Edisi Curhat ala Seila

33.2K 1K 8
                                    

Seila PoV.

Hari sudah sore menjelang malam yaitu sekitar pukul 17.00.
Aku membereskan semua pekerjaanku yang kebetulan hari ini banyak sekali. Dan aku baru setengah menyelesaikannya. Dengan terpaksa setengah pekerjaannya aku bawa pulang ke rumah. Udah harus membuat power point untuk presentasi hari senin. Untung saja ini hari Jum'at. Jadi dua hari kedepan aku liburrr. Yap-- di kantor ini hari Sabtu dan Minggu karyawan di liburkan.

"Sei, Cepetan atuh." Teriak Citra. Tuh anak gak sabaran ya.

"Iyaiya sabar dikit napa. Lu kek apaan aja. Teriak - teriak. kalau di denger orang gimana?" Cerocosku panjang lebar cem kereta api.

"Alah semua karyawan dah biasa gue gegerowokan, teriak - teriak atau gue bertingkah petakilan." Ocehnya sambil kami berjalan menuju parkiran. Untung si Citra punya motor, ya walau cuma motor matic. Jadi kan cuma beli bensin aja. Gak usah ngeluarin ongkos banyak - banyak.

"Ehh--- Lu jangan lupa nyeritain semua yang lu rahasiain." Tagihnya sambil dia bersiap - siapa menyalakan mesin.

"Masih inget aja tuh si tengil" Batinku.

"Yah, hoohlah. Serah lu. Ayuk sekarang pulang. Gue cape nih. Mana gue harus nyiapin buat presentasi ntar Senin." Keluhku

"Cielah-- Gue aja disuruh nyiapin buku keuangan buat akhir taun biasa aja." Ucapnya.

Aku tidak mempedulikan ucapannya itu. Langsung saja aku naik ke penumpang motor itu. Citra mulai menjalankan motornya menembus jalanan di kota bandung ini.

Setelah 45 menit menuju rumah si Citra merebahkan tubuhnya. Sedangkan aku merapikan semua yang aku bawa maupun yang aku pakai tadi.

"Sei, katanya lu mau cerita." ucapnya dengan mata terpejam.

"Ya kita bersihin badan dulu lah, peak." Kataku.

"Yaudin lu dulu yang mandi sono. Gue masih mau rebahan." Ucapnya.

"Dasar kebo." Ledekku.

Aku pun menuju ke kamar mandi. 30 menit aku bersemedi-- Eh mandi maksudku. Aku pun mengganti pakaianku dengan baju tidur warna biru dengan motif kelinci.

"Sono Cit lu mandi. Gue dah selesai." Ucapku sembari melemparkannya anduk.

"Iyeiye bawell--" Katanya. Ia berjalan dengan sangat malas. Sampai--, "Cit awa--"

Jeduk--.

"Anjir-- Siapa yang naro tembok disini?" Umpatnya.

"Lu yang gak hati - hati cempreng. Makanya mata lu tuh di buka. Jangan merem mulu." Nasehatku.

Dia tidak menjawab ucapanku tadi. Dasar Cicit jelek. Awas aja lu.

Aku merebahkan tubuhku di kasur. Dan langsung membuka laptop kesayanganku, sekaligus membuka berkas - berkas yang disiapkan. Tak lupa hp.

"Ku kerjakan sebentar deh sambil nungguin si Citra." Aku berbicara sendiri. Tapi bukan aku gila loh ya--

Setelah hampir 1 jam akhirnya tuh anak selesai mandi juga. Aku sudah mengerjakan setengahnya jadi tinggal seperempat lagi deh pekerjaanku.

Kulihat dia memakai tank top dan hotpans untuk tidur. Ya itulah si Citra.

Blekkk

Dia merebahkan dirinya disampingku. Dengan posisi tengkurap.

"Lu ngerjain itu?" Tanyanya. Aku hanya menganggukkan kepala.

"Oh. Sok lu ceritain." Ucapnya tersenyum menunggu ceritaku.

Secretary and Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang