Mereka benar-benar menunggu Devan selesai latihan dengan duduk dipinggir lapangan. Gita tetap membidik objek dengan kameranya.
"Ta!" teriak Via
"Hmm?"
"Fotoin, kak Devan kek!" lantas diarahkannya tangan Gita ke objek yang dimaksud
Satu demi satu foto tersimpan didalam memori kamera. Wajahnya begitu naif. Gita terdiam memandangi wajah yang tampak letih dengan kepalan keringat disekitar wajahnya.
Akhirnya, lelaki yang mereka tunggu datang setelah menunggu cukup lama.
"Kenapa mau ketemu gue?"
"Nggak, sebenernya Gita bakal ikut lomba fotografi gitu!"
Gita menunjukan wajah penuh tanda tanya pada Via.
"Iya, jadi aku udah daftar buat Gita. Dan kita udah dapet foto kak Devan buat ikutan lomba itu"
"Duh, sorry ya, kak! Via emang suka aneh" Gita mencoba menjelaskan "ntar, gue hapus kok fotonya"
" eh, nggak usah! Kalo menang hadiahnya kan bisa dibagi!" jawabnya
"Iyalah, hadiahnya itu tujuh juta! Bayangin" tambah Via
Lelaki itu mendekat kearah telinga Gita, "tapi, gue seksi, kan?" bisiknya
Seketika mata Gita seakan ingin keluar. Lantas ia berlari meninggalkan Via dan Devan.
"Loh, Gita! Tunggu! Bye kak, muach" via segera menyusul gadis yang pipinya sekarang merah itu.
Mereka dalam perjalanan pulang. Gita masih dihantui lelaki yang memiliki senyum manis itu.
"Emang tadi kak Devan bisikin apa sih?" selidik Via
Gita hanya menggelengkan kepalanya. Ia tetap membisu hingga sampai di rumah. Via lantas membuka laptop . segera diunggahnya foto-foto tadi. Gita tetap dalam diamnya.
"Nah! Selesai deh, tinggal nunggu pengumuman aja, iya kan Ta?"
Gita baru tersadar dari lamunannya "emm, iya.. Iya"
"Lo kenapa sih? Abis ketemu kak Devan Lo jadi aneh gini" sekali lagi Via mencoba menyelidik "Lo suka ya, sama kak Devan?"
Lantas Gita melemparkan bantal kearah Via. Dipalingkannya wajah ke jendela kamar.
"Mana mungkin gue suka sama tuh orang, mesum!"
"Hati-hati, ntar beneran suka!"
"Gue capek! Mau tidur. Pulang sana!"
-----+-----
Via berlari tergopoh-gopoh. Ia menerawang setiap sudut sekolah. Berharap dapat segera menemukan Gita. Akhirnya mata gadis itu tertuju pada seorang yang tengah berdiri di balkon kelas.
"Gitaaa!?" teriaknya
"Apa?" Gita belum melihat orang yang datang padanya.
"Liat nih!" ditunjukannya layar ponsel pada Gita "Lo menang pameran!"
"Beneran? Yeay!"
Mereka pun loncat kegirangan tanpa memperdulikan orang-orang disekitar. Tanpa disengaja, Gita menabrak tubuh yang ada dibelakangnya.
"Duh, sorry!" ia pun terdiam setelah yang dilihatnya adalah lelaki yang dia sebut mesum itu.
"Kalian seneng banget, kenapa?"
"Iyalah, Kak! Gita menang tau!" jawab Via
"Kalo gitu bagus! Kebetulan gue lagi laper!" Devan menarik lengan Gita
Gadis berkuncir satu ini hanya diam tak berkutik saat dirinya ditarik. Via hanya terdiam tak bergerak. Menatap nanar seiring berlalu kedua mahluk didepannya tadi.
"Ooh" ia menghela nafas lantas berlalu.
Dua mahluk tadi kini telah mendaratkan bokong mereka pada sebuah kursi kantin. Kursi yang terletak cukup pojok. Gita menatap Devan penuh tanya.
"Kenapa? Cepet pesen makanannya!"
Gita menghela nafasnya "Devan ganteng, duitnya aja belum cair"
Devan kembali mendekatkan wajahnya "apa? Ganteng? Lo baru sadar?"
"Emm.." Gita menundukan kepalanya seraya tersenyum malu
"Bodohnya gue.." gerutunya seraya memukul-mukul kepala sendiri.
Tiba-tiba, Via berlalu begitu saja didepan mereka. Gita mengambil langkah. Menghentikan lajunya.
"Vi, Lo mau kemana?"
"Duh, sorry Ta! Gue baru aja dipanggil Pak Seno, ntar gue temui Lo!" ujarnya lantas berlari
"Kayaknya Via marah deh!"
"Udah!" dirangkulnya tubuh gadis itu "kita cabut aja yuk!" lalu membawa Gita pergi
Tampak seorang gadis dengan mata tajam. Paras cantik. Serta kaki jenjang. Ia mengangkat satu alisnya seraya tersenyum sinis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Ficção AdolescenteSenyuman adalah sebuah hiasan yang akan menimbulkan berbagai jawaban. Dengan senyuman semua orang dapat mengekspresikan diri mereka. Tapi, pada masa ini, apakah aku bisa mempercayai sebuah senyuman dengan hanya melihatnya? Bahkan aku tak percaya men...