XXI : EPILOG

3.2K 104 46
                                    

-KEY POV-

Aku sudah berlari entah berapa kali putaran di stadion olah raga ini. Tubuhku begitu lelah sampai rasanya mau lepas semua. Aku berhenti dan berbaring di lintasan setelah tak mampu berlari lagi. Tepat dibawah lampu-lampu besar yang menjulang tinggi ke atas, aku menyerah untuk menutupi perasaan lukaku dengan menyiksa diri sendiri.

Ini bukanlah sesuatu yang seharusnya membuatku merasa sesedih ini. Seharusnya aku ikut bahagia melihat Anne mendapatkan cinta yang ia impikan. Tapi mengapa aku merasa begitu pengap didalam diriku? Aku tidak bisa ikut bahagia maupun bersedih di saat seperti ini. Semua perasaan ini adalah yang pertama kali buatku.

Ingatanku kembali saat aku melihat Anne untuk pertama kali, dia sedang berjalan menuju perpustakaan dengan sorot mata yang aneh. Ia terlihat seperti orang yang sedang berjalan dengan pikiran melayang. Sesekali kepalanya tertunduk lesu, tapi saat seseorang memanggil namanya, seketika senyuman cerah akan muncul diwajahnya dengan semburat merah muda di pipinya. Lalu aku berpikir, wanita ini begitu mengundang rasa penasaranku. Dia tidak begitu cantik, gaya berpakaiannya juga tidak terlalu menawan, tapi aku menjadi begitu tertarik dan penasaran sejak pertama kali melihatnya.

Ketika itu, tanpa sadar aku mengikutinya berjalan masuk ke dalam perpustakaan. Tapi anehnya, Anne masuk tanpa melirik rak buku sama sekali. Ia hanya langsung duduk di meja sudut perpustakaan yang kosong seperti bangku itu memang miliknya.

Aku ingat, biasanya Anne akan duduk diam disana selama 3 jam atau lebih. Hanya menulis dan mendengarkan musik lewat headphone. Kadang ia mengangkat kepalanya dan merenung atau memandang keluar jendela. Kemudian ia akan pergi begitu ponselnya berdering. Selalu seperti itu.

Aku tahu ini akan terdengar bodoh tapi, lama - kelamaan, mengikuti Anne menjadi kebiasaanku (karena sejak hari itu, aku melihat Anne dengan cara berbeda--entah bagaimana, tapi ia terlihat menawan). Begitu melihatnya, kakiku akan ikut bergerak mengikutinya. Dan selalu, ia hanya akan berjalan ke perpustakaan atau tempat teduh dan sunyi lainnya untuk menulis ataupun sekedar mendengarkan musik.

Kesan pertamaku tentang Anne, dia adalah seseorang yang teduh dan tenang. Seorang gadis yang penuh rahasia dan apa adanya. Memalukan mengatakan ini, sejujurnya kami berpapasan beberapa kali, tapi Anne tak pernah mengingatku. Tentu saja. Dia tak pernah memperhatikan sekelilingnya sama sekali. Begitu menyenangkan bersama Anne. Walau sebenarnya waktu itu kami tidak benar-benar bersama, tapi mengikutinya seperti itu adalah hiburan tersendiri untukku.

Sampai suatu hari, dimana Anne terlihat lebih sedih dari biasanya. Ia duduk memandangi ponselnya dengan dahi berkerut dan menggigit bibir bawahnya. Aku begitu penasaran, aku begitu ingin menghampirinya karena dia terlihat begitu rapuh saat itu. Dengan tekad bulat, aku mengumpulkan seluruh keberanian yang ku punya. Aku berlari keluar untuk membeli minuman dingin sebagai senjatadan aku menghampirinya.

Aku tertawa tanpa sadar mengingat saat itu. Aku ingat ekspresi Anne berubah dari sedih menjadi kesal. Tapi itu lebih baik. Meskipun awalnya dia terus mengabaikan aku, tapi lama kelamaan kami bisa berbicara dengan nyaman. Jika saja telepon Jimmy tidak menginterupsi saat itu, aku pasti sudah bisa langsung dekat dengan Anne.

Aku meringis mengingat nama itu. Jimmy. Pria egois yang menambah hancur hati Anne yang sudah terluka. Laki-laki tolol yang memaksakan perasaannya pada Anne seenaknya. Aku memang sudah tidak menyukai pria itu sejak pertama ia menelpon Anne. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa karena Anne selalu membelanya.

Aku kembali tersenyum. Hari itu adalah hari dimana aku membawa Anne ke hotel keluargaku. Hari itu juga, hari dimana sampai saat ini aku tak bisa memaafkan diri sendiri karena meninggalkan Anne sendirian hingga ia celaka. Aku mengernyit. Mengapa semua kejadian terjadi sekaligus begitu aku bersama Anne? Aku hanya menghampirinya sekali dan dunia Anne terbuka lebar didepan wajahku. Pertama dia bertengkar dengan kekasihnya, lalu ia terlempar jatuh ke dalam kolam renang dan tenggelam, lalu aku mengetahui bahwa pacar dan orang yang dia cinta adalah dua orang yang berbeda, lalu aku harus melihat Anne terluka dan menangis semalaman di rumah sakit. Hari itu adalah hari yang harus aku peringati setiap tahunnya. aku membatin.

Dia Hujan dan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang