Di ruang kerja opa....
Cinta dan Efan tengah bermain puzzle di sofa. Tak jauh dari mereka, Illy dan Al duduk di depan meja kerja Opa, menunggu penjelasan."Opa minta maaf, ya. Kalian gak marah kan, sama Opa?" tanya Opa akhirnya, setelah beberapa saat hanya tersenyum simpul sambil bergantian menatap Al dan Illy yang tampak masih masih shock karena tiba-tiba diperkenalkan sebagai calon pasangan suami istri di dalam rapat direksi.
"Opa sengaja pergi, Opa merasa ada yang gak beres di beberapa anak perusahaan Opa. Sebenernya Opa tahu siapa penyebabnya, tapi Opa yakin kalau orang itu punya maksud lain. Ternyata benar, setelah Opa dinyatakan meninggal dalam kecelakaan pesawat, mereka yang Opa curigai itu langsung bergerak dan menunjukan kebusukannya. Ya, Opa pikir juga gak ada salahnya Opa bermain-main dengan mereka, atau mempermainkan mereka sekalian. Dan jauh jauh dari niat awal, Opa malah dapat dua kepala sekaligus. Tentu dengan beberapa bawahan mereka yang juga terlibat."Penjelasan Opa cukup membuat Al dan Illy mengerti. Walaupun masih sama-sama tidak habis pikir. Bahkan, mereka masih takjub dengan permainan Opa yang sangat rapih.
"Tapi, kenapa Opa gak bilang sama kita?" tanya Illy, sedikit kesal. "Kenapa Opa gak ngajak aku? Opa kan bisa ngabarin kita soal keadaan Opa."
"Karena Opa gak mau libatin kalian. Opa juga yakin kalau rencana dia ada hubungannya sama kamu, sayang." Opa tersenyum pada Illy. "Tapi Opa sama sekali gak ada maksud jadikan kamu umpan, Opa merasa tenang aja ninggalin kamu karena ada Al. Makanya sebelum pergi, Opa wanti-wanti titipin kamu ke Al. Dan sekali lagi, keyakinan Opa terbukti. Kalian malah jadi makin dekat dan kompak sekarang."
Opa beralih memicing pada Al. "Biarpun Al hampir aja ninggalin kamu di hari pernikahan itu.""Maaf, opa." Al tertunduk menyesal. "Waktu itu saya lupa dengan kata-kata terakhir Opa. Saya sempat gak ngerti maksud Opa jangan tinggalin Illy apa pun yang terjadi. Saya pikir pernikahan itu pengecualian karena berdasarkan wasiat Opa sendiri."
"Gak papa." Opa kembali tersenyum. "Toh, akhirnya kamu tetap gak ninggalin cucu Ppa. Tadinya Opa sendiri yang mau keluar buat batalin pernikahan itu, tapi kamu datang lebih dulu. Opa udah yakin si, kamu pasti gak mungkin kecewain Opa."
Opa kemudian menatap ke arah Cinta dan Illy bergantian. "Illy, kamu bisa pulang duluan ke rumah sama Cinta, gak? Diantar Efan aja. Opa mau ngomong berdua sama Al."Illy ikut menoleh ke arah Cinta yang masih asik bermain dengan Efan. "Tapi, Illy juga masih bingung deh, kenapa Cinta ada sama Opa?"
"Nanti Opa jelasin di rumah. Sekarang, Opa mau bicara berdua dulu dengan Al."
"Huuffhh... ya udah, aku tunggu di rumah." Illy menghampiri Opa dan mencium pipinya. "Dah, Opa!"
"Cuma Opa yang dicium?" Sebelum Illy beranjak ke sofa tempat Cinta dan Efan bermain, Opa menyeletuk dengan wajah jahil. Kontan Al dan Illy saling menatap dengan wajah kikuk.
"Apaan sih, Opa!" protes Illy. "Udah, ah!" Ia pun segera menyeret Cinta dan Efan keluar dari ruangan.
"Saya pamit, Opa," kata Efan sebelum keluar.
"Hati-hati, Fan," jawab Opa yang menahan tawa. Hingga ankhirnya benar-benar tertawa karena berhasil membuat cucunya tersipu dan salah tingkah. Juga pemuda di depannya tentu, yang sekarang tertunduk dengan muka merona.
Opa kembali serius menatap Al di depannya. Ia tahu banyak pertanyaan mengantri di kepala pemuda yang wajahnya sudah tidak merona lagi. "Kamu memang berhak atas 50% kekayaan Apa, Al."
Al mengangkat kepalanya dengan tatapan penuh tanya. "Tapi kenapa? Memangnya aku siapa? Apa bener Opa yang titipin aku ke panti? Jadi sebenarnya, orang tua aku siapa? Mereka sekarang di mana?" tanyanya tanpa jeda.
![](https://img.wattpad.com/cover/49406269-288-k862762.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I FOR YOU
Hayran KurguMungkin benar, kau memang diciptakan khusus untukku. Tuhan mengirimu untuk menjagaku, menjadi malaikat pelindungku. Bahkan, kau sudah lebih dulu menginjakan kaki di bumi sebelum aku. Itu karena kau yang harus menungguku dan bersiap menjagaku saat ak...