aku hanya memandangnya dengan tatapan kosong, tiba-tiba saja kepalaku terasa berat, pandanganku kembali sedikit berkunang-kunang.

"Virgie kamu udah sadar? Kamu bisa lihat aku? Kamu ingat aku kan? Ada yang sakit? Mana? Bagian mana yang terasa sakit?". Rentetan pertanyaan itu sukses membuatku menoleh kesamping dan ku lihat Yessi sedang berdiri disamping ranjangku dengan wajah super paniknya. Di samping dan belakangnya ada Bara dan Tirta yang memasang wajah lega.

Yessi? Bara? Tirta? Kenapa mereka bisa berada disini? Sebenarnya aku sedang berada dimana?

"Yessi, kita ada dimana?". Tanyaku dengan nada lirih pada Yessi sambil mengedarkan pandanganku keseluruh ruangan yang dominan dengan warna putih dan bau minyak kayu putih ini.

"Ini di UKS. Kamu tadi pingsan kena bola basket. Kamu ngga ingat?". Tanya Yessi heboh.

Hoh aku pingsan? Bagaimana bisa?

Ahh iya aku ingat, tadi kan ada benda keras yang menghantam kepalaku. Mungkin gara-gara itu aku pingsan. Pantas saja sampai sekarang kepalaku masih terasa berat.

"Virgie, kamu.... ngga papa?". Aku menoleh ke sumber suara. Dan kulihat Derren masih memperhatikanku dengan ekspresi khawatirnya.

Hoh berarti tadi aku ngga mimpi? Derren beneran ada disini? Tapi... kenapa dia bisa ada disini?

"Aku minta maaf. Gara-gara aku ngga nerima umpannya, bolanya jadi kena kepala kamu. Kamu ngga papa? Apa kepalamu masih sakit?". Jelasnya dengan nada sangat bersalah.

Ahhh jadi gara-gara itu Derren ada disini. Karena dia merasa bersalah. Hampir saja aku kegeeran.

Aku kembali melirik kearah Derren dan kulihat kedua ujung alisnya saling bertaut memperhatikanku yang sedari tadi masih diam membisu.

"Aku ngga papa kok. Kepalaku cuma masih sedikit pusing". Jawabku sambil memegangi kepalaku kemudian berusaha merubah posisiku menjadi duduk, namun dengan cepat tangan Derren menahanku.

"Jangan, kalau kamu masih pusing lebih baik kamu tidur lagi aja". Tuturnya sambil memegangi kedua pundakku. Aku sedikit terpana melihat wajah Derren yang saat ini jaraknya begitu dekat denganku. Aku bahkan bisa melihat kedua mata coklatnya yang saat ini memancarkan sorot kekhawatiran. Aku langsung tersadar saat Derren mendorong pelan kedua pundakku hingga membuatku kembali ke posisi tidur.

"Vir kamu masih pusing?? Ini gara-gara kamu belum makan kali ya?? Duh tapi gimana? Omelet yang kamu bawa jatuh berserakan ngga bersisa tadi waktu kamu pingsan". Jelas Yessi dengan logat paniknya.

Ahhhh omeletkuuuuuu. Huhu padahal aku pengen banget makan omelet hari ini.

"Duuhhh gimana dong??? Virgie belum makan dari pagi. Bisa-bisa maaghnya kambuh dan Virgie pingsan lagi kalau dia ngga buru-buru isi perutnya". Ujar Yessi dengan tampang memelas pada Bara yang berdiri disampingnya. Huh sepertinya Yessi mulai mengkode.

My Lovely SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang