Bagian 15

19.5K 1.9K 44
                                    

"Alex—." Nafasku tercekat ketika hidung kami saling bersentuhan. Semakin dekat lagi dan jantungku semakin ingin melompat.

Sebutir buah Patch sudah menabrak kepalaku. Alex juga tampak terkejut. Sontak kami menoleh kearah datang buah Patch yang sudah melayang tadi dan—tidak ada siapa-siapa. Kami mengedarkan pandangan ke sekeliling kemudian kami saling menatap karena tidak menemukan sesuatu ataupun seseorang.

Kali ini buah Patch menabrak kepala Alex. Dalam sekejap ekspresinya berubah menjadi sebal. Alex mengedarkan pandangannya sekali lagi karena sebalnya kemudian ia menutup mata untuk menerawang keadaan sekitar.

"Keluar dari sana!" teriaknya setelah membuka mata. Ia memandangi pohon Cemara pendek yang membuatku ikut memandanginya. "Siapa disana?"

Seorang perempuan memakai gaun ungu gelap akhirnya keluar dari balik pohon. Itu—yang mulia ratu, ibu Alex. Ia tertawa puas melihat reaksi kami sambil bertepuk tangan.

"Apa yang ibu lakukan di bawah sana?" tanya Alex sambil menggigit buah Patch yang ia ambil dari kantongku.

"Ibu hanya ingin bergabung dengan kalian., sepertinya menyenangkan sekali," jawabnya tanpa merasa bersalah.

"Mengganggu saja!" gerutu Alex dalam bisikan pelan yang bisa kudengar.

"Bolehkan Karin?" Ratu menatapku.

"Tentu saja boleh ibu," jawabku ramah meskipun dalam hati aku sependapat dengan Alex.

Ratu langsung melompat dan duduk di dahan yang sebelumnya Alex duduki. "Hahh... menyenangkan sekali duduk bersama kalian disini. Anginnya benar-benar sejuk sekali. Benarkan Karin?" Ia kembali menatapku.

"Iya, sejuk sekali," jawabku gugup.

Ratu mengeluarkan sebutir buah yang sama dari kantong yang ia bawa lalu menggigitnya. "Bagaiamana rasanya menjadi manusia Karin?"

"Hmm, menyenangkan dan penuh liku." Jujur aku tidak tahu bertutur kata yang baik didepan seorang Ratu seperti ini, membuatku malu jika salah kata atau menyinggung perasaannya.

"Begitu? Jelas saja menyenangkan dan juga—penuh liku," jawabnya sambil menerawang kelangit suram.

"Hmm—bolehkah saya menegetahui nama ibu?" tanyaku ragu. Aku tidak tahu harus memulai obrolan dari mana selain menanyakan namanya. Aku kembali menggigit buah yang belum habis ditanganku.

"Oh iya perkenalkan, namaku Sisca Reyneer. Ratu sekaligus ibu Alex. Selain itu aku juga berperan ganda sebagai istri Steve dan juga adik Steve."

Jawabannya membuatku hampir tersedak. "Jadi ibu adalah adik Raja Steve—maksudku ayah?"

Ia mengangguk sambil mengunyah tanpa merasa ada yang aneh. Aku menatap Alex yang sedang asik mengunyah juga. Alex adalah anak dari perkawinan sedarah?

"Jangan dengarkan ibuku. Dia memang suka bercanda seperti itu," bisiknya di telingaku dan berhasil membuat ratu Sisca tertawa.

"Kau percaya ucapanku Karin?" tanyanya sambil terkekeh.

Aku hanya tersenyum getir dan merasa bodoh. Ternyata ratu Sisca memiliki selera humor yang payah dan berkelas untuk membuat orang sedikit—percaya.

"Mau dengar bagaimana aku bisa menikah dengan Steve?" tawarnya sambil menatapku. Sepertinya ia juga terbuka sekali dalam hal pribadinya.

Aku mengangguk. "Tentu saja aku ingin mendengarnya." Sepertinya aku akan mendengar cerita romantis hari ini.

Kulihat ratu Sisca menerawang keatas dan berbinar. "Dulu ada tiga laki-laki yang mengejarku termasuk Steve. Berbagai macam cara mereka lakukan untuk mendapatkanku. Tapi aku tidak mencintai diantara mereka satupun."

LoizhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang