Aku membuka mata perlahan, butuh waktu untuk menyadari bahwa aku sudah berada di kamar. Kepalaku masih terasa sakit seperti baru bangun dari pembiusan. Kulihat Mikha dan Azhra sedang terbaring lelap di sebelahku sambil menggenggam tanganku. Mereka tertidur? Aku melepaskan tanganku perlahan dari genggaman mereka, tapi tidak semudah yang aku kira. Genggaman mereka erat sekali. Tubuh Azhra mengerjap dan terbangun dari tidurnya.
"Malaikat tidak tidur bukan?" tanyaku dalam hati "Atau mereka pura-pura tidur?". Aku tidak berani bertanya karena aku masih pura-pura tidak tahu.
"Kau sudah bangun rupanya." Azhra tersenyum. Wajahnya tampak sayu dengan mata merah.
Tak berapa lama Mikha juga mulai bergerak. Ia membuka matanya dan langsung terbangun. "Sejak kapan kau terbangun?"
"Baru saja," jawabku singkat. "Kalian tidur bersamaku?"
"Iya, bolehkan?" jawab Azhra yang sedang merapikan rambutnya.
"Tentu saja." Aku diam sejenak, mengingat apa yang baru saja terjadi. Aku bertemu Alex tapi Mikha dan Azhra menahanku. "Kenapa kalian menahanku padahal aku sudah bertemu dengannya?"
"Untuk sementara biarkan dia menyelesaikan urusannya terlebih dahulu." Mikha menatapku sambil merapikan sejumput rambutku.
"Apa aku tidak boleh bertemu dengannya meskipun hanya menanyakan kabar?"
"Belum waktunya. Jika kau bertemu sekarang dia tidak akan bisa berkonsentrasi dengan urusannya karena pastinya dia akan terus memikirkanmu." Mikha melepas kepangan rambutnya sehingga rambutnya terlihat bergelombang.
"Kenapa dilepas? Kau lebih cantik dengan rambut terkepang." komentar Azhra cepat.
"Kau tidak suka aku melepas kepanganku?"
"Iya, kecuali jika kau membuat rambutmu lurus kembali." Azhra mengikat rambutnya membentuk ekor kuda.
Mikha terkekeh. "Ayolah, berhentilah menggodaku seperti itu."
"Aku tidak bermaksud menggodamu, sungguh!" bantah Azhra dengan sebal.
"Baiklah. Aku tahu kau jujur saat mengatakannya. Kau tahu? Kau terlihat cantik saat marah seperti itu." Mikha masih terkekeh.
"Sekarang malah kau yang menggodaku Mikha?" Azhra tampak semakin sebal lalu ia melemparkan sebuah bola kecil dan meledak saat membentur dahi Mikha.
Ledakan kapas. Azhra terkekeh saat kapas berhamburan diatas kepala Mikha dan tentunya juga kepalaku. Mikha juga melemparkan bola yang sama dan meledak saat membentur kepala Azhra. Ledakan kapas Mikha lebih banyak dari yang barusan dilempar Azhra. Yahh jadilah perang kapas. Sementara aku? Aku langsung melompat dan keluar kamar. Didepan pintu aku langsung membersihkan rambutku dengan menyisirnya dengan jariku.
"Jangan berdiri disitu Karin!" Mikha berteriak kearahku.
Aku terkejut. Sebuah bola menabrakku bertubi-tubi tanpa memberiku celah untuk membersihkannya sejenak. Bola-bola itu meledak hingga ruangan penuh dengan kapas yang berterbangan.
"Apa yang kalian lakukan?" Aku berteriak dan berhasil membuatku tersedak kapas.
"Kejutan!" Mereka berteriak bersamaan.
"Kejutan apa?" tanyaku sambil menyembur-nyemburkan kapas yang menempel di mulutku.
"Kau ingin membantu temanmu itu kan?" Mikha mulai membersihkan tubuhnya.
"Itu tujuan awalku."
"Perlu bantuan?" Azhra sudah berdiri di depanku.
"Jika kalian berminat," sahutku seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh
FantasySUDAH TERBIT ! Una adalah sosok elf namun dengan derajat dan kemampuan yang lebih tinggi di bandingkan para peri maupun elf. Ketika mereka mulai tertarik pada Manusia, mereka akan menjiwainya dan seiring berjalannya waktu, merekapun mulai memiliki k...