Delapan

2.4K 124 0
                                    

Clarissa berjalan melewati lorong-lorong kelas. Tatapan tajam seakan memperhatikannya. Clarissa membuang saja wajahnya, ia tidak berani menatap tatapan tajam mereka.

Bruk!

Kini tubuhnya terjatuh. Kaki nya terasa sengaja disandung oleh orang lain. Clarissa menatap orang itu.

Karin Putri

Seketika semua tertawa. Mereka menertawakan Clarissa. Bahkan dengan disengaja, wanita itu menginjak tangan Clarissa.

"Duh maaf gue se-nga-ja"kata Karin dengan angkuhnya.

Clarissa menghela nafas sejenak. Ia menahan sakit ditangannya. Seketika saja Clarissa berlari meninggalkan kerumunan itu yang menertawakan.

Bug!

Clarissa menabrak tubuh tegap itu. Dengan segera Clarissa menghindari lelaki itu. Yang jelas saat ini Clarissa ingin sekali menangis.

"Cla? Lo kenapa?"tanya digta yang menahan tangannya

"Gue gakpapa kokk. Minggir, gue mau lewat"kata Clarissa singkat.

Digta melirik tangan Clarissa yang memerah hingga luka. "Tangan lo kenapa, cla?"tanya Digta dengan emosi.

"Gue gak apa-apa."kata Clarissa yang pergi begitu saja.

Digta tau apa yang menyebabkan Clarissa seperti ini.
Bima.

***

Bima kembali memukul Digta, saudara tirinya. Ia tidak suka dengan sikap Digta yang tiba-tiba saja mengalahkannya.

"Bukan salah gue! Gue gak tau apa-apa! Kenapa sih lo selalu nyalahin gue!"bentak Bima dengan kesal

"Semua ini ada hubungannya sama lo. Mau lo itu apa sih? Lo mau bikin Clarissa semakin hancur?"ledek Digta kembali.

"Maksud lo apa? Gue gak ngerti!"

"Kalo lo deketin Clarissa cuma karena ingin membuatnya hancur? Lo jauhin dia! Gue udah cukup sabar ngehadepin sikap lo"jelas Digta keras.

"Lo kalo gak ngerti apa-apa diem yaaa. Jangan ikut campur!" Kata bima yang pergi begitu saja.

Suasana kelas memang sangatlah sepi. Sedari tadi Clarissa hanya diam saja memperhatikan Bima. Berbeda dengan Bima, ia tidak menghiraukan tatapan Clarissa.

Ia terlalu asik dengan dunianya. Tidak memperdulikan orang disekiarnya.

"kesana, tidak, kesana.. "pikir Clarissa. Yatuhan. Ia harus kesana.

Jujur saja ia khawatir dengan Bima. Wajahnya babak belur entah mengapa. Clarissa kemudian menghampiri Bima meski ragu.

"Bim, wajah kamu kenapa?"tanya Clarissa dengan gugup.

"Gue gakpapa. " jawab nya dengab singkat. Oh Tuhan, benar lelaki yang sangat dingin.

"Kamu habis berantem? Ataukenapa? Perasaan semalem wajah kamu gak gitu " kata Clarisaa dengan heran.

"Perlu ya lo tau? Gue lagi badmood, cla. Lo pergi aja sana"perintah Bima yang langsung memakai earphone ke telinga nya.

"Tapi, bim. Aku kan cuma kha----"
"Udah gue bilangkan. Gue lagi badmood dan lo tau kan kalo gue lagi badmood gimana?"

Clarissa mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Ini, tissue basah. Buat menghilangkan bekas darah diwajah kamu"katanya dengan penuh perhatian.

Namun Bima hanya menghiraukannya saja. Ia masih asik dengan handphone.

"Bim, kalo kamu ada masalah, kamu bisa cerita ke akuu--" sambung Clarissa kembali.

"Tauah, lo udah gue bilang pergimasih aja gak pergi. Mau lo apa sih? "Bentak Bima yang kasar.

"Maa, bim aku---"

"Capek gue kasih tau lo! Mending gue pergi"kata Bima yang meninggalkan clarissa sendiri.

Bahkan dengan waktu yang cepat sikap kamu berubah.

Apa nantinya kamu akan pergi tinggalkan aku, Bim?

Apa nantinya aku hanya sebagai permainan mu, Bim?

Jika nantinya kau pergi. Untuk apa kau meminta aku menerima cintamu?

MENANTI SENJA   [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang