Audi hitam mengkilat melaju cepat, membelah jalan tol yang cukup lengang. Di dalamnya, terdapat dua orang yang sibuk masing-masing. Sang pengemudi fokus melihat ke depan, mengendalikan mobil agar tetap melaju dengan kecepatan stabil. Di kupingnya, terpasang earphone yang mempemudah komunikasinya dengan orang yang sedang menunggu mereka di tempat yang mereka tuju. "Halo.... Iya, Opa. Dua jam lagi saya dan nona Princess sampai."
Tiba di sebuah tikungan tajam, mobil itu tetap melesat tanpa mengurangi kecepatannya.
"Aaaaahhh!!! Lo bisa nyantai gak bawa mobilnya?!" Illy yang tengah memoles wajahnya dengan makeup seketika menoleh sangar pada Al dengan mata melotot, nyaris melompat. "Lo lihat, nih! Lipstik gue jadi ke mana-mana!!!"
Al membagi konsentrasi menyetir. Beberapa detik ia hanya menatap datar pada Illy yang tampak kacau dengan lipstik meleset dari bibir dan membentuk jalur baru yang cukup panjang di pipi chuby-nya. Kemudian, ia kembali fokus melihat ke depan."Hiiyyyhhhh!!! Nyebelin! Minta maaf, kek! Dasar es batu! Pahit banget muka lo!" Illy mendengus seraya mengerucutkan bibirnya pada Al. Kemudian, ia membuka safetybelt untuk mengambil tissue basah dari dalam tasnya yang saat naik tadi ia lemparkan ke kursi belakang.
Al yang melihat itu terpaksa membuka suara. "Non, pakai lagi sitbelt-nya.""Gue harus bersihin pipi gue! Ini kan, juga gara-gara lo! Pelanin dikit mobilnya!" seru Illy ketus.
Tak lama, Illy mendapatkan tissue-nya. Tapi, saat hendak kembali duduk, tiba-tiba mobil itu membelok tajam ke arah kiri. Kontan tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terlempar. "Aaaaaahhh!!!"
Mobil itu berhenti karena Al menginjak rem mendadak. Illy perlahan membuka mata yang sebelumnya refleks ia pejamkan. Tersadarlah ia jika sekarang tengah memeluk Al dengan bibir pas mendarat di bawah kuping cowo dingin itu. Ia mengedipkan mata beberapa kali, berusaha meyakinkan diri dengan apa yang sedang terjadi. Barulah ia mundur cepat.
Suasana canggung menyeruak. Sementara itu, Al masih diam membatu sejak Illy terlempar padanya. Lehernya kaku, tidak berani menengok pada sang nona."Lo sengaja ya?!" Akhirnya, Illy mulai menuduh Al. "Ngaku, deh! Lo ternyata penuh modus!" Ia yang murka langsung memukuli Al. Sebenarnya, ia sedang menutupi salah tingkahnya dalam suasana canggung itu.
Tapi, Al yang akhirnya sudah bisa kembali menguasai dirinya mencoba menganggap kejadian itu hanyalah kecelakaan konyol. Ia kembali menginjak gas seraya menghilangkan kegugupannya. Otomatis Illy mengakhiri pukulannya dan buru-buru memasang kembali sitbelt."Maaf, saya sudah bilang kalau kita gak punya banyak waktu. Kita harus buru-buru. Saya sudah ingatkan nona, tapi nona yang gak mau dengar," sahut Al akhirnya dengan nada tenang.
"Jadi, gue lagi yang salah?! Di sini udah gue yang jadi korban, terus tetep gue yang salah?!" Illy memicing dengan bibir mengerucut. "Oh, jangan-jangan sekarang lo puas ya, udah gue cium?!""Tenang saja. Saya sama sekali gak anggap yang barusan itu ciuman," tegas Al sambil tetap fokus mengendalikan kemudi.
Illy menganga. APA?! Kenapa kesannya jadi kayak gue yang baper nganggap itu ciuman? Heerrgghhh…! Dasar Es batu!!! Cepat-cepat ia membuang muka dari Al sambil melipat tangannya di dada.~~~
Tiba di daerah Sawarna Banten….
Mobil Audi hitam itu akhirnya memasuki lobi sebuah gedung dengan beberapa mobil mengantri untuk diparkirkan. Al lebih dulu turun, lalu membukakan pintu untuk Illy.
Sang Princess turun perlahan. Kaki mungil dengan high heels berwarna silver-nya langsung menarik perhatian orang-orang yang juga baru akan memasuki gedung. Siang itu, ia mengenakan A-Line mini dress berbahan semi kulit silver di atas lutut dengan potongan bahu rendah. Ia ampak elegan, namun tetap girly dan sesuai usianya.
Illy berjalan angkuh tanpa menoleh pada siapa pun yang tersenyum menyapanya. Sedangkan Al terus mengekor di belakangnya. Ya, kehadiran mereka berdua semakin menarik perhatian di tengah acara yang sudah dimulai itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/49406269-288-k862762.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I FOR YOU
FanfictionMungkin benar, kau memang diciptakan khusus untukku. Tuhan mengirimu untuk menjagaku, menjadi malaikat pelindungku. Bahkan, kau sudah lebih dulu menginjakan kaki di bumi sebelum aku. Itu karena kau yang harus menungguku dan bersiap menjagaku saat ak...