Awal Pertemuan

71.3K 2K 17
                                    

          Terkadang apa yang kita katakan atau rencanakan.
Seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

-oOo-

Leo PoV.

Ayam berkokok membangunkan diriku dari mimpi indah. Aku bersiap-siap untuk mandi, ketika aku keluar dari kamar mandi telah ada jas, kemeja, serta dasi yang pastinya disiapkan oleh aunty.

Aku berangkat bersama sepupuku, Cedric. Aku sengaja berangkat bersamanya, karena ia telah berpengalaman, dan aku tak akan kebingungan apa yang harus ku kerjakan nanti.

"Em ... Leo, kamu sama Cedric pakai mobil aunty aja. Mobilnya ada di garasi dan ini kuncinya." Beliau memberikanku sebuah kunci mobil.

"Aunty, terima kasih," balasku dengan memberikan senyuman terbaikku.

"Ced, ayok kita berangkat. Aunty kita berangkat dulu," pamitku lalu, kami menyalami beliau. Kemudian aku dan Cedric menaiki mobil yang dipinjami oleh aunty tercinta.

Di dalam mobil kami berbincang mengenai beberapa topik terutama tentang apa yang akan aku urus. Hingga akhirnya kami sampai di kantor.

-oOo-

Ketika di kantor, kami menaiki lift yang dikhususkan untuk para petinggi di kantor ini.

"Kak Le, nanti untuk sementara waktu, ruang kerja yang Kak Le tempati itu ruangan daddy. Tidak apa-apa 'kan?"  jelas Cedric kepadaku.

"Iya, tak apa, Dric," jawabku dengan singkat.

Kemudian sepupuku dan aku memasuki ruangan Uncle Adrian. Di dalam ruangan aku langsung menduduki kursi kebanggaan uncleku. Kursi ini ternyata begitu nyaman di duduki.

Dinding di ruangan ini didominasi dengan warna putih, terlihat begitu elegan. Lamunanku buyar oleh suara yang ku dengar yaitu suara Cedric.

"Kak, tunggu sebentar ya," ujarnya. Aku bingung kenapa aku harus menunggu? Aku langsung teringat sesuatu.

"Oh iya, Dric. Itu ... Apa yang harus saya lakukan?" tanyaku dengan ekspresi kebingungan.

"Kak Leo dari tadi tidak mendengar ucapanku?!" tanyanya dengan ekspresi yang kesal. Emang dari tadi dia berbicara apa?

Baru saja aku ingin berbicara tersela olehnya. "Tadi aku bilang kalau kak Leo akan mengurus pekerjaan di sini dibantu oleh tangan kanan sekaligus sekretaris daddy," tuturnya dengan gemas. Aku yang mendengar penjelasan itu hanya menjawabnya dengan menggumam lirih.

Dia yang mendengar responku hanya mendengus kesal sembari mengelus dadanya.

Dia memutuskan untuk menelefon seseorang. Dan aku tidak peduli siapa yang ia telefon.

"Pak Agus, nanti segera datang ke ruangan daddy ya," ucap Cedric kepada seseorang di seberang.

" .... "

"Iya, daddy lagi sakit. Tetapi ada yang menggantikan," jawab Cedric dengan sabar.

" .... "

"Dia sepupuku, Pak Agus."

" .... "

"Oke, aku tunggu."

Secretary and Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang