“Nikmati saat ini sekarang juga.” Ucap Leonardo Yudistira Hermawan. Itu motto Leo. Leo pun akan terus bermotto seperti itu sampai akhir hidupnya nanti.
- - - -Sedangkan- - - -
"Jalani hidup dengan tenang sampai maksimal, karena hidup itu cuma sekali, lakukan semuanya dengan sebaik-baiknya." Ucap Seila Dzakira Putri. Itu motto hidup Seila yang hampir sama intinya dengan Leo.
Dan mereka akan hidup bahagia selama - lamanya bersama anak serta cucu - cucu mereka kelak.
***
Author PoV
10 tahun kemudian.
"Mamaaa--" panggil Aerilyn.
"Ya sayang--mama di dapur," teriak wanita itu yang di panggil mama.
Anak kecil itu mendengar suara mama tercintanya kemudian, ia berlari menghampiri mamanya.
"Jangan lari-lari Lyn nanti kamu jatuh." Mamanya menegur. Tentu seorang ibu akan khawatir apabila anaknya melakukan sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Yang dipanggil Lyn itu malah menghiraukan ucapan khawatir mamanya.
"Ma, papa udah pulang?" tanya Aerilyn.
"Belum sayang," jawab mamanya yang sekarang sedang menata makanan di meja makan.
"Kamu mandi dulu sana. Bentar lagi papa paling pulang," tutur sang mama itu kepada Aerilyn.
***
Seila PoV
Aku sedang asik bereksperiment di dapur tiba-tiba ada sesosok anak kecil yang mengganggu. Siapa lagi yang mengganggu kalau bukan--
Aerilyn Bellvania Hermawan.
Aerilyn artinya udara yang murni dan menyejukkan sedangkan, Bellvania artinya Hadiah dari Tuhan, dan Hermawan sendiri diambil dari nama suamiku yaitu; Leonardo Yudistira Hermawan.
Jadi, arti nama anakku yang tak lain ialah Putri cantik anugerah dari Tuhan, kehadirannya membawa kasih, dan kesejukan dalam keluarga.
Ya, itu anakku bersama Leo yang telah berumur 9 tahun tetapi, sifatnya masih seperti anak kelas 1 SD. Pernikahanku bersama Leo membuahkan hasil anakku yang imut dan menggemaskan.
Walau banyak orang yang bilang kalau sifat, wajah, sampai dengan cara berpikirnya mirip sekali dengan Leo. Apa yang diturunkan dari aku ke Aerilyn?
Jawabannya hanya 1 yaitu ketika dia marah. Papanya Lyn bilang kalau dia marah persis denganku, dia bakalan cemberut sampai apa yang dia mau diberikannya.
"Mama aku udah wangi--" kata Lyn dia sangat bersemangat sesudah ia mandi. Dia memakai dress terusan selutut dengan motif bunga-bunga.
Aku hanya tertawa membalas perkataannya.
Ting Nong Ting Nong
"Papa pulang, Mama." Anakku itu langsung berlari untuk menemui papa tercintanya itu.
***
Leo PoV
Setelah semua pekerjaanku selesai, aku ingin buru-buru menemui istri dan anakku yang telah mendampingiku sekitar 9 tahun. Membereskan segala pekerjaan kantor yang berserakan dan memasukkan ke dalam tasku. Akan ku selesaikan di rumah.
Sesampainya di depan pintu rumah dengan segera ku tekan bel rumah dengan tidak sabar.
"Papa pulang, Mama." Teriakkan anakku terdengar hingga ke luar rumah. Kudengar langkah kaki mendekat dan suara putaran kunci pintu rumah.
Setelah pintu terbuka, tanpa pikir panjang ku langsung menggendong duplikatku dengan Seila versi kecil.
"Aaaahhhh, Papa, Lyn nungguin papa pulang," ucap Aerilyn senang.
"Lyn udah mandi, hm?" Tasku dibawakan Seila dan aku bertanya sambil berjalan masuk ke dalam.
"Udah kok, Papa---bla bla bla." Anakku bercerita tentang kesehariannya di sekolah.
"Lyn sayang, papa mau mandi dulu ya. Nanti papa kalau ga mandi gatal-gatal terus nular ke Lyn gimana?" cerocos istriku itu. Aku hanya bisa menahan tawa melihat ekspresinya.
"Yaudah, deh, papa mandi dulu sono." Dia berbicara sambil turun dari gendonganku.
Aku bergegas ke kamar mandi, dan mandi tidak begitu lama. Hari ini begitu lelah banyak pekerjaan yang menumpuk. Hft.
Keluar dari kamar mandi kulihat istriku sedang memilihkan baju tidur untukku. Aku yang masih bertelanjang dada alias masih mamakai handuk saja. Kupeluk dia dari belakang.
"Ih mas apaan sih?" Dia langsung cemberut. Aku hanya diam saja dan masih memeluknya.
"Leonardo nanti Lyn nyariin, loh." Kulepaskan pelukanku. Dan ketika dia mau berbalik ku kecup bibirnya.
Istriku yang imut ini pun blushing, " Ich liebe dich, Lieber," ucapku.
" Ich liebe dich auch, Lieber," balasnya. Rupanya dia sudah pintar Bahasa Jerman.
"Udah bisa balas ucapan, hm?"
"A--" ucapan istriku terpotong.
"Mamaaa---lama banget, sih nyiapin baju buat papa," teriak Lyn.
"Udahan, Sayang, udah dipanggil anakmu itu, tuh." Istriku tersenyum miring.
Aku hanya terkekeh. Aku terlalu gemas dengan istriku yang satu ini. Emang istrimu cuma satu Leo.
Ku cium tiba-tiba bibir istriku. Kemudian ku tahan tengkuknya.
"Leo enggh-- kal--au keta--uan sama Lyn gimana?" Ucap Ssila terbata-bata.
"Mama, pap-- AH, MAMA, PAPA NGAPAIN?" Aku reflex melepaskan pangutan kami berdua.
"Em--mama ama papa ng--ga ngapa-ngapain kok. Ayo kita keluar, Sayang." Istriku menjelaskan dengan lembut kepada anak kami. Tetapi tidak kepada ayahnya, tak lain diriku; menatap sinis. Apa salah aku coba?
***
Keesokan Harinya
"Papa kita jadi jalan-jalan ke taman, 'kan?" tanya putri kecilku ini.
"Bentar, Sayang, mamamu belum siap," teriak istriku itu dari dalam kamarnya.
"Sayang kita ke luar duluan, ya," tuturku kepada sang istri.
"Yeee, kita jalan-jalan." Lyn sangat senang kelihatannya.
Skip
Seila PoV
"Sayang aku udah sele--" ucapanku terputus karena, Lyn yang menangis tiba-tiba dihadapanku.
"Hiks, Mamaaaa." Aerilyn menangis ketika aku datang. Dia langsung berlari dan memelukku.
Kupeluk balik putri kecilku itu. Aku yang tidak tau apa-apa hanya memandang suamiku. Suamiku malah memandangku balik.
***
Tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary and Perfect CEO
RomansStarted: 3 Juni 2015 Finish: 26 September 2016 07012018 #927 in Roman 18082018 #1 in Love Kisah seorang perempuan yang lulus dengan cepat di universitas nya yaitu 3,5 tahun. Hingga ia bekerja di suatu perusahaan ternama, dengan boss yang berdarah ba...