"Kenapa kau menjelma menjadi anak kecil?" tanya seorang gadis. Suaranya masih terdengar asing di telingaku.
"Karena aku lebih suka dengan anak kecil, dosanya belum banyak, jadi aku terasa ringan saat mencabut nyawanya." Suara anak kecil menyahut.
"Tapi—kalau kau menjadi anak kecil dia akan gemas melihatmu. Kau tahu sendiri dalam pengawasanmu bukan?" ucap gadis itu lagi.
"Kenapa kau menjelma menjadi seorang gadis?" kali ini si anak kecil yang bertanya.
"Karena aku yakin dia akan merasa nyaman dengan perempuan dari pada laki-laki. Kalau aku menjelma menjadi laki-laki aku takut dia akan jatuh cinta padaku."
Anak kecil itu tertawa. "Oh iya benar juga. Baiklah, aku juga akan menjelma menjadi perempuan."
Hening sejenak.
"Bagaimana? Aku sudah seperti perempuan?" Suara yang berbeda muncul.
"Hmm—yah. Seperti itu." Gadis itu menjawab.
"Apa dia bisa mendengar kita? Bisa gawat jika dia mendengar pembicaraan kita," ujar gadis yang satunya.
"Oh iya. Sebentar lagi ia pasti akan sadar, mungkin pendengarannya sudah aktif. Tenang saja, aku akan menghapus ingatannya."
Sebuah tangan sedingin air hujan menyentuh dahiku. Kepalaku terasa berdesir dan ingatan suara yang baru saja kudengar perlahan memudar. Percakapan mereka seperti tulisan dalam buku yang hangus terbakar, memudar dan hilang tanpa bekas dalam ingatanku. Tangan itu terlepas dari dahiku dan diganti oleh tangan baru. Aroma air hujan berganti menjadi aroma Kasturi.
"Keadaanya mulai membaik. Pernapasannya sudah aktif dan kembali normal, tidak lama lagi dia akan terbangun," ujar suara gadis yang masih asing di telingaku. Kata-katanya terdengar seperti seorang dokter spesialis.
"Syukurlah!"
Aku masih mendengar mereka berbicara. Mereka berdebat bagaimana cara memasak dan menyiapkan makanan untuk manusia. Aku tersenyum dalam keadaan setengah sadar.
Kucoba membuka mata perlahan, berat sekali rasanya. Kulihat sebuah dinding kayu berwarna coklat tua, di atap banyak sekali tanaman gantung yang tertanam di sebuah pot kayu yang digantung dengan seutas tali. Mereka tergantung dengan rapi di sekitarku.
Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri? Aku menggerakan tubuhku dan mulai menyadari bahwa aku terbaring didalam bak mandi dengan air ditaburi banyak bunga. Bak mandi terbuat dari batang pohon besar yang dilubangi dan di bentuk seperti bathub.
Kulihat aku seperti berada di dalam kamar mandi dan rasa sakitku sudah hilang. Kuraba-raba tubuhku dan lukanya sudah tertutup. Paru-paruku kembali. Rambut dan pipiku juga sudah seperti sediakala. Nadiku yang sempat terpotong sudah kembali berdenyut. Tubuhku kembali normal!
"Lihat dia sudah sadar! Dugaanku benar kan?" Seorang gadis muncul dari balik pintu dan tersenyum lebar.
Gadis itu memiliki rambut bergelombang dan berwarna merah api. Matanya memiliki bulatan berwarna hitam dan besar sehingga terlihat seperti memakai lensa mata buatan meskipun sebenarnya itu mata asli. Dua taring kecil yang terlihat mencuat ditengah senyumannya justru menambah kecantikannya. Cantik dan indah di pandang.
Gadis yang satunya masuk membawa handuk dan pakaian. "Pakaianmu sudah kubersihkan," ujarnya sambil meletakan pakaianku diatas batang pohon yang dijadikan sebagai meja.
Dia gadis yang memakai gaun kuning itu. Rambutnya berwarna coklat dengan pilinan-pilinan kepang yang indah, matanya berwarna biru langit. Mereka sama-sama cantik dalam wajah yang berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh
FantezieSUDAH TERBIT ! Una adalah sosok elf namun dengan derajat dan kemampuan yang lebih tinggi di bandingkan para peri maupun elf. Ketika mereka mulai tertarik pada Manusia, mereka akan menjiwainya dan seiring berjalannya waktu, merekapun mulai memiliki k...