21_ Trapped Without You

2.6K 277 22
                                    

"Kamu mau bawa aku ke mana?! Cepetan kita balik lagi ke sana! Al pasti nyariin aku!" Di dalam mobil yang terus melesat itu, Illy masih saja panik. "Efan! Kenapa diam aja? Cepat balik lagi!!!" Kali ini, ia membentak lebih keras.

"Ly! Kita gak mungkin balik lagi ke sana! Kamu lupa siapa yang tadi ngobrak-abrik rumah itu?" Akhirnya, Efan membagi konsentrasi mengemudinya. "Seandainya tadi aku telat sedikit aja, sekarang kamu pasti udah dibawa sama orang-orang suruhan papah. Dan itu jauh lebih buruk buat kamu, Ly!"

Illy terngng, tak percaya. "Papah kamu? Jadi orang-orang itu suruhan om Sandy?"

"Iya! Papah emang gak ngasih tahu aku soal ini, tapi aku yakin itu pasti orang suruhan papah. Kamu pikir papah bakal lepasin kalian gitu aja? Gak! Dan bukan hal yang mustahil buat papah bisa nemuin kalian, kemana pun kalian pergi."

Illy mencoba mengatur nafasnya yang masih berantakan. Ya, ia ingat saat tengah duduk di beranda rumah, tadi, Efan tiba-tiba datang dan menariknya bersembunyi di balik ilalang yang cukup lebat. Sementara orang-orang berbadan tegap mulai berdatangan ke rumah itu dan mengobrak-abriknya seperti tengah mencari sesuatu. Dan sekarang, bisa dipastikan jika mereka gagal mendapatkannya. Efan sudah lebih dulu membawanya pergi. Entah untuk menyelamatkannya atau bukan, ia bahkan belum sepenuhnya mengerti.

'Sebenernya ada apa? Gimana keadaan Al sekarang? Dia masih di sana? Dia baik-baik aja, kan? Apa gue bisa percaya sama Efan?' Illy tidak bisa berhenti mencemaskan memikirkan semuanya.

"Sebenernya aku satang cuma buat mastiin kalau kamu sama Al emang ada di sana, tapi aku malah lihat orang-orang itu. Dan aku gak mungkin biarin mereka nangkap kamu. Kamu gak mau kan, kejadian pernikahan itu terluang lagi? Jangan sampai usaha kabur kamu dari pernikahan sia-sia. Sementara ini, lebih baik gini dulu...," jelas Efan sambil sesekali menatap Illy.

"Terus kamu, dari mana kamu tahu aku sama Al ada di rumah itu?"

"Dari bu Ina."

Illy mengernyit. "Bu Ina? Siapa?"

"Ibu panti. Panti asuhan tempat aku..." Efan berhenti sejenak, "...tempat aku sama Al dulu."

"Kamu sama Al?" Illy semakin bingung dan nyaris kehilangan kesabarannya. "Panti asuhan itu? Sebenarnya ini ada apaan, sih?!"

"Selama ini gak ada yang tahu kalau aku ini cuma anak angkatnya papah, termasuk kamu." Efan menghela nafas. "Dulu, aku tinggal di panti asuhan yang sama sama Al. Jujur aku sendiri sedikit pun gak inget sama Al, tapi Al pasti inget aku. Selama ini dia cuma gak mau peduli dan pura-pura gak tahu apa-apa kalau ketemu aku."

Setelah mendengar itu, Illy hanya tediam. Ia sendiri tidak tahu harus menanggapi kenyataan itu seperti apa. Terlebih lagi, saat melihat wajah Efan yang begitu muram. 'Ya, dulu, gue sendiri bahkan gak tahu kalau Al itu kaka arum manis dari panti asuhan itu. Mungkin, di sini cuma Al yang inget semuanya. Termasuk soal Efan yang anak angkat.'

Efan masih fokus mengemudi saat menyadari suasana mendadak hening. "Tapi, soal aku cuma anak angkat itu... bukan masalah besar buat aku. Aku bahkan gak peduli aku anak siapa," kata Efan, sedikit sinis. "Yang penting sekarang, aku udah gak mau lagi tutup mata aku. Semua yang papah aku lakuin itu salah, dan aku gak akan pernah lagi mau jadi bonekanya."

Illy menoleh dengan tatapan penuh tanya. "Maksud kamu boneka?"

"Selama ini papah yang nyuruh aku deketin kamu supaya aku bisa nikahin kamu. Kamu pasti ngerti, Ly. Cuma dengan cara itu papah bisa nguasain kamu dan semua harta Opa. Tapi, aku gak sejahat itu. Seandianya kita benar-benar menikah pun, aku akan dengan tulus melakukannya. Dengan tulus mencintai kamu, kalau memang kamu takdir aku. Bukan untuk memanfaatkan kamu demi harta Opa."

Awalnya, Illy sudah akan marah karena pengakuan Efan, tapi kalimat terakhir itu justru membuatnya merasa bersalah. "Soal aku yang kabur dari pernikahan itu... aku minta maaf...."

I FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang