Al baru akan melewati pintu kamar Illy yang sedikit terbuka saat mendengar suara bentakan keras. Ia putuskan untuk masuk ke dalam kamar itu. Terlihatlah seorang pegawai perempuan tengah menunduk dengan wajah ketakutan. Di depannya, Illy masih bersungut-sungut memarahinya.
"Sekarang lo pergi! Lo gak boleh kerja di tempat ini lagi!"
"Ta-tapi, saya gak sengaja, non.... Saya minta maaf, jangan pecat saya. Kalau saya gak kerja, gimana saya mau biayain keluarga saya?"
"Ada apa?" tanya Al yang sudah berdiri di antara mereka. "Kenapa dia dipecat?""Tuan, sumpah saya gak sengaja numpahin jus ke dalam sepatu nona Princess. Saya minta maaf, saya mohon jangan pecat saya." Wajah pegawai itu terlihat memelas dan nyaris menangis.
Sesaat Al menatap iba pada wanita itu, kemudian beralih menatap Illy dingin. "Nona, dia udah minta maaf, apa susahnya maafin orang? Lagian sepatu kayak gitu, nona pasti punya banyak, kan? Kasihan dia."Illy mendelik pada Al. Sedikitpun tidak terlihat belas kasih di wajahnya. "Lo pikir gue peduli? Itu bukan urusan gue. Emang dia yang salah, kenapa kerjanya ceroboh?!" timpalnya seraya ngeloyor cuek, keluar dari kamar itu.
Al menghela nafas sambil menggeleng pelan. Illy benar-benar keterlaluan. Lebih parah lagi karena ia melakukannya tanpa beban, dengan wajah polos.
Al tersenyum ramah pada si pegawai sebelum keluar dari kamar itu. Ia tahu ke mana harus mengadu. "Tenang saja, mba. Mba gak akan dipecat."~~~
Di dalam perjalanan pulang….
Kali ini, Illy pulang bersama Opa. Sedangkan Al pulang dengan mobil yang berbeda, ia membawa Audi hitam yang dikendarainya saat berangkat.
"Opa, Opa lama kan, tinggal di rumah? Aku masih kangen." Illy mulai merengek manja.
"Iya, opa mau istirahat dulu di rumah. Sekaligus ngawasin kamu lebih lama."Illy mengernyit, tidak mengerti dengan ucapan opa. "Maksud opa ngawasin aku?"
“…” Opa hanya menjawab dengas senyum simpulnya.~~~
Di sebuah club….
Seorang pria muda berwajah sedikit bule tengah asik dengan dirinya sendiri. Ia hanya duduk seraya menikmati musik dan sesekali menyeruput wine di tangannya. Bahkan, ia tidak menyadari jika seorang gadis cantik baru saja duduk di sampingnya.
"Selalu gini. Lo cuma buang-buang waktu lo, Fan," kata gadis bernama Acha Willie itu
.
Efan menoleh singkat, lalu tersenyum sinis. "Gue udah bosen jadi bonekanya.""Then don't! Lakukan apa pun yang lo mau, yang menurut lo benar."
"Tapi gue juga gak bisa. Kurang ajar kalau sampe gue gitu.""Sampai sekarang usaha lo bahkan belum ada hasilnya, kan? Lo yakin mau terusin itu?"
Efan semakin frustasi. Bagaimana tidak? Selama ini ia sudah melakukan semua yang diinginkan ayahnya, walaupun itu sama sekali tidak sejalan dengan hatinya. Dan semakin sulit karena hingga saat ini, ia sama sekali belum bisa meraih hati princess pewaris tahta itu.
"Fan, lo tahu gue selalu ada buat lo. Cewe bodoh ini dari dulu dan sampai kapan pun akan selalu jadi cewe bodoh lo."Efan menatap Acha lekat. "Cha, lo tahu gue bahkan gak bisa tentuin hidup gue sendiri. Jadi, gue juga gak bisa janjiin apa pun buat lo." Ia mendesah seraya tersenyum miris. "Beruntung banget buat orang-orang-orang yang bisa ikutin kata hatinya. Gue sedikit pun gak dikasih kesempatan buat punya hati. Gue gak tahu gimana perasaan gue sebenarnya."
"Tapi, seenggaknya lo tahu gimana perasaan gue buat lo."
"..." Ya, Efan tahu.
~~~
Setelah pejalanan jauh, akhirnya Illy dan Opa tiba di rumah. Al yang sudah lebih dulu sampai menyambut kedatangan mereka di depan pintu masuk utama rumah. Illy mendelik singkat pada Al, tatapannya begitu sinis. Jauh berbeda dengan tatapan datar Al, seperti biasa.
"Opa, saya sudah atur semuanya," kata Al.
Opa tersenyum simpul. "Terimakasih, Al. Sekarang saya mau istirahat dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I FOR YOU
FanfictionMungkin benar, kau memang diciptakan khusus untukku. Tuhan mengirimu untuk menjagaku, menjadi malaikat pelindungku. Bahkan, kau sudah lebih dulu menginjakan kaki di bumi sebelum aku. Itu karena kau yang harus menungguku dan bersiap menjagaku saat ak...