XVII : Memiliki dan Dimiliki Part 2

1.4K 51 0
                                    

Aku berjalan di antara orang-orang yang sedang bercengkrama dan berbahagia untukku dan Jimmy. Seharusnya ini adalah momen paling bahagia untuk sepasang kekasih seperti kami karena sang pria akan melamar si wanita dengan sangat romantis. Tapi sayangnya, tidak untukku. Aku tidak bahagia sama sekali. Keraguan dan perasaan takut menggerogoti hati sejak pembicaraanku dengan Shela dan Icha. Lagipula, siapa orang-orang yang sedang duduk ini? Aku tidak kenal mereka sama sekali. Apa yang sedang Jimmy lakukan padaku? Kepalaku berputar karena kekacauan yang terjadi di pikiranku.

Aku melihat Jimmy sedang berbicara dengan sebuah kelompok yang berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke sungai. Aku berhenti--tidak yakin lagi untuk pergi kembali pada Jimmy. Benarkah yang mereka katakan itu? Benarkah Jimmy melakukannya padaku? Tapi kenapa? Jimmy menyadari aku sedang menatapnya dari kerumunan. Dia menatap padaku dan mengangkat gelasnya sambil tersenyum padaku. Tapi, benarkah itu Jimmy yang ku kenal?

                                                               ****

30 menit yg lalu..

Aku shock. Dengan jantung yang serasa terpisah dari dada, aku menatap nalar ke arah Shela dan Icha. Icha masih tidak menatapku, menahan dirinya agar tidak meledak-- atau belum.

"Apa?!" Suaraku meninggi.

"Malam itu di hotel, aku menelpon Jimmy untuk memberitahukan keadaanmu. Ternyata, saat Jimmy tiba, Tedy masih duduk diluar kamar. Aku melihat mereka bertemu disana. Kau tahu, Tedy dalam keadaan setengah basah sama sepertimu, dan dihotel pula. Jadi.."

Mendengar itu, dadaku serasa terbelah dua, dan otakku pecah berhamburan di kakiku. Menahan amarah, aku menutup mataku untuk meredam emosi yang tiba-tiba saja membuncah. Mengapa tak ada satupun yang mengatakan kejadian ini padaku sebelumnya?

"Teruskan." 

"Saat aku tiba, mereka sedang berbicara. Aku tidak benar-benar tahu apa yang mereka bicarakan, tapi keduanya terlihat sangat marah. Jimmy masuk begitu dia melihatku."

Akhirnya aku membuka mata. Kesedihan tampak jelas di wajah Shela, namun sayangnya itu tak bisa merubah apapun.

"Maafkan aku. Aku mencoba menjelaskan keadaan yang sebenarnya, tapi..." Shela terhenti. Ia menatap Icha--seperti tidak yakin dengan apa yang akan ia katakan.

"Tapi jimmy begitu marah!" Akhirnya Icha meledak. "Dia begitu marah kepadaku dan Shela. Tanpa tahu duduk permasalahannya! Dia bahkan memukul key! Walaupun dia memang pantas dipukul, tapi seharusnya dia mendengarkan kami dulu! Emosinya begitu meledak-ledak! Dan demi tuhan itu di rumah sakit!"

Dia Hujan dan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang