Empat

3K 151 0
                                    

Dia masih memandangi lelaki itu. Mungkin menjadi anggota ekskul futsal sangat melelahkan.

Terlihat keringat menghiasi wajahnya. Ia terlihat sangat lelah. Hobby lelaki itu adalah bermain futsal.

Entah mengapa bagi Clarissa, itu salah satu kenapa ia rela menunggu berlama-lama disekolah.

Clarissa hendak menghampiri ke pinggir lapangan untuk memberikan kekasihnya air.

Perlahan ia berjalan mendekati Bima. Namun sayang, ia kalah cepat dengan teman sebaya nya. Ya mungkin ini belum waktunya kalau Clarissa bersikap perhatian kepada Bima.

Terlihat jelas wajah cemburu Clarissa. Ia menatap aneh keduanya. Clarissa menghela nafas sejenak dan memikirkan sesuatu.

Apakah ia harus merahasiakan hubungannya dengan Bima?

Terbesit pikiran seperti itu. Mungkin ia harus melakukannya. Cukup saja ia dijauhi karena penampilannya.

"Cla, gak pulang?"tanya Digta hendak menaiki motor nya itu.

"Gue nanti aja. Lo duluan aja ya. Hati-hati ya Dig" katanya dengan senyuman manisnya.

Clarissa menatap Digta yang semakin menjauh. Clarissa kemudian merapikan tas nya dan hendak meninggalkan sekolah.

Matanya menatap Bima yang tengah bercanda dengan teman-temannya.

Clarissa berjalan meninggalkan sekolah. Bahkan Bima sama sekali tidak mengetahui keberadaannya.

Seharusnya memang begitu.

Sesampainya dirumah, Clarissa melihat foto-foto kakak tirinya. Randy. Hingga saat ini, Randy masih belum memberitahu adik kandungnya.

Terlihat foto Randy bersama seorang lelaki tengah tersenyum bersama. Clarissa tidak mengenalinya.

Setiap kali ditanyakan, Randy selalu saja menghindar seakan sengaja tidak menjawabnya.

Sayup-sayup handphone milik Clarissa berbunyi. Terlihat nama yang tertera disana cindi.

"Iya? Kenapa cin? Gue baru aja balik sekolah dan lo tau kan kalo waktu gue dirumah gabisa diganggu?" Katanya dengan cepat.

"Iya gue tau, gue cuman mau bilang sama lo. Kalo besok ada latihan Marching Band. Itu aja kok"balas Cindi. dengan sewot.

"Iyaiyaa yaudah gue mau tidur dulu ya. Lo jangan ganggu. Satu lagi, kalo ada apa-apa atau info lainnya lo kasih tau gue aja ya"kata Clarissa dengan candanya.

"Oh iya,Cla. Soal yang lo jadian sama Bima itu beneran?"

"Iya, tapi gue minta sama lo jangan kasih tau siapa-siapa ya? Karena gue takut kalo nantinyaa---"

"Lo jadi bahan bully-an anak-anak famous itu? Lo takut? Cla,jangan takut sama mereka"sahut Cindi dengan tegas.

"Ya lo gak tau kan mereka semua pada suka sama Bima. Tolongin gue ya, Cin. "

Cindi menghela nafas sejenak."iya, gue akan rahasiain semua nya dan lo jangan lupa besok! Inget. Jangan telat."

"Siappp"sahut Clarissa yang langsung mematikan handphone nya.

Clarissa mengambil earphone nya. Mendengarkan lagu kesukaannya.

Entah mengapa ia begitu tenang mendengarkan alunan musik yang indah itu.

Seandainya saja ia diberi kesempatan untuk bertemu dengan Randy terakhir kalinya, ia ingin mengatakan hal yang seharusnya tidak dikatakan.

Mungkin clarissa sudah gila karena jatuh cinta dengan kakak tiri nya sendiri.

Mungkin clarissa dianggap aneh. Bahkan Clarissa dianggap remeh oleh teman sekolahnya. Tidak ada yang mau berteman dengannya.

Clarissa tidak memiliki teman. Ya, itu adalah hal yang benar. Namun disisi lain didalam kesendiriannya dan sikap diamnya. Clarissa memiliki luka dalam yang amat perih.

Luka yang membawa nya kedalam mimpi buruk. Seakan tidak ada lagi keindahan.

Luka yang membuatnya menjadi pendiam.

Matanya perlahan menutup dan nyenyak didalam tidurnya.

Randy, aku ingin bertemu denganmu meski di dalam mimpi. Dan jelaskan teka-teki yang selama ini menjadi misteri.

MENANTI SENJA   [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang