Gita melangkah menyusuri lorong rumah sakit. Tak butuh waktu lama, ia lantas berpapasan dengan Via. Gita hanya menerawang gadis dihadapannya yang tengah dibanjiri air mata. Sebelum ia sempat menyelidik, Via lantas Menyapa dirinya dengan tamparan keras tepat di pipinya. Gita terkejut. Via kembali mendorong tubuh Gita hingga menyentuh lantai. Semua mata mengarah kepada keduanya.
"Pergi Lo! Jauh-jauh!" teriak Via "Gue nyesel kenal sama Lo! Gue harap nggak pernah ngeliat Lo lagi!"
"Kenapa, Vi?"
"Kenapa? Ini yang kenapa" Via dengan cepat memukuli Gita tanpa ampun.
Beberapa orang tampak memisahkan mereka. Gita mendapatkan cukup banyak luka di tubuhnya. Sampai Bagas menjumpai mereka dan lantas membawa Via pergi. Gita yang ditolong hanya bisa menangis. Ia tak mengerti apa yang telah terjadi. Tapi ia yakin, sesuatu yang buruk telah terjadi. Ia hanya duduk termenung.
Beberapa saat kemudian, Devan muncul di muka pintu rumah sakit dengan wajah cemas. Ia mencari sosok gadis diseluruh sudut Rumah sakit. Hingga ia menemukan Gita di bagian belakang gedung bertingkat ini. Yang ia lihat hanya Gita yang duduk diam di salah satu bangku. Devan lantas menghampiri Gita.
"Kenapa?" Ditatapnya wajah Gita yang penuh luka "muka Lo kenapa? Siapa?" selidiknya panik
"Kenapa Via marah?" jawab Gita dengan nada lesu
"Via? Dia yang ngelakuin ini?"
Gita pun meneteskan air mata "gue minta Lo, untuk buat Via ketawa bukan nangis ataupun marah! Kenapa Via... Apa dia udah tau?"
Devan memeluk Gita dengan erat "sudah waktunya dia tau, dan sudah waktunya semua tau"
"Apa bisa gue berdiri sendiri saat semua orang tau faktanya?"
"Lo nggak akan berdiri sendiri, karna gue akan ada disamping untuk nutup mata Lo dari semua yang terjadi , perlu Lo tau"
------+------
Via menghentikan langkahnya. Mencoba melepaskan genggaman Bagas. Bagas belum berbalik kearah gadis dibelakangnya namun telah melepaskan tangan gadis itu.
"Harusnya, Lo nggak narik gue. Harusnya Lo biarin gue buat nyiksa dia!"
"Harusnya gue biarin Lo terlihat jahat. Harusnya gue biarin Lo berharap untuk apa yang nggak akan Lo dapet, iya?" sahut Bagas "kalo gitu, kembali kesana sekarang. Tapi, kali ini gue nggak bisa ada disana untuk nahan Lo"
Suasana hening. Hingga suara dering handphone memecah kesunyian. Ada pesan singkat disana. Setelah membaca pesan itu, Via lantas berlalu meninggalkan Bagas. Tak ada respon dari lelaki itu.
Via lantas berlari menuju rumah. Meraih pagar dan berlari memasuki rumah. Hari makin gelap untuk rumah yang lampunya dimatikan. Ada apa? Tanda tanya membanjiri perasaannya. Tanpa berfikir panjang Via lantas mencari keberadaan sang mama.
"MAMA! MAMA! Mama dimana?" teriak Via
Ia menyusuri rumah hingga melihat sebuah ruangan yang terang. Ruang makan. Via mencoba meraih ruangan itu. Didapatinya kedua orang yang ia cintai tengah duduk dengan senyum ramah menyambut kedatangannya. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Ayo sayang, kita dinner sama-sama" ujar Mama
"Nggak, ini pasti mimpi iya kan?" Via memukuli wajahnya tanda tak percaya.
"Ini nyata Via, ayo kesini" ajak Papa seraya menjemput anak gadisnya
Sekarang mereka berhadapan dimeja yang sama dengan sejumlah hidangan karya sang bibi. Makan malam dilanjutkan dengan tenang. Via hampir tak percaya dengan semua ini.
"Cukup! Drama apa yang kalian mainin sekarang?!" sentak Via
Papa lantas menghela nafas "ini semua memang salah Papa yang gagal membangun rumah tangga, harusnya Papa menjadi orang tua dan suami yang baik untuk kalian, maaf"
"Ma, kenapa jadi gini?"
"Sayang, kami telah berfikir bahwa perpisahan hanya akan menyulitkan semuanya kedepan. Jadi, kami akan terus memperjuangkan semuanya"
"Seperti mimpi kamu, keluarga bahagia"
Via menangis mendengar jawaban itu. Lantas disusul pelukan hangat dari kedua orang yang ia cintai.
"Makasih," satu kata yang keluar dari mulutnya
![](https://img.wattpad.com/cover/51894743-288-k766275.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Teen FictionSenyuman adalah sebuah hiasan yang akan menimbulkan berbagai jawaban. Dengan senyuman semua orang dapat mengekspresikan diri mereka. Tapi, pada masa ini, apakah aku bisa mempercayai sebuah senyuman dengan hanya melihatnya? Bahkan aku tak percaya men...