Ketika sikapmu berbeda 180° dengan orang lain, apakah aku masih bisa bertahan? Apakah aku masih setia menunggumu?
Seminggu berlalu. Tidak hanya ia bingung dengan sikap Bima. Bahkan ada murid baru yang mengaku sebagai kekasih bima.
Dia cantik, bahkan melebihi Clarissa. Semua orang dapat menerimanya. Hanya dalam tiga hari, ia sudah banyk dikenal oleh semua orang disekolah. Sangat berbeda dengan Clarissa.
Banyak gosip yang selalu membandingkannya dengan Clarissa. Bahkan Bima pun begitu, ia nampak lebih lembut jika dibandingkan dengan Clarissa.
Saat ini yang clarissa pikirkan adalah apakah ia masih bisa bertahan?
Clarissa melihat tim futsal yang tengah berlatih dilapangan. Ingin sekali ia seperti wanita lain. Ingin sekali ia memberikan perhatiannya kepada Bima. Namun, sepertinya Bima tidak suka dengan itu
"Cla? Lo kenapa disini? Gak kelapangan?"tanya cindi dengan heran. Akhir-akhir ini sahabatnya itu selalu murung.
"Gatau, gue cuman gamau bikin Bima marah. Seminggu gue dihindarin sama dia"kata Clarissa lirih.
"Yaudah lo coba telp dia lah. Lo gimana sih. "Sahut Cindi
Clarissa menggigit bibirnya dalam. Ia bahkan tidak mempunyai no hape Bima. Kekasihnya sendiri. "Gue gaada"katanya singkat
"Loh kok gaada? Kenapa bisaa----"
"Gue capek, cin. Bahkan sikap dia sangatlah cuek dengan gue. Gue gabisa kayak gini terus. Sebenernya mau dia apasih?"sahut Clarissa dengan kecewa.
"Kenapa gitu? Jangan gitu dong. Lagian lo kan udah berusaha sampai sini"jelas Cindi.
"Mencintai Bima itu kayak bermain gitar. Kita bisa memainkan nada yang indah, tanpa kita sadari ada jari-jari tangan kita yang menahan sakit. "Kata Clarissa lemah.
"Terserah lo, Cla. Kalo itu yang terbaik. Gue dukung lo."katanya yang langsung memeluk sahabatnya itu.
***
Digta, dia tengah berada di ruangan musik. Ya, Digta menyukai musik klasik. Clarissa pun kemudian menghampirinya."Hey, kenapa belom pulang?"tanya Clarissa dengan tertawa.
"Nanti, kalo aku pulang sekarang. Bima pasti pergi, dia gak suka kalo aku ada dirumah."katanya dengan singkat.
"Eh, yaudah kerumah kamu aja yuk. Aku bosen dirumah."ajak Clarissa
"Kerumah aku? Mau ngapain.?"tanya nya dengan bingung.
"Mau ketemu sama mama kamu. "Singkat Clarissa.
"Tapi----"
"Ayolah, sekali aja kok. Kamu bawa motor kan?"kata Clarissa dengan antusias.
"Iyaudah. Yuk"
Suasana senja yang sangat indah. Digta dan Clarissa selalu saja tertawa dan membicarakan banyak hal. Andaikan bima seperti Digta.
Sesampainya dirumah Digta, mereka disambut oleh Bima dengan tatapan tajam. Clarissa kemudian membalasnya dengan senyuman.
"Ngapain lo kesini? Kan gue udah bilang kalo gue sibuk."katanya dengan singkat.
"Aku mau ketemu mamanya Digta. Bukan kamu"kata Clarissa singkat.
Entah apa yang dirasakan oleh bima. Untuk pertama kalinya, Clarissa bersikap dingin terhadapnya. Bersikap seakan cuek dengan Bima. Bima hanya menaikkan alisnya.
"Oh"kata Bima yang langsung pergi begitu saja.
Clarissa menghela nafas sejenak. Digta menepuk pundaknya. "Kamu pasti bisa buat Bima sadar. Walau aku tau kamu gak bisa bersikap seperti itu kepada Bima." Jelas Digta.
Perasaan bima sangat kacau. Mengapa ia tidak suka dengan kedekatan saudara tirinya itu. Perlahan bima kesal dengan perasaannya. Ia tidak mungkin membalas perasaan Clarissa.
Karena ia ingin membalaskan dendamnya dan menutupi semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTI SENJA [selesai]
Teen FictionMungkin aku ini hanya seperti balon-balon yang melayang diudara. Selalu kau lihat namun aku terasa jauh darimu