Ketika aku kembali. Kini keadaan berubah. Semua terasa seperti mimpi.
Clarissa berlari sekuat tenaga untuk menyamakan langkahnya dengan Bima. Ia ingin sekali memeluk kekasihnya itu.
Rasa rindu terasa sirna ketika ia melihat sang pujaan hati ada dihadapannya.
"Bimaaaa---- bim!" Teriak Clarissa namun tidak didengarkan oleh Bima.
Ia tidak menyerah begitu saja, dipanggilnya kekasihnya itu sekali lagi. Langkahnya hampir sama dengan Bima dan...Bug!
Ia memeluk bima dari belakang. Ini memang gila, namun clarissa sangat rindu sekali dengan Bima. Walaupun sikapnya sangatlah dingin terhadapnya.
"Heh! Apa-apaan sih lo?"kata Bima yang langsung melepaskannya begitu saja. "Ini sekolah! Lo ngerti kan?"sambungnya dengan dingin.
Clarissa hanya terdiam saja. "Maaf, bim. Aku udah buat kamu marah. Aku bener-bener minta maaf"jawab Clarissa dengan lirih.
"Gue lagi badmood dari kemaren! Dengan lo bersikap kayak gitu bikin mood gue ancur tau gak?" Katanya lalu pergi begitu saja.
Clarissa menatap langkah Bima. Dia memang bodoh. Tidak seharusnya ia bersikap seperti itu dengan Bima.
Ia lupa kalau tidak ada yang tau tentang hubungannya. Apa aku terlalu jauh untuk kamu gapai, atau sebaliknya?
Perlahan air mata membasahi pipinya. Ia menunduk lemah. Dan seseorang berdiri di hadapannya. Digta.
"Kalo nangis pake ini. Jangan di kucek pake tangan. Bahaya tau, nanti bisa kena debu"katanya dengan memberikan saputangan itu.
"Na--nangis? Siapa yang nangis coba? Engga ada "kata Clarissa dengan tersenyum.
"Maafin sikap Bima. Dia emang begitu.. dan aku mau kasih tau kamu sesuatu. --" katanya dengan menatap mata Clarissa. "Bima itu saudara tiri aku. Sikapnya emang dingin, semenjak ia ditinggal sama mama kandungnya"
"Kamu saudara tiri? Jadi bima itu----"
"Ya, kami sepakat untuk tidak saling mengenal. Dan kamu, aku gamau kamu selalu aja disakitin sama Bima. Dia terlalu kasar, Cla untuk kamu"jelas Digta dengan jujur.
"Satu hal yang kamu tau, Dig. Aku mencintai bima tidak pernah berharap ia juga mencintaiku. Bagiku, ada alasan aku bertahan. Karena aku tidak ingin menyakitinya" kata Clarissa yang pergi begitu saja.
***
Bel istirahat pun berbunyi, seluruh siswa berhamburan. Clarissa menunggu Bima di parkiran sekolah. Sekali saja ia ingin merasakan jalan berdua dengan Bima.Bima keluar dengan gaya nya yang dingin. Clarissa kemudian menghampirinya dengan senyuman.
"Bim, hari ini kamu sibuk? Aku mau ajak kamu jalan-jalan"kata Clarissa dengan senyum.
Bima hanya meliriknya sejenak. "Mau kemana? Gue sibuk."katanya dengan singkat.
"Tapi bim. Bisa kan? Udah selama tiga bulan hubungan kita itu aneh. Bahkan aku gak berasa kalau aku ini pacar kamu. "Kata Clarissa kembali.
"Ya terus lo maunya apa? Gue sibuk. Gue capek"bentak Bima dengan kasar.
Apakah lelaki ini tidak tau ? Kalau dia sangat dicintai oleh Clarissa dengan tulus?
Clarissa menghela nafasnya sejenak. Ia sudah terbiasa dengan sikap Bima. Tidak seharusnya ia memaksakan bima seperti ini. Ya, selalu saja Clarissa yang salah.
"Maaf, Bim. Aku udah buat kamu marah lagi. Ohya, selamat ya kamu udah menangin pertandingan Futsal. Aku bangga sama kamu."kataClarissa dengan lirih.
Andai kau bisa mengerti, Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTI SENJA [selesai]
Teen FictionMungkin aku ini hanya seperti balon-balon yang melayang diudara. Selalu kau lihat namun aku terasa jauh darimu