12- it happens

2K 120 1
                                    

Gita menggigiti ujung kukunya. Ia terlihat gugup. Jantungnya seolah tak berhenti berdetak. Ia tengah menunggu seseorang. Tapi sedari tadi tak nampak sosok yang ditunggunya. Koridor-koridor memang telah sepi. Sudah pulang, lebih tepatnya. Gita khawatir orang itu tak membaca pesan yang diletakannya didalam sebuah tas.

Devan! Ahh itu dia orangnya. Gita lega ternyata lelaki itu menghampirinya juga.

"Kenapa?" selidik Devan

"Kita harus putus!" jawab Gita singkat, matanya tak berani menatap kearh Devan.

"Nggak usah bercanda!"

"Lo liat! Apa gue lagi bercanda?" kini wajahnya makin serius. Ditambah air mata yang mulai berlinang.

Devan tersenyum sinis seraya menyenderkan tubuhnya ke dinding dengan kedua telapak tangan di saku celana.

"Kemarin, Lo minta gue diem-diem dan deketin temen Lo. Sekarang Lo minta kita putus!" ujarnya santai "Lo pikir ini cuma cerita yang bisa Lo atur semau Lo?"

Gita kehabisan kata-kata. Ia hanya tertunduk. Matanya kini telah dibanjiri air mata. Devan meraih pundak gadis dihadapannya. Ia mencoba menatap wajah gadis itu. Lantas tersenyum simpul. Ia pun memeluk erat Gita yang terdiam dalam tangisnya. Menciba membuat Gita sedikit tenang. Cukup lama hingga ia bisa mendengar jelas tangisan gadis yang biasa terlihat ceria ini.

"Gue baru tau, kalo cewek yang gue suka, ternyata munafik!" sentaknya membuat Gita tersadar dari tangisnya dan menatap aneh kearah Devan.

"Iya, munafik! Keliatan suka senyum, ketawa, tapi ternyata banyakan nangisnya, Fake!"

Gita melepaskan pelukan lelaki dihadapannya. Mencoba menghapus air mata yang masih tersisa. Ia menggenggam erat tali ranselnya.

"Lo, nggak akan pernah ngerti apa yang gue rasain! Gue harus..."

Sebelum Gita sempat melanjutkan kata-katanya, sebuah sentuhan lembut mendarat tepat di bibir merah mudanya. Dan membuat Gita terdiam untuk sesaat. Lalu sempat terdengar suara "apapun alasannya gue nggak mau putus sama Lo! Titik!" suara itu pun pergi seiring langkah kaki Devan yang berlalu meninggalkan Gita.

Perlahan Gita tersadar. Ia mencoba menyentuh bibirnya. Nampak ia terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Ia lantas terdiam Masih dengan jari jemarinya di bibir. Sesekali ia melirik kearah perginya Devan. Ia hampir gila karena semua hal ini.

------+------

"Manda! Kita pulang duluan ya!"

"Iya! Bye"

Amanda melirik ke kanan-kiri. Tampak menerawang setiap sudut sekolah. Sesekali ia memandangi ponselnya. Mencoba menghubungi seseorang.

"Pak somad, dimana sih? Kok belum jemput! Ditelpon nggak diangkat juga!" gerutunya.

Terdengar suara bising dari koridor belakang. Tapi sekolah sudah sepi. Hantu! Sentaknya. Tapi hari masih siang. Ia memberanikan diri mencari sumber suara. Setiap koridor dilaluinya. Hingga, ia dapat menemukan sumber suara itu. Nampak sepasang wajah yang amat dikenalnya. Ia pun tersenyum sumringah. Bergegas ia mencari posisi. Mengabadikan kejadian yang dilihatnya.

"Ow, romantisnya!"

Beberapa saat kemudian ia terhenti setelah hampir terlihat. Sudah ia simpan semuanya dalam ponsel. Diputarnya ulang apa yang telah didapatkannya. Lantas tersenyum sinis menatap kearah ponselnya. Ia seakan merencanakan sesuatu dalam benaknya.

"Nggak ada yang boleh bahagia! Terutama kalian!" desisnya dalam hati.

Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam lengan kecil Amanda "ngapain Lo disini?"

Amanda mencoba melepaskan genggaman itu "apaan sih Lo lepasin nggak!"

"Lo pasti merencanakan hal buruk iya kan?" selidik Bagas

"Berisik! Itu bukan urusan Lo!"

"Denger ya, gue nggak akan biarin Lo ganggu mereka!"

Amanda kembali tersenyum "ohh, jadi Bagas sekarang pelindung Via dan Gita? Haha!"

Bagas hanya menatap tajam kearah gadis dihadapannya tanpa mau membalas perkataan Amanda. Ia menahan diri.

"Denger ya, Bagas! Sekali aja Lo ikut campur, gue akan buat Lo nyesel seumur hidup!"

Bagas masih dalam diam.

"Bukan cuman Lo tapi orang-orang sekitar Lo juga!"

"Cewek sayko, Lo!" hardik Bagas

"Syuut! Jangan keras-keras berisik!"

Amanda pyn bergegas meninggalkan lelaki itu. Wajahnya nampak tanoa dosa.

Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang