"Sadar dong! Lo itu cuma dimanfaatin sama Gita!" suara datang dari belakang Via
Ia lantas berdiri dan menatap asal suara yang tak asing lagi itu.
"Amanda, tumben! Kenapa? Coba ngehasut gue?" balas Via
"Nggak, Gue cuma khawatir kalo nanti Lo dikhianati oleh Gita! Sahabat Lo itu"
"Setidaknya, nggak akan ada pengkhianat kayak Lo lagi!"
Via bergegas meninggalkan gadis dengan nama lengkap Amanda Luince itu. Wajahnya masih nampak kesal. Ia teringat kisah yang dulu pernah dialaminya bersama gadis itu. Kisah yang tak ingin diingatnya lagi.
-+-
"Manda! Lo lagi ngapain?" ujar Via dengan nada menyelidik
Amanda seolah menyembunyikan sesuatu dibalik tubuh rampingnya. Tiba-tiba seorang guru memasuki ruangan itu. Menatap curiga kepada keduanya.
"Kalian! Sedang apa diruangan saya?"
Dengan cepat Amanda melemparkan secarik kertas ke tangan Via.
"Via, Bu! Via maksa saya untuk nyuri lembaran soal ujian!" tegasnya
Via mencoba menyangkal dengan ribuan kata. Sia-sia. Semua usahanya, malah membuat dia kehilangan banyak nilai. Via lantas menghampiri gadis yang tengah duduk dipojokan itu.
"Manda! Maksud Lo apa jebak temen sendiri?" bentaknya
"Temen? Nggak gue cuma main-main aja kok!" jawabnya "lagian, Lo cuma kehilangan nilai kan?"
Mata Via tetap menjurus tajam kearah gadis didepannya. Ia tak mampu berkata apa-apa.
"Denger ya, nggak ada yang namanya temen didunian ini! Semua cuma penghalang yang harus disingkirin! Termasuk Lo dan Gita" balasnya "udah cukup kalian jadi bintang yang selalu dipuja. Sekarang giliran gue!"
Mereka pun kehilangan saat-saat bersama. Hingga pagi itu..
"Manda, kalian bisa baikan kan?" ajak Gita dengan nada lembut "kita kan temen!"
Amanda mandekatinya dengan wajah datar. Ia semakin dekat hingga Gita dapat melihat jelas wajahnya.
"Kalo aja nggak ada kalian! Mungkin, gue yang akan jadi nomor satu di sekolah ini!" ia mendorong tubuh Gita hingga terhempas ke tanah.
Dibantunya berdiri Gita dengan dua tangannya. Lantas ia menjatuhkan diri ke tanah. Diukirnya air mata di kelopak matanya.
"Ta, kenapa Lo dorong gue? Gue salah apa?"
Semua orang hanya memperhatikan dan menggertak Gita. Mereka seraya membantu Amanda berdiri. Gita hanya tersudut.
-+-
Via menghentikan langkahnya dipinggir lapangan. Ia mendaratkan bokongnya pada bangku kosong disana. Matanya menerawang sekeliling lapangan. Mata bening itu terfokus pada dua buah objek diseberang lapangan.
Via bingung dengan perasaannya. Perasaan yang aneh. Tidak! Dia tak bisa mementingkan egonya. Ditengah lamunannya, sebuah bola dengan keras mendarat diwajahnya. Ia terdiam beberapa saat.
"Sorry!" seorang datang menghampirinya "ohh, ternyata Lo! Sorry ya,"
"What? Eh, kalo main liat-liat dong, sakit tau!" teriak Via
Lelaki dengan tubuh tinggi itu berbalik kearahnya. Menatap gadis didepannya lurus. Via tetap melemparkan wajah sinisnya. Kali ini ia benar-benar kesal.
"Pokoknya, Lo harus ganti rugi!" teriaknya sekali lagi
"Sini biar gue ganti pakek bola"
Via pun berlalu meninggalkan lelaki itu dengan wajah muram.
-----+-----
"Udah lepasin! Rambut gue berantakan tau!" teriak Gita seraya merapikan rambutnya
Devan berhenti sekejab. Lantas meletakkan lengannya di pundak gadis manis itu. Ia merasa dekat dengan gadis yang bernama Gita itu. Mereka berjalan searah tanpa tujuan. Tak peduli dengan banyak mata yang menyorot mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Teen FictionSenyuman adalah sebuah hiasan yang akan menimbulkan berbagai jawaban. Dengan senyuman semua orang dapat mengekspresikan diri mereka. Tapi, pada masa ini, apakah aku bisa mempercayai sebuah senyuman dengan hanya melihatnya? Bahkan aku tak percaya men...