Setelah lima hari latihan, akhirnya aku mampu mengendalikan ulqi-ku yang terasa menakjubkan bagiku. Apapun bisa kulakukan dengannya layaknya sihir, tapi ulqi-ku hanya bisa digunakan disaat darurat, tidak seperti una lain. Aku hanya menurut saja, karena pada dasarnya aku bukan penghuni asli dimensi ini, tepatnya aku tidak ingin membuat kekacauan yang parah.
Aku sudah bersiap-siap melakukan perjalanan ke kota Zarakh dan—aku baru tersadar bahwa aku masih menggunakan pakaian yang diberikan Alex saat pertama aku tiba disini. Dalam dimensi ini, aku sama sekali tidak memikirkan penampilanku, padahal jika di rumah, aku paling tidak tahan jika tidak berganti pakaian.
Pakaian yang kukenakan masih tahan lama dan segar tapi sudah ada yang kurubah dengan Ulqi-ku. Aku hanya merubah bagian bawah agar aku bisa bergerak dengan leluasa. Bunga Flou yang kupetik bersama Azhra, kujadikan sebuah hiasan kepangan di rambutku. Tentu saja Mikha yang melakukannya, dia benar-benar ahli dalam mengepang rambut. Begitu juga dengan rambut Azhra, rambut merahnya benar-benar dikepang sesuai karakternya oleh Mikha. Azhra terlihat lebih cantik dan lebih anggun dengan rambut yang dihiasi oleh bunga Peony putih besar. Warnanya terkesan serasi dengan rambutnya yang berwarna merah api, sementara rambut Mikha, ia cukup menyelipkan bunga Viosh di atas telinganya. Sepertinya Mikha lebih menyukai bunga Viosh dari bunga apapun di Loizh
Kulihat Mikha dan Azhra memakai pakaian yang sama denganku dengan model yang berbeda. Mikha lebih memilih membuat dengan model gaun sementara Azhra membuat model jubah perang yang elegan. Pakaian kami sengaja dibuat dengan pilinan daun yang merekat kuat agar tidak terlalu mencolok bahwa kami dari kota Harazh. Cukup bunga saja yang menjadi identitas kami.
"Kau sudah siap? Kita akan keluar lewat pintu ke tiga belas. Meskipun itu terlalu jauh dari kota Zarakh setidaknya kita bisa keluar tanpa harus izin penguasa setempat," ucap Mikha membimbing.
"Kenapa pintu ke tiga belas tidak dijaga seperti pintu yang lainnya? Bagaimana jika ada penyusup yang masuk?" tanya Azhra sambil memandang pintu yang ada didepannya dari kejauhan.
"Itulah kelemahan kota Harazh. Ironisnya, sampai sekarang penguasa setempat hanya mengetahui bahwa kota ini hanya memiliki dua belas pintu."
Aku ikut memandangi pintu ke tiga belas. Kota ini memang lebih besar dan luas dari kota Zarakh karena taman bunganya yang meluas sehingga perlu dua belas pintu, sementara Zarakh hanya delapan pintu. "Tapi kenapa raja atau apalah itu, belum mengetahui pintu ke tiga belas? Seharusnya ia sudah mengetahui sejak pintu itu dibangun bukan?" tanyaku pada akhirnya.
"Entahlah, yang aku tahu pintu itu memang didirikan untuk memberi ruang para penyusup masuk. Aku pernah mendekati pintu itu dan pintu itu diselimuti oleh selimut gaib yang mereka sebut Occultum sehingga penduduk disini tidak ada yang tahu bahwa ada pintu disitu. Dan yang menyembunyikan pintu itu tidak lain adalah musuh dari kota ini. Mereka membuat pintu disana karena disana sangat sepi penduduk dan pastinya juga ada bantuan dari orang dalam," jelas Mikha panjang lebar. "Selain para penyusup, yang bisa melihatnya hanya kita bertiga, karena kita bukan penduduk dimensi ini," tambahnya lagi.
"Apa itu berarti disini juga akan ada peperangan?" tanyaku ingin tahu..
"Iya, sama seperti di kota Zarakh. Tapi bedanya disana peperangan antar saudara karena perebutan kekuasaan sementara peperangan yang akan terjadi disini adalah karena ada musuh yang menginginkan kota ini. Kita harus segera pergi dari sini sebelum itu terjadi."
"Wahh, menarik sekali. Akan terjadi dua peperangan dalam waktu dekat. Tempat macam apa ini?" gumam Azhra.
"Yah begitulah, sama seperti dimensi manusia. Peperangan serempak dan terjadi dimana-mana," ucap Mikha seraya memandangku, tapi aku tidak menghiraukan kalimatnya yang terkesan menyindirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh
FantasySUDAH TERBIT ! Una adalah sosok elf namun dengan derajat dan kemampuan yang lebih tinggi di bandingkan para peri maupun elf. Ketika mereka mulai tertarik pada Manusia, mereka akan menjiwainya dan seiring berjalannya waktu, merekapun mulai memiliki k...