Namaku Karin. Ya, hanya Karin. Tidak ada nama belakang atau nama pendamping. Tidak ada yang spesial dariku hingga suatu malam aku mengalami kejadian aneh.
Mataku terpejam. Tubuhku merasakan sensasi jatuh melayang, melawan angin dan terbawa arus gravitasi. Semakin mendekati tanah dibawah sana. Aku terjatuh semakin cepat. Lima.. Empat.. Tiga.. Dua.. Satu..
BYURR!!
Salah. Aku bukan jatuh ke tanah tapi ke dalam air. Begitu menyakitkan tapi anehnya tubuhku tidak hancur. Aku membuka mata dan langsung melayangkan diri ke atas permukaan. Nafasku tersengal-sengal, kemudian kuedarkan pandangan dengan bingung dan kulihat pohon pinus berbaris tak beraturan. Cahaya begitu temaram dan posisiku berada di sebuah danau. Aku dimana?
Aku mulai berenang menepi. Kuedarkan pandangan sekali lagi masih dalam keadaan bingung. Tidak ada jalan setapak di sekelilingku layaknya hutan belantara. Kulihat langit sangat gelap dengan awan pekat yang menggantung. Aku mengamati pakaianku. Betapa bingungnya aku saat mendapati diriku memakai piama tidur. Apa yang terjadi?
Aku mencoba untuk mengingat hal sebelum aku terjatuh. Sayangnya aku tak ingat apapun layaknya penderita Amnesia. Aku mulai melangkah perlahan sambil melihat kiri kanan, berjalan ke sembarang arah hingga aku menemukan tanah miring yang menanjak. Aku mulai melangkah keatas sambil berharap aku menemukan sesuatu yang bisa menjadi petunjuk untukku.
Nafasku mulai terasa berat dan aku melihat lahan kosong di atas sana. Aku terus memanjat dengan merangkak karena tanah yang kupijaki mulai curam. Tak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai di atas. Kini aku berada di padang rumput. Aku melihat ada seorang gadis menggantung di bawah pohon Besar dengan seutas tali dan kuperhatikan dengan saksama. Gadis itu masih bergerak. Mataku melebar saat menyadari apa yang tengah gadis itu lakukan. Percobaan bunuh diri!
"Hei!" teriaku dari kejauhan sambil berlari sekuat tenaga.
"Tolong." Suara gadis itu terdengar parau karena lehernya yang tercekik sulur pohon.
Aku memanjat pohon dan berusaha mematahkan sulur yang menyangkut di lehernya. Tubuh gadis itu jatuh ke tanah. Ia merintih dan terbatuk batuk ketika aku menuruni pohon.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku cemas. Aku merasa lega karena gadis itu masih bisa terselamatkan. Kuakui gadis itu sangat cantik sekali dan aku sedikit terpesona sekaligus iri meski sesama wanita.
"Baik apanya? Apa kau tidak lihat aku jatuh dari ketinggian satu setengah meter? Kenapa kau tidak bersiap di bawah untuk menangkapku? Kau kejam sekali!" bentak gadis itu dengan nada merajuk.
"Itu bukan jarak yang sangat tinggi.Kalau aku bersiap di bawah siapa yang akan melepaskan melepas sulur itu? Kau mau mati?!" jawabku setengah berteriak juga. Meskipun cantik tapi gadis di hadapanku ternyata cukup menyebalkan, pasalnya aku tidak suka di bentak tanpa alasan.
Gadis itu memandangi sulur pohon yang tergeletak di sebelahnya lalu menangis di pundakku. Ia memelukku hingga membuat leherku tercekik. Namun tak gadis itu melepas pelukannya setelah aku memekik pelan.
"Kau-laki-laki atau perempuan?" Ia tertegun melihatku sambil mengusap air matanya.
Aku lebih tertegun dengan pertanyaan konyol yang ia lontarkan. "Apa kau tidak bisa membedakan laki-laki dan perempuan?"
"Jawab saja!"
"Tentu saja aku perempuan," jawabku dengan bingung.
"Benarkah?"
"Seharusnya kau tahu dari suaraku atau dari penampilanku."
Gadis itu mengendus-endus tubuhku. "Kau manusia!" teriaknya sambil berdiri dan menjauhkan tubuhnya lalu melangkah mundur. "Bagaimana kau bisa sampai kesini?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh
FantasySUDAH TERBIT ! Una adalah sosok elf namun dengan derajat dan kemampuan yang lebih tinggi di bandingkan para peri maupun elf. Ketika mereka mulai tertarik pada Manusia, mereka akan menjiwainya dan seiring berjalannya waktu, merekapun mulai memiliki k...