3_ At Home

4.7K 409 20
                                    

Pas! Basah melingkar di bagian depan hingga pangkal paha celana hitamnya. Al turun dari mobil dengan wajah dipenuhi kabut muram. Ia menghela nafas dalam-dalam sambil melihat kebagian celananya yang akan membuat orang berpikir jika ia habis mengompol atau semacamnya. Ya, dibersihkan seperti apa pun, tetap tidak menghilangkan jejak yang dibuat nona-nya di situ.

Al membukakan pintu mobil untuk Illy yang masih malas bergerak. "Terserah kalau nona gak mau keluar, saya masuk duluan," tegasnya.

    Illy tidak menjawab sampai Al sudah beberapa langkah meninggalkan mobil. Tapi, Al berhenti beberapa detik sambil kembali menarik nafas dalam-dalam, dan akhirnya kembali melangkah mundur. Kali ini ia tidak membuka suara, hanya menatap Illy dengan tatapan tajam yang sebenarnya percuma karena terhalang kaca mata hitamnya.

Illy akhirnya melirik pada Al dengan mata enggan terbuka, tapi juga tidak tertutup. Layaknya orang teler. Tiba-tiba, ia mengulurkan tangannya. "GEN-DONG...!" pintanyanya dengan wajah manja tanpa dosa. Ya, ia sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang ia lakukan pada Al. Apalagi terpikir untuk meminta maaf, sedikit pun tidak terlintas di kepalanya.

"Gak ada tulang yang patah, kan?" tanya Al dingin. "Harusnya NONA bisa jalan sendiri," tandasnya.

"Tapi masih pusing! Kalau dipaksa jalan nanti tambah mual lagi...," Illy mulai merengek.

“…” Beberapa detik Al hanya diam, lalu menutup pintu itu dan kembali meninggalkan Illy di dalam mobil.

     "Huuaaaa!!! Opa!!! Dia jahat!!!" Teriakan di dalam mobil itu dipastikan terdengar hingga lantai tiga rumah. "Huuuaaa!!! Hiks... huhuu...." Illy benar-benar menangis dengan suara cempreng.

Langkah Al kembali terhenti. "Huufff...." Dengan sangat terpaksa, ia kembali ke mobil, membuka pintu dan langsung membungkuk membelakangi Illy. "Naik, sebelum saya berubah pikiran." Ya, ia tidak mungkin meninggalkan nona-nya sendiri dalam keadaan menangis.

Illy tersenyum puas. "Gitu, donk!" Ia melingkarkan tangan di pundak Al dan kepalanya langsung bersandar nyaman di sana.

Al mengangkat tubuh ringan itu, lalu berjalan cepat agar bisa secepatnya terbebas. Sesekali ia menggerakan bahu untuk menggeser kepala Illy yang terlalu dekat dengan lehernya, membuatnya sedikit tidak nyaman karena nafas Illy terasa menggelitik.

Baru masuk beberapa langkah ke dalam rumah, mereka langsung disambut tatapan penuh tanya dari Atun dan Bi imah. "Non Princess itu kenapa?" tanya bi Imah cemas saat melihat Illy seperti orang teler.

"Kaka Al kenapa?" tambah Atun. Ia hanya fokus pada celana basahnya.

"Udah dibilang panggil mas aja!" Bi Imah menimpali pertanyaan Atun. "Mas, non Princess mabuk, ya? Duuhh… gawat kalau sampe ketahuan Tuan. Non pasti dimarahin."

Al sama sekali tidak berminat untuk menjelaskan apa pun. Tapi, Illy yang mendengar ucapan bi Imah tidak terima dituduh mabuk dan merasa harus membela diri. "Jangan asal kalau ngomong! Aku gak mabuk, bi!"

Al memutar bola matanya dengan sebelah alis terangkat. "Ya, sebenarnya bi Imah gak salah-salah amat. Emang mabuk, kok...."

"Aaahh! Cepetan ke kamar!" Illy merajuk dengan wajah memerah sambil menghentak-hentakan kakinya. Hingga Al melanjutkan langkah dan mulai meniti anak tangga.

"Wah…, beruntung banget non Princess di gendong kaka Al..,." kata Atun dengan wajah mupeng sambil menggigit serbet.

"Udah dibilangin, panggil Mas aja!" Bi Imah kembali mengingatkan Atun yang selalu keganjenan. "Ayo, ke dapur!" serunya.

“Iya, iya….” Atun pun mengikuti bi Imah sambil terus melihat Al yang sudah hampir sampai di lantai dua.

Tiba di kamar Illy, Al membuka pintu sembari menahan Illy dengan sebelah tangannya. "Makanya, lain kali kalau mau kabur belajar dulu. Pakai cara yang benar dan aman. Bukannya malah nyelakain diri sendiri. Kalau tadi gak ada saya, mungkin leher nona sudah patah, atau geger otak, atau patah tulang lainnya. Ya… pokoknya nona dipastikan berakhir di rumah sakit."
 
Illy menganga. Baru kali ini dia ngomong sepanjang itu! "Eeh, bentar! Lo lagi nasehatin gue? Berani banget lo! Itu kan, gara-gara lo juga!"

"Tetap saja nona salah. Pikir-pikir dulu kalau mau melakukan sesuatu. Apalagi-" Kalimat Al terhenti saat melewati beberapa foto gadis kecil berpipi bulat dengan lesung kucing yang terpajang rapi di sebuah rak kaca. Foto-foto itu bersanding dengan foto Opa, dan sepertinya foto orang tua Illy yang sudah meninggal.

Al menelaah foto itu lebih jelas. Tapi, tiba-tiba Illy menggigit kupingnya. "Aaaaawww!!! Kenapa gigit kuping saya?!!" tanyanya kaget. Wajahnya seketika memerah. Sontak ia melempar Illy ke atas tempat tidur yang untungnya sudah dekat.

"Apa?! Gak terima? Gue juga gak terima lo nyalahin gue! Berani banget nasehatin gue! Nyebeliiinnn! Gue aduin ke Opa lo!!!"

I FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang