Aku membuka mataku. Terbangun dan menguap. Kesadaranku belum pulih sepenuhnya dan begitu pula rasa kantukku, ....tapi bagaimanapun juga aku harus bangun.
Itu karena hari ini adalah hari pertamaku sebagai seorang murid SMA.
Dengan semangat yang menggebu gebu aku merapikan tempat tidurku yang sedikit berantakan.
Kamarku yang kecil juga membuatku tak butuh waktu lama membereskannya.
"Hm?"
Tanpa sadar aku tersenyum dengan sendirinya saat melihat seragam sekolah yang akan aku kenakan nanti.
Seragam sekolah dengan model blazer luar berwarna hitam dan dasi merah darah.
Sekarang aku masih tak menyangka aku bisa masuk ke sekolah yang aku idamkan.
"He he he..."
Jika aku melihat bayanganku sendiri di cermin, maka aku pasti terlihat seperti orang aneh, tapi itu adalah perasaanku yang sebenarnya.
Ada alasan kenapa aku sangat senang. Pertama, sekolahku adalah salah satu sekolah terfavorit dan terbaik. Kedua, tentu saja banyak gadis cantik yang bersekolah di sekolahku.
Akhirnya setelah menjomblo selama 3 tahun di SMP, akhirnya aku memiliki kesempatan memiliki pacar di SMA.
Ya. Inilah kesempatan besarku.
"Shin, cepat bangun!! Sarapan sudah siap!!"
"Uh?"
Ibu sudah memanggilku. Disaat yang sama aku berterima kasih karena menyadarkanku dari mimpi yang kemungkinan besar hanya menjadi sebuah mimpi belaka.
Alasannya sederhana kenapa aku begitu pesimis.
AKU TAK POPULER.
Ya. Itulah kenyataan tentang diriku.
Selain tak populer, aku juga tak terlalu pintar, karena itulah aku harus belajar mati matian agar bisa masuk ke sekolahku kali ini. Jika mengingat masa masa perjuanganku, aku benar benar terharu.
"Baiklah, aku mengerti."
Aku langsung menuju wastafel. Mencuci muka, menggosok gigi dan berganti seragam baruku.
Aku lalu turun menuju meja makan. Dua adik kembar perempuanku yang masih kelas 4 SD sudah di meja makan dan sarapan terlebih dahulu.
Mereka adalah adik kesayanganku. Dan merupakan keluarga yang berharga di hidupku.
Karena kembar, maka mereka mempunyai wajah yang sama. Aku kadang sulit membedakan mereka berdua.
Yang sulit dipercaya, Ayah dan Ibu bahkan juga kesulitan membedakan mereka.
Kadang aku tak terlalu percaya dengan suatu yang disebut hubungan batin antara orang tua dan anak.
Selain wajah, mereka memiliki benda, gaya rambut dan- baiklah, singkatnya mereka benar benar sama.
Aku tak tahu mereka sengaja melakukannya atau tidak, tapi mereka membuat sebuah permainan "tebak siapa Riri dan Ruru?".
Riri dan Ruru adalah nama mereka. Dan nama keluargaku adalah Rinnetsuki. Nama keluarga yang aneh, tapi aku tak punya banyak pilihan.
Ayah bekerja di luar negri, jadi dia tak bisa sarapan bersama kami.
"Shin-kun, kau lebih terlihat dewasa dengan seragam itu."
"Terima kasih, tapi jangan panggil aku dengan panggilan itu. Kalian panggil aku "Onii-chan!", bukankah itu terdengar lebih sopan?"
Aku tak tahu siapa yang berbicara denganku, Riri atau Ruru bukanlah masalah. Karena itulah aku mengambil kesimpulan untuk memanggil mereka "Riru".
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Soul [End]
AkcjaAku tinggal di dua dunia. Satu dunia normal, yang satunya dunia yang tak pasti aku ketahui. Di dunia itu aku membuat perjanjian dengan iblis cantik. Iblis itu mengambil jiwaku, tapi sebagai gantinya aku hidup. Suatu hari, aku menyelamatkan seekor...