Kepindahan Leo

95.8K 2.2K 20
                                    

"Penurut sih penurut tetapi-- dengan ekspresi tidak ikhlas seperti itu apakah enak dilihat? Meski fisiknya yang menarik hati." -Leo Yudistira Hermawan-

-oOo-

Leo PoV.

Lelahnya duduk hampir seharian di dalam pesawat. Hanya dapat memandang awan biru yang berada di luar jendela pesawatku. Tak boleh bermain handphone, karena memang seperti itu peraturannya. Dan-- ya kerjaan diriku di dalam pesawat, kalau tidak tidur, pasti melihat keluar jendela.

Terbayang tidak?!

Keberangkatan pesawat ini dari Jerman hingga Indonesia aku duduk di pesawat? Mungkin bisa terbilang kurang lebih 14 jam perjalanan ini. Rasanya ingin benar-benar mengistirahatkan badanku di kasur yang empuk. Tulang-tulangku terasa remuk.

-oOo-

Leonardo Yudistura Hermawan, namaku dan Hermawan adalah nama turun-temurun dari keluarga atau yang biasa dikenal dengan sebutan marga.
Kedatangan aku ke Indonesia untuk belajar sebuah bisnis dengan Uncle Adrian. Diumurku yang ke 23, aku sudah dituntut untuk belajar bisnis oleh kedua orangtuaku karena, aku harus menggantikan posisi daddyku. Aku anak dari pasangan Julian Yudistira Hermawan yang notabennya adalah daddyku dan Crishtiani Putri Maharani adalah mommyku.

-oOo-

Sesampainya di bandara aku menyetopkan sebuah taksi yang kebetulan melewati tubuhku. Taksi itu pun berhenti, aku langsung masuk ke dalam taksi itu, dan menyebutkan alamat yang akan ku tuju. Memang aku tak memberitahukan kedatanganku kepada uncle dan aunty.

Setelah sampai di depan rumah uncle dan membayar argo taksi itu. Aku mulai memasuki rumah beliau yang terbilang sederhana. Hanya rumah di tengah komplek dengan halaman yang cukup luas.

Tok! Tok!

Seorang wanita paruh baya terlihat membukakan pintu dan langsung bertatap muka denganku. Ia sepertinya bingung akan kedatanganku disini.

"Le-- o?" tanya wanita paruh baya itu, sepertinya dia auntyku.

"Iya aku Leo. Aunty tidak kenal denganku?" ucapku dengan nada tersinggung.

"Hah? Leo makin dewasa ya." Aunty langsung menerjangku, memeluk diriku. Aku yang diterjang seperti itu kehilangan keseimbangan untung saja tidak jatuh.

Seorang lelaki paruh baya mendatangi kami, kulihat dia seperti uncle Adrian.

"Uncle?" tanyaku untuk memastikannya. Aku dan aunty sudah melepaskan pelukan kami.

"Le, kamu datang ke sini mengapa tidak menghubungi uncle dahulu? Hingga orangtuamu tadi menelepon uncle," ketus uncle, sepertinya ia terlihat kesal. Aku hanya bisa diam saja, takut-takut salah ucap, kena marah lagi. Kan sama saja bohong!

"Udahlah, sayang. Kasian Leo baru datang, kau sudah mencecarnya seperti itu," bela aunty. Aunty the best!

"Tapi sayang--" ucapan uncleku terpotong karena, telunjuk aunty mendarat di bibirnya uncle.

Di tengah keheningan ada yang menyahut tak lain adalah anak dari uncle dan aunty, yang berarti adalah sepupuku sendiri.
"Leo?" tanyanya, kemudian berlari menghampiriku dan berhigh-five bersama.

Secretary and Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang