Akibat aku tak tahu bagaimana caranya menggunakan cincin yang diberikan Stania, dia mentertawakanku dengan keras. Awalnya aku mengira dia akan marah, tapi dia tak melakukannya. Justru dia berkata aku tak bisa karena belum saatnya.
Ini membuatku sedikit lega, tapi aku tak bisa bermesraan dengannya di dunia nyata. Oh... sial...
Akhirnya diputuskan kalau aku menggunakan cincin itu jika saatnya sudah tepat. Dan kami tak membahas hal ini lagi dan malam kebersamaan kamipun berlalu seperti biasa.
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah setelah berpamitan dengan kedua adikku yang manis dan ibuku.
Seperti biasa aku menemukan Hime dan Irika sudah menungguku di jam biasanya. Kemudian kamipun berangkat sekolah bersama lagi.
Setibanya di sekolah, kami berpisah dan aku langsung duduk di bangkuku. Tapi saat aku meletakkan tasku, entah mengapa aku merasakan sesuatu yang mengawasiku.
"........"
Perasaan itu semakin terasa dan membuatku sedikit ketakutan. Lalu aku melihat ke depan papan tulis dan menemukan wajah wanita yang manis tapi sedidit pucat pasi.
"WHAA... jangan mengagetkanku seperti itu."
Gadis itu justru memiringkan kepalanya dengan tatapan penasaran. Aku juga bisa merasakan dia sama terkejut seperti aku, tapi bukankah aku yang seharusnya terkejut disini?
Dan entah mengapa aku merasakan tatapan yang aneh dari teman satu kelasku.
Aku kemudian duduk setelah mendesah berat.
"Hm? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya, mungkinkah kau murid baru?"
Gadis itu hanya mengangguk pelan bersamaan dengan senyuman tipis.
"Aneh, aku tak mendengar ada murid pindahan hari ini."
Gadis itu terdiam dan hanya menatapku. Aku tak punya topik yang bisa dijadikan bahan pembicaraan.
Saat itulah tiba tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh dan menemukan seorang gadis dengan kacamata di belakangku.
"Kalau tak salah.. Tomoka-san?"
"Benar, bolehkah aku memanggilmu Shin-kun?"
"Tentu. Lalu ada apa? Mungkinkah ingin meminjam buku PR?"
"Tidak, aku hanya ingin bertanya kepadamu, apa kau keberatan."
Dia pasti ingin menanyakan Hime dan Irika lagi. Meskipun tak senang, tapi tak apalah. Setidaknya masih ada yang mau bicara denganku.
"Tidak. Aku akan menjawab jika aku bisa."
"Baiklah, senang kalau begitu."
"Hm?"
"Sejak tadi kau bicara dengan siapa?"
"Tentu bicara dengan dia. Dia bahkan di belakangmu, apa kau tak bisa melihatnya?"
"Huh?"
Tomoka melirik ke belakang dengan wajah pucat pasi.
"Be-Belakangku? Aku tak melihat siapapun?"
"Apa maksudmu tak bisa melihatnya, tunggu dulu...."
Aku melirik ke murid pindahan itu sekali lagi. Kali ini lebih teliti. Setelah melihatnya lagi, aku sadar tak bisa melihat kakinya.
"Maaf, rupanya dia hantu. Hmm... sejak kapan aku bisa melihat hantu?"
Saat aku bertanya dengan nada penasaran, Tomoka entah mengapa lari meninggalkan ruang kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Soul [End]
ActionAku tinggal di dua dunia. Satu dunia normal, yang satunya dunia yang tak pasti aku ketahui. Di dunia itu aku membuat perjanjian dengan iblis cantik. Iblis itu mengambil jiwaku, tapi sebagai gantinya aku hidup. Suatu hari, aku menyelamatkan seekor...