Kenapa aku bisa ada disini? Pikir Clarissa
Dilihatnya tidak ada seorang pun disini. Hanya ia sendiran.
Clarissa melirik jam dinding. Pukul sembilan pagi. Ia sudah tidak memasuki kelas.
"Lo udah sadar?" Sahut seseorang dengan tiba-tiba.
Clarissa menghentikan langkahnya. "Bi--bima?" Katanya dengan heran.
"Kalo masih gak kuat, lo disini aja. Lagian kan lo tadi pingsan. Jadi gue udah izinin lo ke guru piket"katanya dengan senyuman.
Untuk pertama kalinya clarissa melihat seorang Bima tersenyum."Hei, Cla? Lo kenapa bingung gitu?"tanya Bima dengan heran.
"Ah iya, makasih Bim, tapi gue---" jawab Clarissa dengan kikuk.
"Lo itu lucu ya. Ini diminum dulu nanti keburu dingin."
"Eh Bim, lo kan bukan anak PMR. Kenapa lo disini?" Tanya Clarissa dengan heran.
"Gue khawatir sama lo Clarissa" jawab Bima dengan singkat.
Clarissa hanya menatap bingung lelaki yang ada di hadapannya. "Soal kemaren, lo udah tau jawabannya Cla?"tanya Bima kembali
"Eh, gue gatau Bim. Gue bingung"kata clarissa dengan kikuk.
"Kalo lo gamau nerima juga gakpapa kok. Yaudah gue keluar dulu"sahut Bima dengan putus asa.
Clarissa menarik napas panjangnya. Ini sangat lah tidak mudah. Disisi lain Clarissa merasakan takut.
Namun disisi lain ia juga menyukai Bima. Ia harus mengatakannya.
Dengan cepat Clarissa menahan tangan Bima. "Gue mau jadi pacar lo, bim" katanya dengan cepat.
"Tadi lo ngomong apa?"tanya Bima kembali.
"Gue---gue mau jadi pacar lo"
Bima langsung memeluk Clarissa. Ia sama sekali tidak menyangka. "Makasih, Cla" katanya dengan kegirangan.
***
Clarissa memasukan semua buku-buku nya. Sudah hampir satu jam ia berada di perpustakaan.
Ia mengambil handphone dan menyetel lagu kesukaannya. Clarissa tidak mendengarkan lagu, melainkan hanya melodi dari piano.
Canon. Melodi yang biasa ia dengarkan ketika sendirian. Melodi yang menyimpan banyak sekali kenangan.
Melodi yang menjadi kesukaan kakak tirinya. Melodi ini sangat berkaitan erat dengan masa lalunya.
Tanpa sengaja ia menuliskan sebuah nama dibuku nya.
Randy PutrakusumaNama yang akan selalu ada dihatinya. Nama yang tidak pernah ia lupakan.
Nama yang meninggalkan luka dihatinya. Sulit sekali bagi Clarissa.
"Cla?"panggil seseorang yang membuatnya kaget
"Cindi? Gue daritadi merhatiin lo. Kayaknya lo asik banget disini"jelas Cindi dengan tertawa.
"Gue lagi suka disini aja. Eh iya, Cindi. Gue mau kasih tau lo sesuatu."
"Apa? Cerita dong sama gue"
"Gue udah jadian sama Bima."kata clarissa singkat.
"BIMA ADIPUTRA? LO SERIUS?"tanya Cindi dengan kaget.
"I--iya. Jadi tuh kemarin dia nembak gue dan baru hari ini kita jadian. "
" lo beruntung banget Clarissa. Lo tau kan kalo Bima jdi idola disekolah ini? Lo cewek paling beruntung. Gue jadi envi sama lo" kata Cindi dengan kesal.
"Tapi gue ragu sama dia. Dia kan gak pernah ngobrol sama sekali sama gue. Bahkan dia dingin banget"
"Cla, seandainya gue ada diposisi lo gue akan teriak sekenceng-kencengnyaa"jelas cindi.
"Yaudah, gue mau kekelas. Lo mau ikut?"
"Iyalahh"
Seperti biasanya. Kelas Clarissa dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk mencari perhatian dari seorang Bima.
Bukan hanya sekali ini saja. Setiap hari ia memandangi wajah Bima dengan senyum terpaksanya menyapa para orang yang bisa dibilang. Fans.
Clarissa terdiam sesaat. Bagaimana kalau semua orang tau hubungannya dengan Bima?
Bagaimana jika nantinya ia akan dijauhi karena semua ini? Clarissa menatap wajah Bima dengan senyuman.
Namun bima masih dengan senyuman paksaannya menghadapi fans nya tersebut.
Yang hanya dipikirkan Clarissa adalah apakah semua akan bertahan lama?
Entahlah, clarissa juga tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTI SENJA [selesai]
Teen FictionMungkin aku ini hanya seperti balon-balon yang melayang diudara. Selalu kau lihat namun aku terasa jauh darimu