Illy menunggu Al membuka suara sambil mengeringkan rambutnya. "Mau ngomong apa, sih?" tanyanya tak sabar. "Tadi nyuruh berenti latihan, sekarang udah keluar dari kolam malah diem."
Al masih bingung harus memulai dari mana. Semakin dicoba, semakin ia tidak bisa menahan matanya untuk tidak berkaca-kaca. "Umm… sebelumnya, nona harus yakin kalau apa yang mau saya sampaikan ini belum pasti. Nona harus janji, nona gak akan panik."Eksresi mendung di wajah Al membuat perasaan Illy mulai tidak enak. "Maksudnya? Lo mau ngomong, tapi nyuruh gue gak percaya sama omongan lo? Aneh!"
"Ini... soal Opa...." Al memulai seraya menundukan wajahnya.
"Opa? Kenapa Opa? Bukannya Opa baru berangkat kemarin sora, ya? Tumben udah ngasih kabar lagi. Dan muka lo kenapa gitu? Mata lo juga-"
"Barusan orang dari kantor Opa telpon,” Al menyela, “katanya....""Katanya?!"
"Pesawat Opa hilang kontak semalam, dan barusan mereka udah berhasil lacak keberadaan pesawat Jet-nya." Al bersiap dengan reaksi apa pun dari Illy sebelum melanjutkan. " Nona, please jangan panik dulu. Mereka bilang, pesawatnya... jatuh di perairan Masalembo."Illy ternganga, dan seketika air matanya menggenang. "Apa lo bilang? Lo becanda, kan? Ha...ha...." Ia mulai gemetar dan memaksakan tawa dalam takutnya. Tapi tiba-tiba, tawanya hilang begitu saja. "Opa sekarang di mana? Opa gak papa, kan? Opa pasti gak papa!!! Lo pasti bohong!!!"
"..." Al tidak sanggup menjawab. Ia sendiri tidak ingin percaya.
Illy mulai menangis. Ia berharap Al akan tiba-tiba tergelak puas karena berhasil mengerjainya, tapi ekspresi wajah Al justru semakin membuatnya takut. "Kenapa lo diem?!! Lo cuma lagi ngerjain gue! Iya, kan?!"
“…”Illy memukuli Al yang masih terpaku, bahkan tidak menatapnya. "Jawab gue! Opa mana? Opa gak mungkin ninggalin gue, Opa pasti gak ada dalam pesawat itu!!!" Ia mencoba menghibur dirinya sambil terisak dengan nafas sesak. "Hiks... Iya, Opa pasti gak naik pesawat itu, ha… ha…. Opa gak akan ninggalin gue sendirian!"
Al yang tidak sanggup lagi melihat Illy menangis segera menariknya ke dalam pelukannya. "Iya, nona, iya, Opa gak papa...," katanya menenangkan. Ia sendiri berharap ucapannya itu menjadi suatu keyakinan yang nyata.
"Opa... Opa gak mungkin ninggalin gue! Mereka pasti salah!!!" Illy semakin histeris di dalam pelukan Al. Ia lalu memaksa melepaskan diri dan beranjak dari kursinya. Ia melangkah dengan menyeret kaki kanannya yang belum sepenuhnya bisa berjalan normal, tidak peduli walaupun terasa sangat sakit."Nona! Nona mau ke mana?!" Al mengejar Illy. "Nona jangan gini...." Ia berusaha menahan Illy, Illy tetap bersikeras.
"Gue harus cari opa!!!" bentak Illy akhirnya.
"Tapi nona mau cari ke mana? Nona! Ingat keadaan kaki nona, saya mohon jangan gini...." Al memegangi Illy, tapi Illy bahkan tidak mau menatapnya.
"Lepasin gue!!! Gue harus cari Opa!!!" Illy berikir sejenak. "Iya, Opa pasti masih ada di kamarnya. Opa pasti semalam balik lagi, terus dia sekarang belum bangun.... Iya, pasti gitu." Dalam tangisnya, ia memaksakan senyum dan melanjutkan langkah menuju kamar Opa, di lantai dua.
"Nona! Ingat kaki nona gak boleh dipaksa jalan gini!" Al mulai membentak.
"Gue mau ke kamar opa! Kalau lo gak mau bantu gue, ya udah! Gue bisa naik tangga sendiri!!!" Illy membentak lebih keras.
Akhirnya, Al bungkam agar tetap bisa memegangi Illy, sebisa mungkin agar tidak terjatuh. Air matanya mulai menetes. Ia tidak sanggup melihat Illy seperti itu. Dan seperti Illy, sejujurnya ia pun berharap Opa ada di kamarnya.
Illy berusaha mati-matian meniti tiap anak tangga sambil menahan sakit. "Opa pasti gak papa...," lirihnya.Sampai di depan kamar Opa, Illy langsung membuka pintunya yang tidak terkunci. Ia masuk dan mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Sepi, tidak ada gerakan apa pun di kamar itu. Bahkan, angin pun seolah enggan masuk ke dalamnya untuk sekedar meniup gorden di jendela.
Illy sadar jika ia hanya tengah membodohi dirinya dengan berharap opa ada di kamar itu. "Opa!!! Opa gak mungkin tinggalin Illy, kan...? Illy gak punya siapa-siapa lagi selain Opa!!! Illy sama siapa kalau Opa gak ada? Kenapa Opa malah nyusul mama sama papa?! Opa...!!!" Tangisnya benar-benar meledak.
![](https://img.wattpad.com/cover/49406269-288-k862762.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I FOR YOU
FanfictionMungkin benar, kau memang diciptakan khusus untukku. Tuhan mengirimu untuk menjagaku, menjadi malaikat pelindungku. Bahkan, kau sudah lebih dulu menginjakan kaki di bumi sebelum aku. Itu karena kau yang harus menungguku dan bersiap menjagaku saat ak...