Bagian 16

18.3K 1.9K 85
                                    

Aku melihat cahaya di atas permukaan air saat aku membuka mataku. Alex sudah melepaskan ciumannya dan menarikku untuk berenang keatas permukaan.

Aku menghirup udara sepuasnya setelah kepalaku berhasil keluar dari air. Tak lama aku merasa kakiku mulai berpijak pada permukaan tanah di dasar air. Kuedarkan pandanganku sekilas dan kusadari bahwa kami berada di sungai Zaquesh.

Aku ingat bahwa aku pernah mandi di sini saat pertama kali aku datang ke Loizh. Yang tadi itu—penembus ruang? Aku ingat Mikha pernah mengajarkanku cara menembus ruang. Biasanya digunakan pada saat-saat terkepung tanpa jalan keluar dan—Alex menggunakannya. Aku bersyukur airnya gelap karena pantulan langit dan setinggi leherku, jadi bisa menutupi tubuhku yang baru kusadari bahwa tidak dilapisi benang sehelaipun. Wajahku memanas karena tersipu malu.

Alex sudah menggunakan ulqi-nya untuk mengumpulkan daun-daun dari pohon sekitar dan membuat pakaian. Aku mengikuti caranya dan kugunakan ulqi-ku untuk membuat para daun-daun beterbangan untuk berkumpul dan berpilin dengan rapi, tapi kali ini aku bisa merangkainya sesuai selera. Aku merangkai daun-daun itu membentuk sebuah gaun maskulin yang dibuat Mikha tapi sedikit kutambahkan jubah penghangat seperti yang pernah dibuat Azhra. Sepertinya itu perpaduan yang menarik

"Alex, berbaliklah!" pintaku.

Alex tersenyum sebelum membelakangiku. "Tenang saja, aku tidak akan mengintip."

Aku keluar dari air dan mulai memakai pakaianku dengan cekatan. Tubuhku kering seketika.

"Sudah selesai," ujarku dan Alex membalikan tubuhnya.

"Wow! Pakaianmu—sangat menawan." Alex memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Aku tersenyum miring melihat tatapannya. Aku bersyukur karena dia sedang menjiwai laki-laki, kalau Alex masih dalam karakter perempuannya, pasti ia akan merajuk dengan manja dan minta dibuatkan pakaian yang sama.

"Terimakasih untuk pujiannya. Setelah ini kita akan kemana?"

"Aku belum tahu." Ia menarik nafas lalu membelakangiku, wajahnya menatap langit.

"Alex!" panggilku lembut dan mendekatinya.

"Perang sudah dimulai," gumamnya lirih. "Kekuatanku melemah karena sedang menjiwai Ferdian," tambahnya lagi. "Aku kira masih ada waktu luang sampai aku bisa sempurna menjiwai manusia lagi. Ternyata Dendez meyerang lebih awal dari yang kuperkirakan." Ia menunduk sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Aku memejamkan mata lekat-lekat. Sebuah cahaya melintas dalam penglihatanku dan membentuk sebuah layar. Kulihat banyak makhluk yang serupa mendekati kastil dan memasukinya. Berbentuk manusia tapi gerakannya patah-patah seperti pohon bergerak tapi kecepatannya melebihi makhluk abnormal manapun.

Mereka berlari dan memaksa masuk kedalam kastil. Occultum berhasil ditembus paksa sehingga semua orang bisa melihat kastil disana, kastil persembunyian Alex dan keluarganya. Tapi—bagaimana bisa? Siapa yang meberitahu mereka? Diantara mereka aku melihat seorang laki-laki melangkah dengan gagahnya sambil mengomando pasukan abnormalnya, Dendez Reyneer.

Kulihat dibagian dalam Kastil, raja Steve dan ratu Sisca sudah berdiri saling membelakangi satu sama lain. Ratu Sisca sudah siap dengan panahnya sementara raja Steve sudah memegang pedangnya. Mereka sudah dikepung, Dendez sudah memasuki ruangan dengan tombaknya, tapi sialnya aku tidak bisa mendengar percakapan mereka.

Ditengah penerawanganku, aku merasakan Alex merengkuhku dari belakang dan menyadarkan kepalanya di bahuku. Dari nafasnya aku bisa merasakan seberapa berat beban yang diembannya.

Aku masih terfokus dengan penerawanganku. Beberapa prajurit mulai bergerak menggeledah kastil, aku tahu mereka sedang mencari Alex. Kulihat Roy sudah berdiri di samping Dendez dengan membawa dwisula.

LoizhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang