Aku turun dari mobil dan memasuki Ballrom hotel. Tempat ini bak di ubah untuk acara yang sangat mewah. Udara sejuk menerpa wajahku, membantuku meredakan detak jantungku yang seakan melompat lompat dan membelai halus pungung karna pakaian yang aku kenakan menampilkan punggungku. Ballrom hotel ini Desainnya sangat modern. Disana terdapat lampu cristal menggantung indah di tengah tengah ruangan. Para tamu undangan bagaikan raja dan ratu mereka menampilkan pakaian terbaik mereka, perhiasan yang harganya setara dengan rumah tak lupa mereka berucap tutur kata yang halus dan bermartabat menampilkan betapa tingginya kasta yang didudukinya. Tentu dengan berbagai senyum yang tak sampai ke mata mereka karna hanya untuk formalitas dan untuk kesopanan menyambut orang orang yang menghampiri mereka. Seketika suasana menjadi hening dan semua orang seakan membentuk sebuah jalan.
Terlihatlah seorang lelaki gagah berambut coklat dan bermata hitam itu melangkah mantab menuju panggung kecil. Dia menggunakan jas hitam yang dijahit pas untuk badannya dan dasi kupu kupu yang tampak manis di lehernya yang kokoh tatapan matanya tajam. Aku memejamkan mata meresapi suaranya yang membuat hatiku tegelitik. Aku sama sekali tidak mengikuti semua acara yang berlangsung tatapan mata ku hanya tertuju padanya telingaku hanya untuk mendengar suaranya. Setiap kata yang dia ucapkan bak lagu merdu yang menenangkan hatiku. Mengusir semua kesakitan yang tercipta dan menghapus sisa luka yang ada.
"Di mohon untuk Miss. F. Natalia G. Untuk menuju ke arah podium"
Dan seakan semua orang menatapku dan membentuk jalan untukku menuju tempat lelaki itu. Ak berjalan dengan mantap dan menatap lurus ke arah matanya.
Dia tersenyum namum lebih menampilkan seringaiannya.
Sampai aku berdiri di hadapannya dan aku masih bisa mengingat aroma ini. Aroma yang aku rindukan.
"Anda bisa memotong pita tersebut Tuan" lalu tepuk tangan menggema di ruangan ini dan semua orang bersorak dan memberi ucapan selamat.
"Mungkin anda harus membuka sesi dansa ini Tuan"
"Tentu aku akan mengajak Nona cantik ini."
Dia mengulurkan tangganya dan aku menyambutnya. Aku berjalan ke lantai dansa dengan dia menggandeng tanganku. Kehangatan itu timbul kembali. Kehangatan yang selalu aku rindukan.
Dia menarik tanganku untuk melingkar di lehernya dan tangannya memeluk pinggangku. Kami berdansa pelan mengiramakan langkah seiring melodi yang mengalun mesra. Menatapnya dan dia pun menatapku aku kehilangan penglihatanku terhadap yang lain. Telingaku tuli akan suara suara yang menggema karna aku tenggelam. Tenggelam pada kedalaman mata hitamnya dan aku tak mampu melihat dasarnya.