sembilan

2.4K 128 2
                                    

Derai hujan.

Terdengar suara petir dan air yang jatuh dengan derasnya. Suasana sangat dingin. Ya mungkin karena malam lagipula hari ini adalah hujan untuk yang pertama kalinya turun.

Clarissa terdiam sejenak. Dihadapannya masih saja tersedia makanan yang sudah ia pesan. Kini ia hanya menunggu.

Menunggu orang yang ia tunggu. Entah mengapa pikirannya selalu saja tidak bisa diam. Ia sangat bingung dan harus bagaimana.

Sudah lama ia menunggu seseorang. BIMA. Orang itu belum juga datang dihadapannya. Apakah ia lupa?

Ya, mungkin saja. Ia melupakan janjinya. Ia sengaja melupakannya. Bagi sebagian orang, mungkin Clarissa dan Bima layaknya gunung es dan dasar laut yang dalam.

Mereka tidak bisa bersatu.

"Maaf, mba. Restoran sudah mau tutup. Apakah makanannya mau dibungkus saja?" Tanya sang pelayan dengan tatapan heran.

"Oh, sudah mau tutup? Maaf, tapi saya sedang menunggu seseorang. " kata Clarissa dengan nada kecewa.

"Apa tidak bisa dihubungi?" Tanya pelayan kembali.

"Saya sudah mencobanya, mungkin handphone nya mati. Tapi saya yakin ia akan datang"seru Clarissa yang berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Berapa lama lagi ia harus menunggu? Entahlah. Ia sudah tidak tau lagi.

Disinilah ia, didepan rumah bima. Pikirannya semakin tidak benar. Ia kini bingung harus apa.

Menemui Bima atau Kembali kerumah dan melupakannya.

Mungkin saja ia tidak harus bertemu dengan bima saat ini.

Berjalan ditengah derasnya hujan tidaklah mudah. Bahkan tidak ada kendaraan karena sudah terlalu malam.

"Hachii! Hachi!"clarissa terkena flu. Mungkin saja karena ia terkena hujan.

"Clarisaa!"sahut seseorang yang mengagetkannya.

"Bi--bima? Kenapa kamu ada disini?"tanya clarissa dengan heran.

"Jangan hujan-hujanan. Nanti sakit"kata Bima dengan memayunginya.

"Kok bisa ada disini?"tanya clarissa tidak mengerti.

"Kan mau ketemu lo. Maaf udah lama nunggu"katanya dengan menghapus air hujan yang membasahi pipi clarissa.

"Aku kira, kamu lupa"kata Clarissa dengan lemah.

"Yaudah, gue anterin lo ya"

***

Banyak tissue yang beredar di mejanya. Akibat hujan kinu ia sakit. Clarissa tidak kuat lagi jika harus terkena flu seperti ini.

Bahkan rasanya ia istirahat dirumah saja. Kepalanya terasa sangat pusing. Ia ingin pulang.

"Cla, klo lo sakit. Lo pulang aja" kata Cindi yang memegang kening Clarissa.

"Udah, gue gakpapa kok. Lagian bentar lagi juga udah mau istirahat"kata Clarissa dengan lemah.

"Serius gue, semalem lo kemana emangnya?"

"Gue cuman kena air hujan doangan kok" jawab Clarissa dengan tertawa.

"Gue kasih tau Bima ya? " tanya cindi kembali.

Clarissa menghela nafas sejenak. Bima ? Mungkin saja ia tidak perduli dengannya.

"Gausah, gue gamau ngerepotin dia. Akhir-akhir ini dia sibuk dengan futsalnya. Gue gak mau aja, cin"

"Aneh lo. Lagia kan dia itu pa----"

"Ya, mungkin bentar lagi juga bakalan engga. Sikapnya dia berubah sejak gue kenal dia dulu. Dia terlalu cuek"jawab Clarissa dengan kecewa.

Alasan aku bertahan, karena aku tidak mau menyakitimu.

Ps; haiiiiii. Gimanaa? Masih mau dilanjutin cerita ini? Vote and comment yaaa. Makasihhhh

MENANTI SENJA   [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang