Chapter 2

3K 147 5
                                    

"Mellissa!" Seru Amanda sambil melambaikan tangannya pada Mellissa.

"Heii!" Sapanya balik sambil tersenyum.

Amanda dengan diikuti Ben dibelakangnya, segera menghampiri meja tempat Mellissa berada.

"Ben, makasih ya lo udah jemput gue di rumah, hehe" kata Amanda sambil tersenyum riang.

"Sama-sama, Man. Santai aja kali, kita kan sahabat," balas Ben sambil balas tersenyum renyah.

"Ngomong-ngomong lo udah pesen makanannya, Mel?"

"Belom, Man. Gue kan nungguin kalian berdua dateng. Kelamaan sihh," cibir Mellissa.

Mereka bertiga pun segera memesan makanan masing-masing.
Amanda memesan salted vege salad dan green tea latte.
Ben memesan filled chicken steak with mayo dan creamy cappuccino.
Mellissa memesan salmon fried rice dan chococream.
Tak begitu lama, makanan yang mereka pesan pun datang. Mereka makan dengan lahap, sambil sesekali bercanda dan tertawa ria.
Setelah selesai makan bersama, Ben, Amanda, dan Mellissa akan segera pulang.

"Guys, gue mau nraktir kalian ice cream dulu, nih!" Seru Ben.

Amanda dan Mellissa saling bertatapan, lalu bersorak girang.

"Seriusan, Ben?"

"Seriuslah! Kalian kan udah jadi sahabat gue yang asik dan gila, makanya gue mau nraktir kalian! Sekali-kali boleh kan haha" candanya.

Ben beserta kedua pasukannya masuk ke sebuah mini market, dekat Rodeo Cafe. Ben bergegas mengambil 3 buah ice cream dan segera membayarnya di kasir. Ben memberikan satu bungkus untuk Amanda, satu bungkus untuk Mellissa, dan satu bungkus untuk dirinya sendiri.

"Wiihh, makasih loh, Ben. Jangan kapok-kapok ya, traktir kita ice cream lagi," seru Amanda diikuti dengan tawanya.

"Thanks ya Ben! Bener tuhh," celetuk Mellissa sambil membenarkan perkataan Amanda.

"Haha emang gue bokap lo apa?" Seru Ben diikuti dengan cengir renyahnya.

"Stop ngomong tentang bokap gue!" Seru Amanda dengan amarah yang memuncak.

Amanda McTranner, seorang model terkenal yang memiliki masa lalu kurang baik. Ia adalah seorang anak broken home, dimana ayah dan ibunya bercerai ketika usianya masih sangat belia, 4 tahun. Sejak itu, ia dan ibunya kerap kali mendapat kekerasan fisik dari ayahnya yang sering mabuk-mabukan. Dendam pun tumbuh bersemi di dalam hatinya, sehingga ia akan membalaskan dendamnya dan ibunya, yang kini telah meninggal, 3 tahun lalu, saat usianya menginjak 14 tahun.

"Eh, sorry, Man, sorry. Gue gak sengaja. Maafin gue ya, Man, gue bener-bener gak bermaksud ..."

"Lo gak usah munafik gitu deh! Lo sengaja kan, pengen ngingetin gue sama masa lalu kelam gue?! Iya kan?!"

"Ya enggaklah, Man. Apa untungnya sih buat gue? Lagian gue kan udah minta maaf, Man"

"Alah, gak usah pura-pura deh lo! Semua cowok di dunia ini tuh sama aja tau ngga!"

"Terserah lo!" Seru Ben, sambil meninggalkan Amanda dan Mellissa. Ia berjalan menuju motornya, dan segera melaju, tak tahu hendak kemana.

My FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang