Chapter 8 [Another Prologue, Maybe?]

5.3K 376 16
                                    

Aku terlambat ke sekolah. Ini sudah kuduga sebelumnya, tapi aku sedikit bingung karena semuanya menatapku dengan aneh saat aku tiba.

Untunglah aku tak mendapat hukuman. Mungkin karena Sensei tahu aku memiliki tubuh lemah, jadi aku wajar jika terlambat.

Akhirnya kesehariankupun dimulai lagi.

Jam istirahat makan siang aku membeli makanan di kantin. Saat aku mencari teman temanku, aku melihat mereka di salah satu sudut kantin.

Biasanya aku akan berteriak atau memangil mereka sebelum datang, tapi aku mengurungkan niatku dan akhirnya tak memakan nasi kare pesananku.

Aku tak sanggup melihat ekspresi dua orang gadis sahabat dekatku yang begitu menyedihkan.

Aku tak tahu alasan pasti kenapa mereka bersedih atau marah, tapi aku tahu semua itu karena aku.

"...."

Akupun akhirnya membeli minuman di mesin penjual minuman dan melangkahkan kakiku ke atap sekolah.

Tapi aku merasakan aura yang tak menyenangkan di belakangku. Aku merasa diikuti oleh seseorang.

Ini membuatku takut dan penasaran.

Aku mendesah berat. Aku sampai di atap dan melihat pemandangan sekolah.

"...Stania..."

Aku memanggil namanya. Nama orang yang kucintai.

"..kenapa...?"

Perasaanku kini bercampur aduk. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan mengenai Cera.

"Kenapa apa?"

"Stania, seperti dugaanku, kau sebenarnya bisa muncul kapan saja, benarkan?"

Stania kini berada di sampingku. Dia duduk di pagar dengan one piece putih yang anggun.

"Akhirnya kau mengerti juga, Honey. Aku bisa muncul ke dunia ini kapanpun, tapi aku tak bisa melakukannya setiap saat. Aku datang hanya disaat kau membutuhkanku saja."

"..."

"... seperti saat ini."

Angin menerbangkan helaian rambutnya yang indah.

"Aku tahu kau pasti bingung dengan Cera, tapi seperti yang kubilang sebelumnya, dia hanya mengucapkan terima kasih kepadamu yang telah membebaskannya."

"..."

Aku membuka segel itu, tapi aku tak memiliki niat untuk membebaskannya. Apakah aku pantas mendapatkan terima kasih?

Dan kenapa dia harus melakukan hal itu?

"Kau berpikir kau tak pantas, tapi itu tak merubah kenyataan kalau kau membebaskannya. Banggalah Honey. Dirimu lebih kuat daripada yang kau pikirkan."

"..."

Aku menggertakan gigiku dan menggenggam tanganku dengan kuat. Aku bahkan menghancurkan kaleng minumanku.

"Bukan itu masalahnya. Kenapa... kau.."

"Begitu rupanya, kau marah karena aku membiarkan Cera mempengaruhimu sehingga kau berakhir bercinta dengannya."

"..."

"Marah karena alasan sepele seperti itu sungguh membuatku ingin tertawa, Honey."

Aku tahu dia adalah iblis, tapi-

"...bagiku ini bukanlah hal yang patut ditertawakan, Stania."

Senyuman Stania menghilang.

"Aku berusaha agar hubungan kita menjadi lebih baik. Bukan karena kau adalah iblis dan aku adalah manusia, tapi aku berharap tak ada yang memisahkan kita."

Love and Soul [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang