"Kok, kaki Lo bisa sampe diperban gini sih, Ta?" omel Via "kalo kemarin Lo nggak dijemput, kenapa nggak bareng gue aja sih"
Gita tak menjawab. Ia tetap fokus pada lukanya yang masih terasa perih. Setiap siswa yang lewat hanya memperhatikannya dengan tatapan aneh.
"Mau taruhan lagi?" Devan muncul tiba-tiba dihadapannya
Via beranjak lalu mendekati Devan dengan senyum sumringah. "Ehh tunggu! Taruhan? Jangan-jangan.."
"Via, via Lo jangan salah sangka ya, gue nggak ada apa-apa kok!" jelas Gita
"Tunggu Ta! Jangan-jangan Lo ya yang buat kaki temen gue cidera?" wajah manis Via seketika berubah menjadi ganas
Devan hanya berjalan, seolah tak peduli dengan gadis yang tengah berbicara ini.
"Tapi, nggak apa-apa kak! Gue tetep cinta sama Lo!" lanjut Via
Gita mengangkat salah satu alisnya. Ia bingung dengan sikap temannya satu ini. Lelaki itu seakan menghipnotis gadis manja ini.
-----+-----
Dia duduk di pinggir kolam renang seraya memandangi sepucuk foto ditangan. Foto seorang yang sangat ia rindukan. Wajahnya begitu membekas dihatinya.
"Kenapa ya?" ia seolah bertanya pada dirinya sendiri.
"Darr!?" Via mengejutkannya dari belakang. Membuatnya hampir terjatuh.
Dengan sigap Gita menyembunyikan foto itu dibalik tubuhnya. Via mencoba menyelidik. Namun, usahanya sia-sia. Ia pun mengambil posisi disebelah Gita.
"Jalan yuk!"
"Ini minggu, Vi.. Gue mau istirahat aja"
"Ayo ganti baju cepet!" didorongnya tubuh gadis itu menuju kamar untuk berganti baju.
Dalam waktu lima belas menit, Gita keluar dengan mengenakan jeans dan kaos berlapis kemeja coklat. Rambutnya pun di sanggul membentuk pita. Dengan kamera yang sedia dilehernya.
"Lo nggak bisa pakek rok atau apa kek,"
"Udah, ayo!"
Mereka melaju dengan mobil. Menuju tempat yang tak asing lagi. Sekolah. Gita melemparkan wajah herannya sesaat setelah keluar dari mobil.
"Ngapain sekolah? Libur tau!"
"Lo masuk duluan aja, gue mau beli minum dulu!"
Gita melayangkan kakinya memasuki sekolah. Sekali lagi, dia tidak memperhatikan jalan. Tetap fokus pada lensa kameranya. Tanpa disadari, dia telah berada diantara banyak orang.
Semua melirik kearahnya dengan wajah aneh. Wajahnya memerah sesaat. Perlahan, diangkatnya kepala yang tertunduk tadi. Dilemparnya kembali senyum manis. Orang-orang dengan sarung tinju itu tetap menatapnya.
"Ngapain Lo disitu?" suara itu tak asing. Devan "lanjutin latiannya!" lanjutnya pada beberapa orang disekitarnya
Gita hanya berlari menghindar. Langkahnya terhenti saat Devan menarik kerah kemejanya. Ia membawa gadis itu kesalah satu koridor.
"Emm, gue mau pulang aja!" lagi, Gita mencoba kabur.
Devan menghalangi gadis dengan pipi memerah ini dengan tubuhnya. Tangan yang dilipat di dada. Hingga membuat Gita berhenti bergerak.
"Lo mulai suka sama gue ya?" ujarnya dengan mata yang tajam
"Nggak!"
"Oh ya?" Devan mendekatkan wajahnya
Seketika Gita merasa darahnya berhenti mengalir. Wajah itu benar-benar berada dekat dengannya. Membuat Gita Membeku sesaat.
Kini lelaki itu tertawa melihat reaksi gadis didepannya. Gita seakan meleleh. Lelaki itu membuatnya hampir mati kehabisan oksigen. Hingga Via menghampiri mereka.
"Gue nyariin Lo, ternyata ada disini!" Via mendekati mereka
"Ngapain kalian berdua ke sekolah?"
"Emm, kita mau ketemu sama kak Devan!" Via mendekat dengan wajah sumringah
"Ha? Kita?" Gita seketika menatap lurus kearah Via. Gadis yang satu itu benar-benar membuatnya gila.
"Oh, kalo gitu.. Tunggu gue selesai latian aja! Bentar lagi kok"
![](https://img.wattpad.com/cover/51894743-288-k766275.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Novela JuvenilSenyuman adalah sebuah hiasan yang akan menimbulkan berbagai jawaban. Dengan senyuman semua orang dapat mengekspresikan diri mereka. Tapi, pada masa ini, apakah aku bisa mempercayai sebuah senyuman dengan hanya melihatnya? Bahkan aku tak percaya men...