Edisi galau ala Seila

35.3K 1.1K 4
                                    

Seila PoV.

Ini sudah hampir 1 bulan pak Leo di Jerman. Entah mengapa aku sangat merindukannya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang---? Hffftt." Desahku frustasi.

"Hei-- Seilaaa." Citra memanggilku sembari melambai - lambaikan tangannya.

Ohiya mengapa kami bersama? Kami sedang makan siang di kantin kantor. Aku mau kesini karena di seret ama tuh bocah tengik. Jadilah gue galauu..

"Hn--?" Aku tersadar mungkin aku sudah melamun terlalu lama sampai - sampai Citra memanggilku.

Em-- btw aku dan Citra sekarang sudah berteman sejak kejadian aku membeli nasi goreng untuk boss galak sekaligus tamvan itu.

"Ahh aku galau lagi kan--?" Desahku tertahan.

"Galau kenapa Sei?" Tanya Citra.

"Apa aku terlalu kencang mengucapkan itu?" Batinku berfikiran kek gitu sampai keningku berkerut.

"Ah bukan apa - apa kok Cit. Lu salah denger kali." Elakku.

"Pendengaranku masih jelas Seilaku cantikk." Ucapnya. Ya begitulah Citra dia akan keras kepala berusaha mendapatkan yang membuatnya penasaran.

"Kan kita udah berjanji gak ada yang namanya rahasia - rahasiaan." Lanjut Citra.

"Hhhh---" Aku menghela nafas panjang. "Nanti aku ceritakan setibanya di rumah kita." Ucapku. Sekarang aku sudah bisa membeli sebuah rumah meski bukan sepenuhnya dengan uangku. Tapi aku membelinya dengan berpatungan dengan Citra. Hehehe.

"Oke deh." Jawabnya pasrah. Kamipun meletakkan kepala kami ke meja tersebut.

Ketika kita sedang tenggelam dengan fikiran masing - masing ada suara kaki menuju meja dimana kami makan.

"Ekhem--" Ada orang berdeham.

Kulihat Citra bengong melihat orang yang berdehem itu. Ku kodekan Citra untuk memberitahu siapa orang itu. Citra malah menyuruhku untuk menolehnya. Sebenernya aku udah PW tapi--- Apa boleh buat?

Dengan sangat malas ku angkat kepalaku untuk melihatnya. Aku langsung buru - buru berdiri ketika tau siapa yang datang. Dan Citra pun mengikutiku.

"Eh pak Agus--" Kubungkukkan badanku serta Citra tanda hormat ke sekertaris pak Adrian itu.

"Seila, anda di panggil ke ruangan pak Adrian." Ucapnya.

Aku heran buat apa aku dipanggil kesitu. Kutanyakan saja kepada pak Agus.

"Ekhem-- Buat apa ya pak saya disuruh kesana?" Tanyaku dengan bahasa yang sok formal.

Maap - maap kate aja ye. Gue emang orangnya gak bisa mengucapkan bahasa yang tetap, kadang formal, kadang songong, dan segala macem kadang.

·> To the back topic.

"Maaf saya kurang tau. Jadi nona ke ruangan saja. Saya cuma bertugas untuk menyampaikannya saja." Jelasnya.

"Oke saya akan segera kesana." Kataku.

"Yasudah saya pamit untuk bekerja kembali. Permisi nona - nona." Kamipun membungkukkan badan kembali tanda hormat satu sama lain.

Secretary and Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang