Kami berlari mendekati kota dengan arah yang pernah kami lalui. Aku ingat, dulu aku berjalan sampai kelelahan saat aku masih dalam wujud manusia. Sekarang sudah berbeda, berlari dengan jarak tiga ratus kilometerpun sekarang aku merasa sanggup.
Kami sudah sampai di gerbang Zarakh dan berhasil memasukinya dan kulihat kota begitu sepi layaknya kota mati.
"Apa yang terjadi?" tanyaku setelah mulai berjalan menuju ketengah kota.
"Mereka semua mengungsi."
"Mengungsi kemana?" Aku masih memandang sekitar. "Sejak kapan?"
"Ke kota Lignum di Loizh bawah tanah," jawab Alex yang berhasil membuatku menoleh kearahnya.
"Kota Lignum di—bawah tanah? Maksudmu—kota Lignum ada di bawah sana?" Aku mengamati tanah yang kupijaki.
"Ya, kota itu sengaja dibangun sebagai tempat evakuasi jika ada serangan dari musuh atau peperangan. Dan—hanya Zarakh yang memiliki kota di bawah tanah. Tepatnya dibawah tanah tempat kita berpijak." Alex memukul-mukulkan kakinya ketanah sambil tersenyum lebar.
Aku kembali menoleh kebawah dan berjongkok sambil menyentuh tanah. Kupejamkan mataku untuk menerawang seperti apa kota disana, namun hanya kegelapan yang kulihat.
"Kau tidak akan bisa melihatnya karena kota itu sudah dipasang pelindung. Jika kau ingin kesana kau juga harus mempunyai izin resmi karena hanya penduduk kota ini yang bisa menempati kota itu."
Aku termanggut-manggut mendengar jawabannya. Luar biasa sekali. "Baiklah, sekarang kita lewat mana untuk sampai ke menara Za'?"
"Ikuti aku." Alex berlari di depanku untuk membimbing perjalanan.
Kami terus berlari mengikuti jalur yang berkelok-kelok dan sering kali memasuki gang kecil. Ini jalan menuju ke rumah Hazna, tapi setelah di persimpangan kami berbelok ke kanan sementara rumah Hazna mengambil jalan lurus. Kulihat toko minuman Doria dalam posisi tertutup. Aku masih ingat saat pertama kali aku datang kesini, seorang anak kecil menabrakku dan menumpahkan kayu manisnya, Cloe. Dia mungkin juga ikut ke kota Lignum bersama orang tuanya.
"Itu dia! Kita hampir sampai," ujar Alex setelah beberapa lama kami berlari.
Sebuah bangunan ramping menjulang tinggi tepat di hadapan kami, menara Za'. Menara itu setinggi delapan puluh meter dengan dinding berwarna putih cerah yang sudah dirambati oleh sulur-sulur tanaman rambat. Dari atas bukit, menera itu terlihat sangat mencolok sekali dengan patung daun raksasa yang bertengger manis di atasnya.
Ketika kami sudah berada di depan pintu tepat di kaki menara, seorang penjaga pintu menatap kami dengan tatapan sinis. Ia menatap kami bergantian dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Alex tersenyum dan menganggukan kepala. "Aku Alex Reyneer ingin bertemu tuan Za' dan ini—." Pandangan Alex membuat penjaga itu menatapku lagi. "Karin Reyneer juga ingin bertemu dengan tuan Za'."
Pernyataan Alex tentang nama belakangku membuatku mengerutkan dahi dan menahan nafas. Tapi akhirnya aku menganggukan kepala juga dan tersenyum pada penjaga itu walau dipaksakan dengan wajah heran.
"Oh, kau sudah dua kali ini kemari Alex. Dau kau—." Penjaga itu menatapku. "yang pertama kalinya." Penjaga itu membukakan pintu untuk kami. "Silahkan masuk dan selamat datang di menara Za'," ucapnya sambil menunduk memberi hormat. Entah karena Alex putra raja atau memang kepada semua tamu yang datang, ia menunduk memberi hormat seperti itu.
Pintunya hanya setinggi satu setengah meter. Tinggiku yang hampir mendekati seratus enam puluh sentimeter terpaksa harus merunduk saat melewatinya. Begitu juga dengan Alex yang tingginya seratus sembilan puluh sentimeter setelah menjiwai laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh
FantasySUDAH TERBIT ! Una adalah sosok elf namun dengan derajat dan kemampuan yang lebih tinggi di bandingkan para peri maupun elf. Ketika mereka mulai tertarik pada Manusia, mereka akan menjiwainya dan seiring berjalannya waktu, merekapun mulai memiliki k...