Pertemuan - 2

58.9K 2K 11
                                    

Leo PoV.

Mempelajari setumpuk berkas-berkas yang ku yakin entah kapan selesai, membuat kepalaku pening melihatnya.

Aku mendesah lelah. "Rasanya baru pertama kali bekerja sudah diberi pekerjaan setumpuk gunung everest."

Aku memutarkan kursi yang ku duduki membelakangi meja kerjaku, sembari aku berfikir bagaimana menyelesaikan pekerjaan ini secara cepat.

Daddy maupun uncle tak pernah aku mendengar bahwa mereka berdua mengeluh atas banyaknya berkas yang sangat penting ini. Bahkan mungkin, jika satu pun yang terlewatkan milyaran rupiah akan terbuang begitu saja.

Apakah hal itu yang membuat Uncle Adrian jatuh sakit? Bekerja pagi, siang, malam tiada henti, meski aku salut uncle maupun daddy tak lupa akan keluarga mereka yang menunggu di rumah.

Entah berapa lama aku melamun hingga tak terasa ada yang mengetuk pintu kerjaku.

Tok... Tok... Tok....

"Masuk," jawabku dari dalam tanpa mengubah posisi dudukku ini.

Terdengar suara langkah kaki yang terdengar ada dua orang yang memasuki ruang kerjaku ini.

"Leo, maaf saya mengganggu. Saya ke sini ingin memberi tau bahwa ada yang membantu anda menyelesaikan pekerjaan anda. Ini orangnya," tutur Pak Agus dengan jelas.

Aku mendengar suara Pak Agus. Dan beliau mengatakan bahwa ada yang membantunya selain beliau? Itu berarti aku mempunyai sekretaris?

Aku tetap dalam posisiku membelakangi mereka, tak sopan memang. Setelah aku berfikir panjang aku teringat akan menanyakan namanya terlebih dahulu.

"Siapa namamu?" tanyaku dengan membuat suaraku menjadi lantang dan tegas sembari membalikkan badanku menghadap ke arah mereka.

-oOo-

Seila PoV.

Aku menampakkan wajah yang bodoh dihadapan mereka. Memang bos-- calon bossku itu bertanya padaku?

"Hello--" ujar bossku sembari melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. Calon bossku itu telah bangkit dari kursi kebanggaannya, sedangkan Pak Agus hanya memerhatikan kami berdua.

"Pak, saya pamit keluar dulu," ucap Pak Agus berbisik kepada Leo. Sedangkan Leo hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah beberapa menit aku sadar dan bertanya seraya menunjuk kepada diriku sendiri. "Eh? Bos-- calon boss bertanya ke saya?"

"Iya, Bodoh. Emang di ruangan ini ada siapa saja?" tanya bossku. Aku yang ditanya seperti ini, mataku langsung menjelajahi ruangan ini. Dan seketika ku tertawa kecil.

"Oh, iya, Boss. Hehehe, maaf-maaf," ujarku sembari menundukkan kepalaku.

"Jadi, siapa nama anda?" tanya ulang bossku dengan suara yang tegas.

'Serem juga, suaranya sih anu. Tapi kalau ditegasin juga, jadi ketar-ketir duh. Gimana ya? Oke rileks, Seila,' batinku. Aku mendengus lelah.

"Kenapa dengus-dengus?!" tanya bossku. Bulu kudukku meremang, ketahuan ya mendengus. Sebenarnya sih itu tak bisa dikatakan sebagai mendengus, hanya menghela nafas kasar. Tetapi mungkin kedengarannya mendengus ya sudah.

Secretary and Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang