Keesokan harinya aku bersekolah seperti hari kemarin. Aku juga berangkat bersama Irika dan Hime. Kami berjalan sambil mengobrol seperti yang biasa kami lakukan.
Satu hal yang tak kusuka adalah kami membahas kejadian saat aku hampir memasuki toilet perempuan. Aku tak tahu darimana Irika tahu, tapi satu hal yang pasti, citraku di depan mereka sudah memburuk.
"Fufu.fu... aku tak kau sudah mulai tertarik kepada perempuan. Ini suatu kemajuan besar."
"Apakah kau berpikir aku selama ini penyuka lelaki? Hime, katakan sesuatu kepad- tunggu, kenapa kau menghindari tatapanku?"
"Errrr... etto....aha ha..."
Kau sungguh mempesona saat tersenyum, tapi aku tak suka kau tersenyum di situasi seperti ini....
"Kalian sungguh kejam. Apa benar kalian temanku?"
"Ma... ma... kau tahu kami hanya bercanda. Selain itu ini memang suatu yang patut dirayakan."
"Aku tak mengerti apa yang kau maksud, tapi aku merasa terhina."
"Kalau kau tak ingin terhina, jangan ulangi perbuatanmu. Jika kau ingin mengintip, kau boleh melihatku sepuasmu. Ara... bukankah kau dulu pernah melihatnya fu fufu..."
"Aku memang pernah melihatnya, tapi itu saat kita kecil dan itu bukanlah kesengajaan. Tapi jika kau mau aku mungkin akan melakukannya. ...mungkin ini saatnya aku melihat apa kau tumbuh atau tidak."
"Hoho... apa kau yakin? Aku yakin jika kau melihat tubuhku kau akan langsung menyerangku seperti binatang buas. Dan disaat itu kau akan melakukan itu dan ini kepadaku."
"Sayang sekali aku tak tertarik dengan tubuhmu yang penuh lemak itu. Jika aku melihatnya, kurasa aku memilih kabur daripada menyerangmu."
"Baiklah, itu pelecehan seksual, kau tahu?"
"Mengatakan kenyataan bukanlah termasuk pelecehan seksual. Singkirkan pemikiran seperti itu."
"Daripada kau yang tak bisa mengerti apa yang orang lain pikirkan, aku lebih baik."
Sementara kami sedang bertengkar dan saling mengejek, Hime berjalan di pinggir dengan senyuman kecil di bibirnya. Maklum saja, ini adalah keseharian kami, jadi dia juga sudah tahu meskipun kami bertengkar, tapi kami akan baikan lagi.
Setibanya kami di sekolah, Izumi bergabung dengan kami. Setelah memasuki sekolah, kami berpisah karena berbeda kelas. Jujur saja aku merasa sedih dengan keadaan seperti ini, tapi ini juga kesempatan yang bagus untuk mencari teman baru.
Aku berada di kelas 1A. Seperti yang kuduga aku tak mengenal teman sekelasku. Tapi banyak yang sudah akrab atau mengenal satu sama lain. Kurasa itu karena mereka dulu satu sekolah.
Saat bel berbunyi seorang anak kecil masuk. Tunggu dari penampilannya dia memang seperti anak kecil, tapi aku rasa aku bisa merasakan aura dewasa darinya.
"Baiklah, semuanya sudah duduk."
Dia melihat ke arah kami lalu dia tersenyum kecil.
"Perkenalkan, namaku Shirasaki Kumi. Aku adalah wali kelas kalian. Sebelum kita mulai pelajaran, kita mulai dengan perkenalan. Silahkan dimulai dari pojok sebelah kiri."
Murid perempuan dari paling pojok berdiri dan mulai berkenalan. Setelah selesai, murid di sampingnya juga mulai berkenalan. Hal ini terus berlangsung sampai ke giliranku.
Aku berdiri dan memperkenalkan diriku dengan nada biasa dan sangat biasa. Tapi Kumi-sensei tiba tiba menyela.
"Disini tertulis kau berusia 17 tahun. Apakah itu benar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Soul [End]
ActionAku tinggal di dua dunia. Satu dunia normal, yang satunya dunia yang tak pasti aku ketahui. Di dunia itu aku membuat perjanjian dengan iblis cantik. Iblis itu mengambil jiwaku, tapi sebagai gantinya aku hidup. Suatu hari, aku menyelamatkan seekor...