18_ Creamy Waves

4.1K 368 45
                                    

Kicauan burung yang bertengger di dahan pohon, pagi itu terdengar begitu merdu. Mereka pasti tengah bernyanyi, atau mungkin hanya sekedar mengasah pita suaranya, agar tetap lentur dan bisa bersiul dengan suara indah sepanjang hari. Suara kicauan itu cukup ampuh untuk membangunkan Sleeping Beauty yang masih asik memeluk dirinya di atas sofa.

"Hmmpphhh...." Illy masih melongo sambil mengumpulkan nyawanya. Detik berikutnya, ia mengedarkan pandangandan seketika terperanjat bangun. "Al...!" Entah kali keberapa, ia terbangun dan langsung menyebut nama itu.

Illy berlari keluar saat tidak menemukan Al di seluruh ruangan rumah itu. Ia bahkan lupa memakai sandal. "Al kemana, sih?!" gumamnya panik. Sepertinya, ia sudah mengalami sindrom takut ditinggalkan, atau penyakit ketergantungan pada sosok Al.

"Aaaallll...!!!" Illy meneriakan nama itu dengan matanya yang awas mencari dan langkahnya terus mendekat ke arah pantai.

Orang yang dicairnya justru tengah asik berlari-lari kecil di bibir pantai dengan hoodie yang sengaja dibiarkan menutupi kepalanya. Samar-samar, Al bisa mendengar namanya dipanggil dari kejauhan. "Princess...?" Illy sudah terlihat dan berlari ke arahnya saat ia bergegas memutar langkahnya kembali ke rumah.

"Aaalll! Ngapain di situ?! Aku nyariin!" Illy yang cemas sudah nyaris menangis.

Akhirnya Al hanya berdiri, menunggu Illy sampai di depannya. Kepalanya sedikit miring aat melihat Ily dari ujung kaki hingga ujung kepala. Illy tampak seperti bocah kecil yang baru terbangun dengan piama longgar, dan bertelanjang kaki menapaki pasir.

"Lain kali kalau mau pergi bilang-bilang, kek! Bangunin aku dulu, kek! Kan aku jadi panik nyariin! Lagian aku kan takut kalau sendirian di tempat asing gini!" Illy mengomel tanpa jeda.

Al tersenyum simpul. "Aku cuma lagi lari pagi aja, kok. Tadi kamu kelihatan nyenyak banget tidurnya, jadi gak tega mau bangunin." Ia beralih melihat kaki Illy. Kontan Illy mengikuti arah pandangnya.

"Aku sampai lupa pakai sandal...!" Illy mendengus.

"Gak papa, pasirnya bersih, kok." Al menarik tangan Illy. "Mendingan pagi ini kita lari di pantai, yu!"

"Tapi, aku masih pakai piama, Al!"

"Gak papa, asal kita gak masuk ke area pantai yang rame aja. Gak akan ada orang, kok. Biar adil, aku juga buka seatu, deh." Al berhenti menarik Illy berlari untuk melepaskan sepatunya.

"Ya udah kalau gitu." Illy mengendikan bahu.

Mereka pun berlari menyusuri pantai itu sambil mengobrol ringan.

"Gak papa kan, kalau di pantai?" tanya Al.

"Gak papa apanya?"

"Soal laut itu... gak papa, kan?" Al memperjelas.

Illy lalu mengarahkan pandangannya ke arah laut. "Aku sering kok, ke pantai. Tapi, kalau ngelihat laut, emang masih takut. Aku... benci sama laut."

Al tiba-tiba menghentikan larinya.

"Kenapa berhenti?" tanya Illy, heran.

"Kita duduk di sini dulu...." Al lebih dulu duduk dan meluruskan kaki di pasir. Tak lama, Illy mengikutinya duduk bersila. "Kalau habis lari, kakinya lurusin...," katanya sambil menarik kedua kaki Illy hingga berselonjor lurus.

“…” Illy hanya menghela nafas dan menurut.

Mereka duduk tak jauh dari ombak yang nyaris menyentuh kaki mereka. Tapi, ombak itu kemudian sudah kembali ke laut, sementara pasir yang mereka lewati basah.

"Aku belum pernah sedekat ini sama ombak...," kata Illy, sedikit bergumam.

"Gak terjadi apa-apa, kan?" tukas Al. "Gak ada yang salah sama laut...," tambahnya. "Yang salah itu, kalau kamu terus-terusan nyalahin laut."

“…”

Al menatap Illy di sebelahnya lekat. Sementara Illy, tatapan kosongnya jusru mengikuti garis ombak yang terus berubah-ubah. "Princess... kamu harus ikhlasin semuanya. Aku gak minta kamu tiba-tiba bisa suka sama laut, aku cuma mau kamu kasih kesempatan buat diri kamu sendiri."

I FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang