Hope you guys enjoy the story :)
Happy reading ;)
-----------------
Derren menepikan motornya di depan toko yang terletak pinggir jalan. Hujan lebat tanpa aba-aba tiba-tiba saja turun membasahi bumi yang awalnya masih terang benderang menjadi kelam berkabut. Ditambah angin ribut yang memperlengkap kesialanku karena lupa tidak membawa jaket yang biasa aku kenakan. Kedua tanganku spontan mengusap lenganku yang terasa menggigil karena terpaan angin.
Tiba-tiba saja kurasakan sebuah jaket tersampir dipundakku. Kutolehkan kepalaku dan mendapati Derren lah yang melakukannya.
"Pake dulu aja. Kamu kedinginan". Ujarnya saat melihat raut bingung yang tergambar di wajahku.
"Kamu gimana?". Kami sekarang sedang berada di tepian toko yang berada di pinggir jalan untuk berteduh. Hujan lebat yang tiba-tiba turun membuat Derren terpaksa menepikan motornya karena dia tidak membawa jas hujan. Masih ada beberapa orang lagi yang ikut berteduh bersama kami. Namun terpaan angin yang langsung mengenai kulit tetap sama mampu membuat kami menggigil kedinginan.
"Aku ngga papa". Derren tersenyum, berusaha meyakinkan diriku bahwa dirinya memang baik-baik saja. Awalnya aku sedikit ragu, namun akhirnya aku mengangguk tanpa perlawanan.
Hening seketika menyelimuti kami, hanya terdengar suara rintik hujan dan angin yang berhembus kencang. Kami diam, masing-masing berusaha menahan dingin yang makin terasa menusuk kulit.
"Kita perginya kapan-kapan aja, deh. Hujannya gede gini". Ujar Derren memecah kebisuan. Dia menghela nafas pendek, entah karena kecewa atau sedang meredam dingin yang mulai menjalar ke seluruh tubuh. Entahlah.
"Emang kita mau kemana sih?". Aku tidak bisa menyembunyikan rasa penasaranku lebih lama lagi. Sepertinya Derren akan mengajakku ke tempat yang berarti untuknya. Maka dari itu aku penasaran, seperti apa tempatnya.
"Tunggu aja sampe aku bawa kamu ke sana". Seulas senyum tipis tercetak di bibir Derren, membuatku terpana dan mendesis secara bersamaan. Derren sekarang sudah mulai main rahasia-rahasiaan ya. Oke deh kalo gitu.
Sepuluh menit kemudian hujan sudah mulai mereda. Beberapa orang yang juga ikut berteduh mulai menghampiri kendaraannya masing-masing untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
"Hujannya udah reda. Kita pulang sekarang aja, daripada kesorean". Aku mengangguk dan membiarkan tangan Derren menggenggam tanganku, menuntunku menuju ke motornya. Sensasi hangat yang tercipta saat kulit kami bersentuhan membuatku tidak bisa menolaknya.
Sesampainya di samping motor, kulepas jaket yang tersampir di bahuku, "ini, Der. Kamu pakai lagi aja". Kuulurkan jaket itu kepada pemiliknya. Derren memandanginya sekilas. Ia mengambilnya, kemudian tanpa diduga memakaikannya lagi padaku.
"Aku udah pinjemin jaket ini buat kamu. Jadi jangan di lepas, oke?". Derren menaikkan resleting jaketnya sampai ke leherku kemudian tangannya beralih mengusap pucuk kepalaku pelan.
"Tapi Der. Kan kamu yang di depan. Kamu yang kena angin. Aku di belakang bisa berlindung dari kamu, kok". Aku masih mencoba bernegosiasi dengannya. Bukan apa-apa, masalahnya aku juga tahu bukan hanya aku yang kedinginan di sini. Terlebih sepanjang hujan dan terpaan angin tadi, Derren sudah melepas jaketnya untukku. Kalau dia nekat naik motor tanpa menggunakan jaket, bisa-bisa dia sakit karena kedinginan.
"Ngga papa, ngga usah protes. Pakai aja, oke?". Derren melompat ke motornya kemudian menyodorkan helm padaku. Dengan pasrah aku pun mengambilnya. Tidak ada jalan lagi untuk bisa menolak permintaan Derren.
"Ayo naik". Derren memakai helmnya kemudian menstarter motornya. Aku pun bergegas memakai helm dan melompat naik ke atas motornya.
Motor ninja merah Derren kembali membelah jalan raya bersama kendaraan-kendaraan lainnya. Angin berhembus tidak terlalu kencang karena Derren memacu motornya dengan kecepatan sedang, namun sensasi dinginnya tetap mampu menusuk tulang. Entah datang keberanian darimana, dengan nekat kulingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Berusaha membagi kehangatan dari jaket yang di berikannya. Sesaat kurasakan Derren terkejut, namun tidak berapa lama kemudian dia rileks kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sunshine
Teen FictionKau datang seperti sebuah sinar kecil yang menyinari hidupku. Kau hadir seperti sebuah cahaya bintang yang menyinari gelapku. Aku menemukanmu, membuatku membuka ruang kecil dalam hatiku. Aku membutuhkanmu untuk terus menerangi dan mewarnai hari-hari...