Tett tettt teett.
Fiuuhh. Aku menghambuskan nafas lega. Akhirnya bel istirahat berbunyi juga. Sudah hampir dua jam aku duduk dengan kaku dan sama sekali tidak tenang di kursi ku. Bagaimana aku bisa duduk dengan tenang kalau tepat dibelakangku ada laki-laki yang selama ini aku sukai dan aku perhatikan. Jika aku bergerak sedikit saja dia pasti akan terganggu. Bisa-bisa Derren tidak fokus mendengarkan penjelasan materi fisika dari bu Ghina karena terganggu oleh ku yang terlalu banyak bergerak.
Ku lihat Derren melewatiku dan berjalan keluar kelas diiringi oleh kedua temannya itu. Aku terus memandangi kepergiannya. Bahkan saat dilihat dari belakang Derren terlihat sangat cool. Punggungnya itu minta di peluk banget kekeke.
"Eh Vir, kamu kenapa sih? Dari tadi aku perhatiin kamu sering senyum-senyum sendiri". Ujar Yessi sambil memicingkan matanya menyelidik padaku, "Jangan-jangan kamu kesambet ya?".
"Ngga, aku baik-baik aja kok". Ujarku ketus. Huh Yessi menganggu lamunan ku saja. Eh tapi masa sih dari tadi aku senyum terus? Ini pasti gara-gara Derren aku jadi ngga sadar kalau dari tadi aku senyum-senyum sendiri kekeke.
"Tuh kan senyum-senyum sendiri lagi. Kayaknya kamu beneran kesambet deh, Vir". Yessi begidik ngeri sambil memundurkan tubuhnya dari ku. Aku menoyor kepalanya.
"Aku gapapa, Yes. Aku kan udah bilang kalo aku Cuma keinget sama sesuatu yang lucu". Belaku, enak saja aku di kira kesambet. Tapi wajar saja Yessi heran pada tingkahku hari ini. Biasanya aku lebih banyak diam tapi dari tadi aku terus saja senyum-senyum sendiri.
"Yeee gausah noyor-noyor bisa keles". Ujarnya sambil mengelus-elus keningnya yang aku toyor tadi. Bodo amat lah.
Aku memalingkan wajahku dari Yessi. Ku beresi beberapa buku ku yang masih berada di meja dan kumasukkan satu-per satu kedalam tas. Yessi masih memandangiku dengan tatapan penasaran.
"Vir kamu mau ke perpus ya?". Tanya Yessi yang sepertinya sudah hapal dengan kebiasaanku. Ya, aku memang lebih sering menghabiskan waktu istirahatku di perpustakaan daripada ditempat lain.
"Ya". Jawabku singkat, padat dan jelas.
"Yahh kamu gaseru banget sih. Setiap kali istirahat pasti ngapelnya ke perpustakaan", Ujar Yessi cemberut, namun sedetik kemudian matanya langsung berbinar cerah, "Mendingan kamu nemenin aku ke kantin aja, ya".
"Aku ga laper".
"Ayo lah Vir. Sekali-kali kamu temenin aku makan, ya", bujuknya. "Masa kamu tega sih membiarkan temen kamu yang imut nan unyu ini makan sendirian di kantin dan lebih milih nge-date sama buku-buku tebal di perpus? Nanti kalau aku di godain sama junior-junior ganteng gimana? Ayolahhh. Temenin aku makan di kantin, yah yah". Yessi menggoyang-goyangkan lenganku sambil mengedip-ngedipkan matanya. Aku menghela nafas pelan. Heh kelakuannya itu sudah seperti seorang anak kecil yang sedang merayu ibunya untuk dibelikan permen saja.
"Oke". Ucap ku mengalah.
"Yeeeiii thanks Virgieeee", Girangnya dan langsung memelukku erat, "Aku tahu kamu pasti lebih milih aku dibandingin buku-buku gajelas kamu itu".
"Tapi untuk kali ini aja. Lain kali sampe kamu ngancem mau bunuh diri di pohon ceri sekalipun aku gaakan mau nemenin kamu". Tegasku padanya.
"Ya ya", Yessi melepas pelukannya, "Kamu khawatir banget sih aku ganggu acara nge-date kamu sama buku-buku tebel gajelas kamu". Dumel Yessi kemudian segera menarikku menuju kantin.
"Kita mau duduk dimana, Yes?", aku memindai pandanganku ke seluruh penjuru kantin, "Kantinnya penuh banget nih. Udah ngga ada tempat duduk lagi". Ujar ku pada Yessi sambil menenteng makananku. Kami sudah sampai di kantin dan baru saja selesai memesan makanan dan bersiap untuk makan tapi sayang tidak ada tempat duduk yang kosong. Semua bangkunya sudah di penuhi oleh murid-murid yang sedang kepalaran seperti Yessi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sunshine
Fiksi RemajaKau datang seperti sebuah sinar kecil yang menyinari hidupku. Kau hadir seperti sebuah cahaya bintang yang menyinari gelapku. Aku menemukanmu, membuatku membuka ruang kecil dalam hatiku. Aku membutuhkanmu untuk terus menerangi dan mewarnai hari-hari...