Squel

41.2K 752 22
                                    

Di sini, Kim akan bahas kenapa Aerilyn nangis, ya.

***

Lyn dan Azy

Lyn PoV.

Aku senang sekali karena, hari libur bisa jalan-jalan sama papa. Hari biasanya papah selalu mengurung diri di ruang kerjanya, aku gatau apa yang dikerjakan oleh papaku. Kalau tidak beliau pasti pulang larut, ketika aku tidur beliau baru pulang kerja. Kasihan aku dengan papa yang bekerja begitu keras demi membiayai kebutuhan aku dan mama.

Hihihi, ninggalin mama lucu juga, ya. Mama sampe cemberut gitu.

"Papa, kita jadi jalan-jalan ke taman, 'kan?" tanyaku ke papaku. Aku sengaja berlogat seperti anak kecil supaya aku selalu mendapatkan perhatin mama dan papa.

"BENTAR SAYANG, MAMA BELOM SIAP," teriak mama tercinta. Ih, mamah emang suaranya bikin telinga pengang.

"Sayang, kita ke luar duluan, ya." Itu yang diucapkan oleh papaku. Papaku selalu sabar apa yang dilakukan oleh mama. Mama itu orang yang paling mengesalkan yang membuat orang mengelus dada.

'Andai, aku punya suami seperti papa,' batinku. Heh! Enyahkan pikiran itu Lyn. Kamu itu masih kecil, udah mikirin suami aja.

"Yeee, kita jalan-jalan," kataku senang hingga melompat-lompat di depan rumah. Sedangkan papa sedang memanaskan mobil di garasi. Ketika sedang asik melompat-lompat, Azy tiba-tiba datang menghampiriku tetapi, di tengah jalan ia berhenti. Tingkahku yang seperti orang gila membuatku malu ketulungan hingga wajahku memerah.

"AER ...," teriak Azy, ia berlari menghampiriku. Aku yang syok ia terus maju mendekat, dengan cepat ku ubah ekspresi kemerahan di wajahku ini.

'Aer, nama panggilan itu dibuat khusus oleh Azy karena, namaku yang sulit disebut. Sebal memang! Tetapi, apa boleh buat. Kalau kalian ingin tahu asal-usul bagaimana nama Aer bisa terjadi. Tunggu di kisahku yang lain nanti.'

"Ya, Azy?" tanyaku ketika ia sudah berada tepat di hadapanku.

"PAPA, AKU MAIN SEBENTAR SAMA AZY, YA?" teriakku memberitahu papa yang sedang berada di garasi. Semoga beliau mendengarnya.

"SINI DULU, SAYANG," ucap papa dari arah garasi. Aku dan Azy menghampiri papa.

Setibanya di garasi aku bertanya, "Ada apa, Pa?"

"Mau ke mana, Hm?" tanya papa berlutut di hadapanku. Aku yang ditanya hanya celingukan ke kanan dan ke kiri. Aku pun tak tahu mau ke mana.

Tiba-tiba Azy nyeletuk, "Azy, izin ngajak Lyn sebentar ke taman, ya, Om?"

Azy memanggil namaku dengan sebutan 'Lyn' hanya di depan papaku. Kalau di depan mamaku? Jangan ditanya.

Papaku berpikir sejenak. 'Ke taman? Mau ngapain dia?'  Tetapi kemudian, diangguki papaku. Sabar, ya, Papa. Harus menunggu lebih lama lagi. Pray for Daddy!

Secretary and Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang