"Menyenangkan sekali bisa libur di hari kerja," ucapku pada diri sendiri.
Kubuka buku harianku. Makan malam, sudah. Baca komik terbitan baru, sudah. Memberi makan Ren, sudah. Mengerjakan pekerjaan rumah, sudah. Semua aktifitas yang sudah kukerjakan hari ini sudah kuceklis di buku harianku dan sekarang tinggal tidur malam.
Aku memastikan kembali bahwa pintu rumah sudah terkunci dan aman sebelum melemparkan diri di tempat tidur. "Okey, semua sudah beres. Besok tinggal memikirkan alasan kenapa aku tidak masuk kerja."
Kulihat jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Aku mengganti lampu dengan lampu malam kemudian langsung membanting diri ke tempat tidur lagi. Aku langsung menarik selimut dan Ren langsung melompat lalu terbaring miring di sampingku. Nafasnya mendengkur dengan khas. Matanya sudah hampir terpejam meskipun ekornya masih mengibas kemana-mana. Aku mulai terlelap perlahan-lahan dan rasa kantuk semakin menguasai dirku hinga aku terlelap.
Aku merasa diriku melayang. Semakin tinggi dengan kecepatan luar biasa hingga aku melonjak dan membuka mata. Kulihat pemandangan di sekitarku gelap gulita. Aku mencoba meraba benda yang ada di sekelilingku, namun tidak ada apa-apa. Tempat tidurku, Ren, selimutpun tidak ada yang bisa aku pegang. Aku merasa ada di ruang hampa.
Kulihat dari kejauhan muncul sebuah cahaya. Cahaya itu semakin membesar, entah karena cahaya itu semakin mendekat atau memang semakain membesar, cahaya itu semakin menyilaukan hingga aku menutup mata. Satu menit kemudian aku memberanikan diri untuk membuka mataku.
Aku merasa kakiku mengambang. Kulihat tidak ada permukaan apapun di bawah sana. Kupandangi gerbang-gerbang yang mulai bermunculan. Gerbang itu sebesar gerbang yang kemarin Alex lewati. Sejenak aku teringat sesuatu—Loizh
Aku masih melangkah, berjalan di atas angin. Jujur aku merasa takut, tapi juga ada sensasi menyenangkan dalam benakku. Perasaan yang sama saat aku mengunjungi rumah seseorang yang dekat denganku, tapi bedanya yang satu ini kunjungan antar dimensi dan menurutku ini kunjungan yang paling ekstrim.
Aku hanya tersenyum dalam hati, membayangkan ekspresi bahagia Alex yang pasti akan membuat kebisingan. Entah kenapa aku terkadang merindukan kehangatan dan keceriaanya meskipun dia sangat menyebalkan, merindukan nasehat dan tingkah konyolnya saat adu kecepatan dengan Ren. Kali ini aku tersenyum membayangkan semua hal tentangnya.
'Dasar laki-laki aneh yang cantik.'
Entah manusia macam apa yang ia jiwai tapi sikapnya membuatku nyaman meskipun agak sedikit kesal. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku menemukan gerbang dimensi yang sama seperti kulihat saat Alex akan kembail ke Loizh.
"Itu dia!" gumamku.
Aku mendekatinya perlahan. Cahaya berpendar di sekelilingnya dengan warna biru tua sedikit abu-abu. "Loizh."
Aku terus mendekatinya dengan keyakinan penuh bahwa aku tidak salah. Pintu gerbang mulai berderak dan membuka saat aku melangkah melewati garis batasnya yang berjarak lima puluh meter dari gerbang.
Kupandangi gerbang di sekelilingku. Ternyata semua memiliki jarak yang sama antara gerbang dengan garis batasnya. Sekarang pandanganku kembali ke gerbang yang ada di hadapanku saat aku merasa ada sosok yang mulai mendekat. Aku tersenyum saat sosok itu semakin jelas. Sosok yang tidak asing lagi, Alex.
Alex tersenyum lebar saat melihatku. "Selamat datang Karin! Kau manusia pertama yang datang kemari dan itu sangat spesial sekali. Awalnya aku pikir kau tidak mendapat izin untuk datang kemari," sambutnya dengan suara yang khas.
Ia menggandengku dan membawaku masuk. Tangan dingin dan keras seperti kayu menggenggam tanganku. Sentuhannya sama seperti saat pertama kali dia menyentuhku, sangat berbeda sekali saat ia berada di dalam dimensiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh
خيال (فانتازيا)SUDAH TERBIT ! Una adalah sosok elf namun dengan derajat dan kemampuan yang lebih tinggi di bandingkan para peri maupun elf. Ketika mereka mulai tertarik pada Manusia, mereka akan menjiwainya dan seiring berjalannya waktu, merekapun mulai memiliki k...