15- Hurts

2K 121 0
                                    

Devan mengarahkan pandangannya pada setiap nomor kamar yang tertera di pintu kamar rumah sakit. Dengan sebuah parsel buah ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Hingga ia bertemu dengan sosok yang ia kenal.

"Lo, anak basket kan?"

Bagas hanya menggerakan tubuhnya pertanda 'ya'.

"Lo tau, dimana kamar mamanya Via? Gue denger Lo cukup deket sama tuh anak" tanya Devan

"Mau apa Lo? Ada baiknya Lo nggak bikin dia nangis dulu" jawab bagas dengan ketus

"Mungkin bukan sekarang, tapi nanti dia pasti akan nangis, dan saat itu gue butuh bantuan Lo, bro " Devan pun melangkah meninggalkan Bagas.

Ia menemukan kamar yang dicari. Nampak Via yang menyuapi sang mama dengan semangkuk bubur.

"Pagi tante, pagi Via!" sapanya ramah

"Loh, kak Devan!" Via lantas beranjak "jadi ngerepotin pagi-pagi udah kesini! Duduk kak"

"Gimana tante keadaannya?"

"Baik, kamu temennya Via, ya?" tanya mama

"Iya tante, Via ini banyak temennya emang"

Mama melemparkan senyum sumringah. Via pun mengajak Devan untuk bicara diluar, mengingat sang mama harus beristirahat. Mereka pun duduk Pada bangku koridor.

"Mama, Papa bakal pisah!" mulai Via

"Oh, tapi gue kesini bukan buat liat Lo nangis lagi! Gue kesini buat Lo biar senyum lagi" balas Devan seraya menatap lurus pada gadis dihadapannya

Via tertegun, ia tak dapat berkata banyak. Devan menarik lengannya. Menaiki motor dan membawa Via ke suatu tempat. Via tak tahu kemana itu tapi, itu berhasil membuat dirinya sedikit beristirahat dari amarah. Mereka sampai disebuah taman hiburan. Ramai. Tentu saja banyak permainan disini. Satu-satunya yang Via suka, bianglala. Tanpa menunggu lama mereka telah duduk manis pada salah satu kursi bianglala tersebut.

Via tak henti tertawa. Ia seakan baru dilahirkan. Lelaki disampingnya membawa kehidupan yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.

Hari yang indah, hingga tanpa terasa hari telah beranjak petang. Via dan Devan pun bergegas mengisi perut di sebuah restoran dekat taman. Devan meninggalkannya beberapa saat untuk ke toilet seraya Via memesan makanan. Namun, disela menunggu datanglah sosok yang ia kenal. Amanda.

"Hey, kebetulan ketemu ya?" sapa Amanda ramah

"Mau apa Lo?" Via tak menyambutnya dengan ramah

"Cuma mau kasih tau, jangan mau dibodohi sama temen sendiri! Entar nyesel loh" jawab Amanda "oh iya, ini ada hadiah, kecil"

"Apaan?"

"Liat aja sendiri" Amanda mengeluarkan laptop menghadap Via

Dengan perlahan tapi pasti, Via memasukkan CD itu. Ia memutar apa yang ada didalam benda bulat berlubang itu. Video. Ia menghela nafas, lantas melanjutkan maksudnya. Matanya mulai fokus pada objek yang ada didalam video. Beberapa saat kemudian air mata mulai terbendung dikelopak matanya. Hingga bagian yang tak bisa ia lihat, Via menutup laptop dan air mata membanjiri pipinya.

"Lo yang sabar, ya" Amanda pun beranjak begitu saja

Beberapa saat kemudian Devan datang dengan wajah bertanya-tanya. Dilihatnya Via yang menundukan kepapa seraya menangis. Ia pun menepuk pundak Via sambil menanyakan keadaannya.

"Cukup!" teriak Via

"Lo kenapa?" selidik Devan

Tangan halus Via pun mendarat di wajah Devan dengan penuh amarah.

"Ternyata kalian semua sama! Kalian cuma bisa bikin gue nangis dan sakit!"

Devan masih diam.

"Lo kasih harapan ke gue, tapi Lo jadian sama sahabat gue sendiri...!" Via pun beranjak dan meninggalkan Devan.

Ia mencoba menghapus air mata yang terus mengalir.

"Kenapa? Kenapa selalu gue yang jadi korbannya? Kenapa??" Via masih dalam tangisnya, sesaat kemudian seseorang mendekapnya dari belakang. Bagas.

"Gue sakit, bener-bener sakit"

"Lo nggak perlu ngerasain rasa sakit itu hanya untuk dia yang nggak pernah ngeliat Lo" bisik Bagas

Bagas menemani gadis manis itu untuk beberapa saat hingga Via benar-benar tenang. Selanjutnya mereka harus segera ke rumah sakit untuk mengurus mama.

------+------

Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang