Clarissa mengambil kamera dihadapannya. Ia mulai mencari objek yang baginya menarik.
Matanya tertuju kepada seseorang yang tengah berlatih futsal dilapangan itu.
Bima, kekasih hatinya. Sengaja atau tidak setiap ada ekskul futsal. Clarissa selalu saja berada disekolah tanpa tujuan
Dengan kikuk setiap hari sebelumnya kegiatan ini selalu ia lakukan. Memperhatikan Bima dari jauh tanpa berharap apapun.
Menyukai Bima didalam diam nya. Tersenyum karena Bima disetiap tatapannya.
Dan semua seakan seperti mimpi. Seorang Bima yang dikenal sebagai cowok yang super duper dingin, menjadi kekasih hatinya saat ini.
Semua ini seakan hanya khayalan semata. Namun jika hanyaa khayalan biasa, mungkin clarissa akan mengkhayal setiap harinya.
"Lo Clarissa bukan?"tanya seorang lelaki yang seumuran dengannya.
Clarissa mengerutkan alisnya. Ia sering melihat wajah lelaki ini,nmun untuk apa ia memanggilnya?
"Iya, gue Clarissa. Ada apa?"tanya Clarissa dengan heran.
"Ditunggu sama Miss Sisil di ruangan musik. Oh iya, kita belum kenalan. Nama gue Digta."katanya dengan ramah.
"Yaa-gue clarissa. Lo juga anak musik ya? Kayaknya gue sering liat lo deh di perpus"
"Iyaa. Dan lo yang suka mendengarkan alunan musik klasik. CANON."Kata Digta dengan senyum.
"Kok lo bisa tau?"
"Cewek kayak lo itu keliatan banget suka sama musik klasik. Jadi tebakan gue bener kan?"
"Yaudah sekarang ke kelas musik yuk" ajak Clarissa.
Clarissa tengah duduk dan siap memainkan piano nya. Lagu sudah ia pikirkan.
Kini ia bersiap memainkan nada-nada indah dengan jari-jari manisnya itu.
Lagu Canon siap ia mainkan saat ini. Ia menarik napas sejenak. Memulainya perlahan dengan not pertama.
Tidak ada rasa keraguan didalam benaknya. Semua berjalan dengan lancar. Alunan lagu klasik menggema diruangan musik sekolah Clarissa.
Perlahan, Clarissa teringat seseorang. Ia mengingat seseorang bahkan ia merasakan kalau orang tersebut ada disampingnya.
Tiba-tiba Clarissa menghentikan permainannya.
"Kenapa berhenti, Clarissa?"tanya Miss Sisil.
"Begini bu, saya tidak bisa memainkan lagu itu sampai habis. Rasanya lagu itu terlalu sulit untuk dimainkan"sahut Clarissa dengan lemah.
"Kenapa? Bukankah kau murid terbaik disekolah ini? Kau juara lomba memainkan piano kan?"tanya Miss Sisil kembali.
"Benar sekalibu, tetapi saya tidak bisa memainkan lagu itu hingga selesai. Ada sesuatu yang sangat membekas dan menorehkan luka" jelas Clarissa
"Yasudah, kau coba lagu lain saja ya. "
Perlahan Clarissa menarik napas sejenak. Ia memikirkan lagu apa yang akan dimainkan olehnya.
Fur elise.
Clarissa mulai menekan satu persatu tuts piano. Mengalun dengan indah seperti air yang mengalir. Menyebarkan semua emosi yang terdapat didalam lagu tersebut.
Clarissa memejamkan matanya. Ia sangat tenang memaikan lagu ini. Lagu yang membuatnya terpilih menjadi juara dalam perlombaan.
Lagu yang sangat ingin ia tunjukan kepada Randy kalau ia bisa memainkannya meski tidak mudah.
Lagu yang dari dulu diajarkan oleh Randy namun sulit untuk dikuasai oleh Clarissa.
Namun sekarang. Ia bisa memainkannya.
Oh, seandainya ia ada disamping Clarissa. Ia tidak akan seperti ini.
Musik berakhir. Clarissa tersenyum kearah Digta. Ia memasang wajah seakan menantang digta untuk memainkan piano tersebut.
"Keren juga lo. Jarang kan ada cewek yang bisa mainin lagu itu. Dan lo tau? Itu lagu tersulit bagi gue. Dan lo hebat bisa mainin itu"kata Digta dengan terkejut.
"Makasih lo juga keren kali. Bisa main gitar apalagi gue denger lo juga bisa main biola. Gue gabisa main alat itu"
"Kenapa gabisa? Lo kan belom mencoba nya. Jadi kenapa gabisa?"
"Ada rasa trauma didalam diri gue. Dan sampai sekarang sulit untuk dilupakan"
Ya. Randy. Salah satu alasan rasa itu adalah Randy, kakak tiri Clarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTI SENJA [selesai]
Teen FictionMungkin aku ini hanya seperti balon-balon yang melayang diudara. Selalu kau lihat namun aku terasa jauh darimu