HUJAN.
Dingin sekali.Clarissa berjalan menyusuri lapangan yang basah karena terkena hujan. Sudah hampir satu jam ia menunggu disini.
Namun tidak ada satu orangpun yang datang untuk latihan.
Ia sudah mencoba menghubungi Cindi namun tidak dijawab oleh cindi. Mungkin ia sedang didalam perjalanan.
Perlahan gerimis itu semakin membesar. Clarissa berlari menyusuri jalan raya yang sepi itu.
Perlahan kepalanya terasa sangat pusing. Ia sudah menjaga keseimbangannya. Namun semakin lama matanya semakin buram.
Clarissa menarik napas sejenak. Ini akibat ia tidak sarapan sejak pagi tadi.
Ia sudah tidak kuat lagi. Perlahan semua nya pun gelap.
***
Digta memperhatikan gadis didepannya. Bukan hanya sekali ini saja. Digta selalu ingin mencari tau tentang gadis ini.
Sudahlama ia mencari tau tentang Clarissa.
Clarissa berada didalam mobil digta. Sudah hampir setengah jam Clarissa belum juga tersadar.
"Hachi.. hachiii"suara bersin Clarissa yang membuat digta terkejut."Lohh? Cla, lo udah sadar?" Tanya digta dengan penuh perhatian.
"Eh. Gue pingsan yaa? Duh sorry jadi bikin lo repot kayak gini deh"kata Clarissa dengan merasa bersalah.
"Gakpapa. Lagian gue liat tadi lo tergeletak ditengah jalan gitu aja. Jadi gue bawa lo ke mobil deh dan nunggu sampe lo sadar"
"Makasih ya, Dig. Untung ada lo"sambung Clarissa yang menepuk pundak Digta.
"Iya, lo kenapa bisa ada disini? Lo sendirian disini?"tanya nya kembali.
"Oh, gue nunggu anak-anak buat latihan Marching Band tapi sampe sekarang gaada kabar. Dan tiba-tiba hujan membesar jadi bisa kayak gini deh"jelas Clarissa panjang lebar.
"Lo mau gue anter pulang?"
"Eh gausah gue bisa pulang sendiri. Sekali lagi makasih yaa" sahut Clarissa yang berlari meninggalkan Digta.
Clarissa berusaha menghubungi Cindi namun sama sekali tidak bisa. Ia menggerutu kesal.
Beribu pertanyaan ada dipikirannya saat ini. Mengapa Cindi membohonginya. Kenapa cindi tidak memberinya kabar?
Clarissa menjatuhkan tubuhnya kekasur yang membuatnya nyaman. Ia menghela nafas sejenak.
Pikirannya menerawang disaat ia menatap mata Digta. Seakan mata itu memberi kenyaman bagi Clarissa.
Tunggu. Clarissa berusaha melupakan semua itu. Bagaimanapun ia sudah memiliki Bima. Ia tidak boleh jatuh cinta kepada orang lain.
Clarissa teringat sesuatu. Kalung nya. Dimana liontin itu? Ia lupa dimana ia meletakkannya. Clarissa sibuk mencari dimana benda itu berada.
Meja laci, lemari, kolong tempat tidur bahkan disela-sela tumpukan buku sudah ia cari. Tetapi hasilnya tidak ada. Dimana kalung itu?
Lapangan dekat sekolah. Clarissa mengingatnya. Mungkin saja benda itu terjatuh disana. Ya mungkin saja.
Malam dan gelap.
Clarissa mencari kalung itu dengan mengandalkan lampu dari handphonenya. Ia terus mencari dimana keberadaan liontin itu karena liontin itu sangat berharga bagi nya."Lo nyari ini? "Tanya seseorang yang tiba-tiba saja menunjukkan kalung liontin lengkap dengan foto clarissa.
"Loh? Bima? Kok kamu bisa---"
"Gue nemuin ini di sekolah. Gak sengaja aja liat lo disini. Jadi gue nyamperin lo deh"katanya kembali sambil menyerahkan kalung tersebut.
"Makasih ya, bim. Oh iya aku --" kata Clarissa
"Gue mau lo rahasiain hubungan ini. Lo mau kan? Lo juga tau kenapa alasannya kan?"potong Bima dengan cepat sekali
"Eh iya tapi Bim---"
"Lo masih jadi cewek gue kok. Tapi kita rahasiain hubungan kita. Gue gamau lo kenapa-kenapa. Lo tau kan maksud gue?"
"aku tau kok,Bim. Ini resiko yang harus aku terima"kata Clarissa dengan lemah. Ia tahu hatinya sakit saat ini.
"Sorry, gue harus pergi dulu. Lo hati-hati" katanya singkat yang langsung pergi begitu saja.
Clarissa menatap aneh kekasihnya itu. Sikapnya memang tidak berubah. Dingin seperi batu es dan sulit ditebak.
Clarissa memikirkan hal yang buruk. Apakah hubungan ini akan bertahan lama,Bim?
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTI SENJA [selesai]
Teen FictionMungkin aku ini hanya seperti balon-balon yang melayang diudara. Selalu kau lihat namun aku terasa jauh darimu